Trilogi Planet of the Apes
Danu Rahman Wibowo Selasa, 28-5-2024 | - Dilihat: 81
Oleh: Danu Rahman Wibowo
Planet of The Apes adalah sebuah film sains fiksi Amerika yang merilis total 3 film/trilogi. Film pertamanya, Rise of the Planet of the Apes (2011). Kedua, Dawn of the Planet of the Apes (2014). Dan film ketiganya, War for the Planet of the Apes (2017).
Selama rentang waktu sekitar 50 tahun, waralaba Planet of the Apes sudah mengalami evolusi besar. Primata yang ditampilkan dalam film ini terus mengalami kemajuan dari yang awalnya menggunakan kostum kera hingga menggunakan animasi CGI dan motion-capture.
Trilogi ini merupakan garapan ulang versi asli yang awalnya dirilis antara tahun (1968-1973) yang diadaptasi dari novel La Planete des Singes (1963) karangan Pierre Boulle.
Sinopsis
Di film pertamanya, diceritakan sebuah kecelakaan dari percobaan ilmiah yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit alzheimer. Will Rodman (James Franco), seorang ilmuwan berusaha untuk menciptakan sebuah obat untuk penyakit ayahnya, alzheimer.
Obat yang dinamakan ALZ-112 itu diujicobakan terhadap sebuah kera yang kemudian diberi nama Bright Eyes. Obat itu berfungsi untuk memperbaiki sel-sel otak yang rusak di tubuh penderita alzheimer.
Kera yang disuntikkan obat itu menjadi semakin cerdas karena sel-sel otaknya berkembang. Nahasnya, Bright Eyes yang merupakan salah satu kera cerdas mengamuk dan menghancurkan seisi laboratorim, kemudian ia terpaksa ditembak mati petugas karena ulahnya.
etugas laboratorium yang menyadari ulahnya terpaksa untuk membunuh anaknya yang masih kecil. Namun, Will menolaknya dan merawat anak Bright Eyes yang kemudian ia beri nama Caesar.
Will yang semakin putus asa karena penyakit alzheimer ayahnya yang semakin parah akhirnya menyuntikkan cairan ALZ-112 ke tubuh ayahnya. Tak disangka, keadaan ayahnya mulai membaik dan penyakit alzheimernya mulai sembuh perlahan. Namun, banyak resiko yang mengintai ayahnya.
Di sisi lain, Caesar (Andy Serkis) yang diasuh oleh Will Rodman dan ayahnya menunjukkan tanda-tanda kecerdasan. Will menyimpulkan bahwa kecerdasan kera diturunkan melalui garis keturunan. Total 8 tahun berselang, Caesar sudah semakin dewasa dan kecerdasannya meningkat. Caesar sudah banyak diajarkan tentang nama benda-benda, abjad, hingga bahasa isyarat oleh Will.
Hingga suatu kejadian yang menjadi awal cerita ini, ayah Will kembali terkena gejala alzheimer. Ia menjadi lupa segalanya dan mengendarai mobil tetangganya. Caesar yang melihat ayah Will dimarahi oleh tetangganya langsung menyerang tetangganya hingga jarinya putus, ia pun bisa ditenangkan oleh ayah Will.
Polisi yang dipanggil oleh tetangga sekitar pun memaksa Will untuk memberikan Caesar ke penangkaran kera. Akhirnya dengan terpaksa, Caesar menghuni penangkaran kera bersama banyak kera lainnya.
Disinilah awal mula kebangkitan pasukan kera dimulai. Caesar yang merupakan satu-satunya kera cerdas yang berada di penangkaran mulai melancarkan rencananya untuk kabur. Setelah ia bisa membuka kandang gorilla disana, ia berencana kabur dan mengambil obat ALZ-112 di rumahnya.
Rencananya pun berhasil, ALZ-112 yang ia dapatkan akhirnya dilemparkan menuju kandang kera lainnya. Alhasil, semua kera menghirup gas yang bocor dari tabung itu dan menjadi kera yang berevolusi menjadi kera yang cerdas.
Keesokan harinya, Caesar mulai membangun koloni dengan kera-kera cerdas lainnya. Ia akhirnya berteman akrab dengan Maurice, orang utan; Buck, gorilla; dan Rocket, simpanse yang dulunya menjadi penguasa yang akhirnya menjadi tangan kanan Caesar. Rencana demi rencana berlalu, Caesar bersama kawanan kera lainnya menyerbu kota dan berhasil memporak-porandakkan kota San Fransisco.
Caesar yang sudah menjadi pemimpin tertinggi para kera cerdas akhirnya menemukan rumahnya. Caesar tidak ingin kembali kepada Will dan ingin hidup sebagai kera yang sesungguhnya.
Di film keduanya, Dawn of the Planet of the Apes, melanjutkan cerita pertamanya. Kala itu kumpulan kera cerdas sudah membuat koloni di hutan utara San Fransisco. Di hutan San Fransisco, para kera cerdas yang dipimpin oleh Caesar sudah membuat koloni serta tempat untuk ditinggali.
Pada film ini, umat manusia sudah banyak tewas karena virus yang disebabkan oleh uji coba obat ALZ-113. Salah satu penjaga tidak sengaja terhirup cairan gasnya dan menyebarkan virus itu selama 10 tahun. Selama 10 tahun itu pula manusia tak berdaya dan kaum kera mulai menjadi penguasa.
Caesar yang sudah menjalin hubungan keluarga dengan kera betina, Cornelia, sudah mempunyai anak yang bernama Blue Eyes dan Cornelius. Pada suatu hari, Blue Eyes dan sahabatnya, Ash, tak sengaja bertemu dengan kawanan manusia. Saat itu salah satu manusia tak sengaja menembak Ash, kawanan kera yang muncul akhirnya mengusir kawanan manusia dengan suaranya.
Kawanan manusia yang selamat dari flu simian tinggal di sebuah kawasan yang cukup dekat dengan hutan. Saat itu, Malcolm (Jason Clarke) masuk ke hutan untuk mengaktifkan sebuah pembangkit listrik untuk tempat tinggal mereka. Namun sayang, karena mereka dianggap sebuah ancaman oleh kera, hal itu tidak berhasil.
Keesokan harinya, Caesar memimpin pasukan kera menuju pemukiman manusia untuk memperingatkan manusia bahwa kaum kera tidak akan berperang, kecuali jika itu diperlukan. Dreyfus (Gary Oldman), orang yang berkuasa di pemukiman itu mempunyai rencana untuk memperbaiki pembangkit listrik di hutan.
Malcolm bernegosiasi dengan kawanan kera dan juga Caesar untuk bisa mengikutinya menuju bendungan dan menjelaskan bahwa di sana ada pembangkit listrik dan Malcolm ingin memperbaiki pembangkit listrik itu untuk memperbaikinya. Akhirnya, bendungan dan pembangkit listrik itu akhirnya bisa diperbaiki berkat bantuan para kera.
Koba, salah satu bawahan Caesar tidak setuju bahwa kera membantu manusia. Menurut Koba, manusia adalah sebuah ancaman bagi kera. Namun, Caesar marah dan Koba meminta maaf kepadanya. Pada akhirnya, Koba yang akhirnya membangkang pergi ke pemukiman manusia untuk mengambil salah satu senapan yang dimiliki manusia. Dengan taktik cerdiknya, Koba membunuh penjaga dan mengambil senjatanya.
Koba yang sudah berkhianat kembali ke hutan dengan membawa senjatanya. Dengan liciknya, Koba menembak Caesar dan Caesar pun terjatuh. Dengan membuat propaganda, Koba mengatakan kepada seluruh kera bahwa Caesar sudah terbunuh oleh manusia. Koba pun memimpin pasukan kera untuk menyerang pemukiman manusia untuk membalaskan dendam atas kematian Caesar.
Pasukan kera pun mengikuti perintah Koba. Mereka menyerang pemukiman manusia dan menyandera para manusia di dekat menara. Kera yang membangkang pun disandera oleh Koba. Tapi ternyata, Caesar ditemukan masih hidup oleh Ellie (Keri Russell), istri Malcolm, dan akhirnya ia dirawat dan dioperasi oleh Ellie dengan alat yang diambil oleh Malcolm.
Blue Eyes yang datang bersama Malcolm untuk menemui ayahnya mengatakan bahwa Koba sudah semakin membangkang. Akhirnya, Caesar datang untuk menemui Koba bersama Maurice, Rocket, Blue Eyes, dan beberapa kera lainnya.
Ketika bertemu, Caesar dan Koba bertengkar hebat dan saling menyerang sambil berdebat satu sama lain. Caesar yang lebih kuat dari Koba akhirnya memenangkan pertarungan dan Koba tewas jatuh dari menara. Para kera kembali tunduk pada kepemimpinan Caesar.
Di sisi lain, Malcolm bertemu dengan Dreyfus yang hendak menghancurkan menara dengan bom. Dreyfus yang tidak setuju dengan rencana Malcolm untuk menyelamatkan kera akhirnya menekan tombol bom dan membuat menara itu jatuh.
Para kera yang selamat akhirnya berkumpul dengan para kera betina dan anak-anak bersama Caesar. Malcolm yang bertemu dengan Caesar menyarankan agar kaum kera segera pergi sebelum anggota militer datang. Caesar menolak, menurutnya, kaum kera harus menghadapi apa yang mereka mulai, yaitu perang.
Cerita berlanjut di film ketiganya, War for the Planet of the Apes (2017). Saat itu, setelah 15 tahun setelah eksperimen yang menciptakan spesies kera cerdas menciptakan sebuah virus yang dikenal dengan nama flu simian. Virus ini membunuh sebagian besar populasi manusia. Kera-kera cerdas membentuk koloni yang dipimpin oleh Caesar.
Seekor kera pemberontak yang bernama Koba membuat adu domba yang mengakibatkan terjadinya perang antara manusia dan kera. Pihak manusia meminta bantuan kepada markas militer utara, tempat semua pasukan Amerika berkumpul. Sebuah pasukan khusus dikirim untuk membasmi koloni kera.
Selama 2 tahun mereka mencari markas Caesar, akhirnya mereka menemukannya. Pasukan militer itu dibantu oleh kera cerdas mantan anak buah Koba, mereka berhasil menyerang markas Caesar. Namun, pasukan militer itu kalah dan akhirnya mereka dibebaskan oleh Caesar. Caesar ingin agar para manusia dan kera berdamai tanpa perang.
Menyadari misi pencarian markas Caesar sudah berhasil, militer mengirimkan pasukan lagi yang dipimpin oleh Kolonel McColough (Woody Harrelson). Saat itu, pada malam hari, secara sengaja Kolonel membunuh istri Caesar, Cornelia dan anaknya, Blue Eyes. Caesar yang merasa sedih sekaligus marah berniat untuk membalaskan dendamnya kepada kolonel.
Seluruh kaum kera berniat untuk menuju gurun pasir karena markasnya sudah diketahui oleh manusia, namun Caesar tidak ikut. Ia ingin pergi mengikuti militer untuk membalaskan dendanmya. Ia pun menitipkan anak termudanya, Cornelius, kepada Lake (Sara Canning).
Caesar awalnya ingin sendiri pergi menuju markas militer, namun Maurice, Luca, dan Rocket pun memulai perjalannya. Di perjalanan, mereka membawa salah satu anak perempuan yang kemudian mereka beri nama Nova (Amiah Miller).
Malam harinya, mereka menemukan markas militer kecil, di sana, mereka menemukan Winter (Aleks Paunovic), salah satu gorilla bawahan Caesar yang berkhianat. Caesar kemudian tak sengaja membunuh Winter agar tidak ketahuan oleh tentara.
Pagi harinya, kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Ia kemudian bertemu dengan salah satu kera yang dapat berbicara, ia pun memperkenalkan diri sebagai Bad Ape (Steve Zahn). Mereka bermalam di sebuah rumah kecil, mereka pun bercerita dan saling berbagi informasi tentang markas militer.
Singkat cerita, mereka sudah sampai menuju markas militer yang dimaksud. Caesar pun pergi menuju ke dalam markas, di dalam markas, Caesar melihat kawanan kera yang sudah di tangkap oleh pasukan Alpha Omega. Caesar pun ditangkap oleh donkey, kera yang memihak manusia, kemudian ia dibawa menuju ke dalam kandang.
Di markas militer itu, para kera dipaksa untuk bekerja paksa untuk membangun tembok. Layaknya kerja paksa, mereka dipaksa bekerja dan tidak diberi makan dan minum secara layak. Saat Kolonel berbicara dengan Caesar, terungkap fakta bahwa tembok yang ia bangun adalah untuk menahan serangan markas militer utara. Kolonel juga bercerita, bahwa anaknya terkena flu simian yang telah bermutasi dan ia terpaksa membunuh anaknya itu.
Di sisi lain, Maurice, Bad Ape, dan Rocket merencanakan sebuah rencana pelarian setelah menemukan terowongan bawah tanah. Rocket datang menuju ke dalam markas karena ingin mengalihkan perhatian karena Nova berjalan menuju kandang Caesar. Setelah ditangkap, dengan bahasa isyarat Rocket berkata kepada Caesar bahwa ada rencana pelarian yang sedang direncanakan.
Sebelum markas militer utara, dengan bantuan Rocket, Maurice, Nova, dan Bad Ape, kaum kera akhirnya bisa keluar markas dengan selamat. Saat itu juga markas militer utara telah sampai dan langsung menyerang markas.
Caesar yang berlari ke ruangan Kolonel, kemudian melihatnya lemah tak berdaya, rupanya ia telah terkena flu simian yang membuatnya tak bisa berbicara. Kolonel pun membunuh dirinya sendiri.
Setelah Caesar bisa kabur dan menghancurkan markas militer, tiba-tiba datang sebuah longsor salju yang menewaskan seluruh militer utara yang tersisa. Kaum kera pun selamat karena bergelantungan di pohon.
Kaum kera yang dipimpin Caesar berhasil melanjutkan perjalanan menuju sebuah oase yang sudah direncanakan sebelumnya. Kaum kera pun senang bisa mendapatkan rumah baru.
Caesar yang telah terkena luka panah akhirnya duduk bersama Maurice untuk berbincang untuk terakhir kalinya. Caesar berkata bahwa kaum kera akan kuat dengan atau tanpanya. Maurice pun mengatakan kepada Caesar bahwa kaum kera akan selalu mengenang jasa Caesar. Caesar kemudian menghembuskan napas terkahirnya.
Ulasan
Trilogi film ini merupakan sebuah film yang menghadirkan visual yang menarik dan terlihat sangat nyata. Jika kalian melihat seluruh efek motion-capture dan CGI yang ditampilkan, seakan-akan bukanlah aktor yang memainkan peran, namun kera asli yang bermain peran.
Sang sutradara, Matt Reeves berhasil membuat trilogi film yang secara kualitas gambar sangatlah layak untuk mendapatkan nominasi Oscar. Tak hanya secara CGI, sinematografi yang dihadirkan pun terasa sangat nyaman dan indah di mata penonton. Film ini benar-benar menggambarkan lingkungan tempat tinggal manusia dan kera dengan sangat detail.
Kemampuan akting para aktor pun tak usah diragukan lagi. Sang pemeran utama, Caesar, diperankan oleh Andy Serkis. Sebelumnya, Andy Serkis pernah bermain peran menjadi Gollum di film Lord of the Rings. Kemampuan dan pengalamannya menjadi aktor yang bermain peran menggunakan motion-capture sangatlah layak diacungi jempol. Ia berperan layaknya kera asli yang dapat berbicara.
Dengan peran Caesar yang berbicara tak terlalu lancar, menambak kesan realistis seekor kera yang dapat berbicara. Tak hanya Andy Serkis, aktor lain seperti Karin Konoval (Maurice), Terry Notary (Rocket), Toby Kebbell (Koba), dan Steve Zahn (Bad Ape) pun bisa memainkan perannya dengan sangat baik sebagai kera cerdas.
Dari segi cerita, tak usah diragukan lagi betapa menariknya untuk diikuti. Walaupun trilogi ini merupakan reboot, namun terasa fresh untuk dinikmati. Character development yang dibangun juga merupakan yang terbaik dalam cerita ini.
Jika kalian lebih mendalami character development Caesar, kalian akan merasa bahwa Caesar lebih manusiawi daripada manusia itu sendiri. Karakteristik kuat para tokoh kera terasa sangat kuat meski ada beraneka jenis.
Sisi emosional yang ada dalam trilogi ini juga didukung oleh efek visual film yang sangat layak diberi acungan jempol karena hasilnya yang tidak mengecewakan. Penggambaran para kera juga dibuat sangat detail sehingga kita sebagai penonton seperti sedang menonton kera berbicara sungguhan.
Menurut saya pribadi, trilogi film ini merupakan salah satu dari yang terbaik. Sutradara film ini, Matt Reeves yang juga sebagai penulis skenario berhasil menyuguhkan karya seni terbaiknya.
Film ini sangat layak ditonton semua kalangan karena ceritanya yang begitu filosofis dan menggambarkan keadaan manusia dan kera. Walaupun film ini bergenre fiksi, namun pembawaan ceritanya terasa begitu menyentuh hati, terlebih dengan penggambaran karakter kera terutama Caesar yang hingga saat ini masih membekas di hati penonton.
Kisah Caesar dan kaum kera cerdas akan berlanjut ke film keempatnya yang berjudul Kingdom of the Planet of the Apes yang tayang mulai 8 Mei 2024 di bioskop Indonesia. Film keempatnya ini disutradarai oleh Wes Ball yang juga menyutradarai franchise Maze Runner. Film ini akan berlatar 300 tahun setelah kematian Caesar, saat manusia menjadi primitif dan kera menjadi pemimpin di bumi.
___
Danu Rahman Wibowo, Siswa kelas 5 Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
- Artikel Terpuler -
Trilogi Planet of the Apes
Danu Rahman Wibowo Selasa, 28-5-2024 | - Dilihat: 81
Oleh: Danu Rahman Wibowo
Planet of The Apes adalah sebuah film sains fiksi Amerika yang merilis total 3 film/trilogi. Film pertamanya, Rise of the Planet of the Apes (2011). Kedua, Dawn of the Planet of the Apes (2014). Dan film ketiganya, War for the Planet of the Apes (2017).
Selama rentang waktu sekitar 50 tahun, waralaba Planet of the Apes sudah mengalami evolusi besar. Primata yang ditampilkan dalam film ini terus mengalami kemajuan dari yang awalnya menggunakan kostum kera hingga menggunakan animasi CGI dan motion-capture.
Trilogi ini merupakan garapan ulang versi asli yang awalnya dirilis antara tahun (1968-1973) yang diadaptasi dari novel La Planete des Singes (1963) karangan Pierre Boulle.
Sinopsis
Di film pertamanya, diceritakan sebuah kecelakaan dari percobaan ilmiah yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit alzheimer. Will Rodman (James Franco), seorang ilmuwan berusaha untuk menciptakan sebuah obat untuk penyakit ayahnya, alzheimer.
Obat yang dinamakan ALZ-112 itu diujicobakan terhadap sebuah kera yang kemudian diberi nama Bright Eyes. Obat itu berfungsi untuk memperbaiki sel-sel otak yang rusak di tubuh penderita alzheimer.
Kera yang disuntikkan obat itu menjadi semakin cerdas karena sel-sel otaknya berkembang. Nahasnya, Bright Eyes yang merupakan salah satu kera cerdas mengamuk dan menghancurkan seisi laboratorim, kemudian ia terpaksa ditembak mati petugas karena ulahnya.
etugas laboratorium yang menyadari ulahnya terpaksa untuk membunuh anaknya yang masih kecil. Namun, Will menolaknya dan merawat anak Bright Eyes yang kemudian ia beri nama Caesar.
Will yang semakin putus asa karena penyakit alzheimer ayahnya yang semakin parah akhirnya menyuntikkan cairan ALZ-112 ke tubuh ayahnya. Tak disangka, keadaan ayahnya mulai membaik dan penyakit alzheimernya mulai sembuh perlahan. Namun, banyak resiko yang mengintai ayahnya.
Di sisi lain, Caesar (Andy Serkis) yang diasuh oleh Will Rodman dan ayahnya menunjukkan tanda-tanda kecerdasan. Will menyimpulkan bahwa kecerdasan kera diturunkan melalui garis keturunan. Total 8 tahun berselang, Caesar sudah semakin dewasa dan kecerdasannya meningkat. Caesar sudah banyak diajarkan tentang nama benda-benda, abjad, hingga bahasa isyarat oleh Will.
Hingga suatu kejadian yang menjadi awal cerita ini, ayah Will kembali terkena gejala alzheimer. Ia menjadi lupa segalanya dan mengendarai mobil tetangganya. Caesar yang melihat ayah Will dimarahi oleh tetangganya langsung menyerang tetangganya hingga jarinya putus, ia pun bisa ditenangkan oleh ayah Will.
Polisi yang dipanggil oleh tetangga sekitar pun memaksa Will untuk memberikan Caesar ke penangkaran kera. Akhirnya dengan terpaksa, Caesar menghuni penangkaran kera bersama banyak kera lainnya.
Disinilah awal mula kebangkitan pasukan kera dimulai. Caesar yang merupakan satu-satunya kera cerdas yang berada di penangkaran mulai melancarkan rencananya untuk kabur. Setelah ia bisa membuka kandang gorilla disana, ia berencana kabur dan mengambil obat ALZ-112 di rumahnya.
Rencananya pun berhasil, ALZ-112 yang ia dapatkan akhirnya dilemparkan menuju kandang kera lainnya. Alhasil, semua kera menghirup gas yang bocor dari tabung itu dan menjadi kera yang berevolusi menjadi kera yang cerdas.
Keesokan harinya, Caesar mulai membangun koloni dengan kera-kera cerdas lainnya. Ia akhirnya berteman akrab dengan Maurice, orang utan; Buck, gorilla; dan Rocket, simpanse yang dulunya menjadi penguasa yang akhirnya menjadi tangan kanan Caesar. Rencana demi rencana berlalu, Caesar bersama kawanan kera lainnya menyerbu kota dan berhasil memporak-porandakkan kota San Fransisco.
Caesar yang sudah menjadi pemimpin tertinggi para kera cerdas akhirnya menemukan rumahnya. Caesar tidak ingin kembali kepada Will dan ingin hidup sebagai kera yang sesungguhnya.
Di film keduanya, Dawn of the Planet of the Apes, melanjutkan cerita pertamanya. Kala itu kumpulan kera cerdas sudah membuat koloni di hutan utara San Fransisco. Di hutan San Fransisco, para kera cerdas yang dipimpin oleh Caesar sudah membuat koloni serta tempat untuk ditinggali.
Pada film ini, umat manusia sudah banyak tewas karena virus yang disebabkan oleh uji coba obat ALZ-113. Salah satu penjaga tidak sengaja terhirup cairan gasnya dan menyebarkan virus itu selama 10 tahun. Selama 10 tahun itu pula manusia tak berdaya dan kaum kera mulai menjadi penguasa.
Caesar yang sudah menjalin hubungan keluarga dengan kera betina, Cornelia, sudah mempunyai anak yang bernama Blue Eyes dan Cornelius. Pada suatu hari, Blue Eyes dan sahabatnya, Ash, tak sengaja bertemu dengan kawanan manusia. Saat itu salah satu manusia tak sengaja menembak Ash, kawanan kera yang muncul akhirnya mengusir kawanan manusia dengan suaranya.
Kawanan manusia yang selamat dari flu simian tinggal di sebuah kawasan yang cukup dekat dengan hutan. Saat itu, Malcolm (Jason Clarke) masuk ke hutan untuk mengaktifkan sebuah pembangkit listrik untuk tempat tinggal mereka. Namun sayang, karena mereka dianggap sebuah ancaman oleh kera, hal itu tidak berhasil.
Keesokan harinya, Caesar memimpin pasukan kera menuju pemukiman manusia untuk memperingatkan manusia bahwa kaum kera tidak akan berperang, kecuali jika itu diperlukan. Dreyfus (Gary Oldman), orang yang berkuasa di pemukiman itu mempunyai rencana untuk memperbaiki pembangkit listrik di hutan.
Malcolm bernegosiasi dengan kawanan kera dan juga Caesar untuk bisa mengikutinya menuju bendungan dan menjelaskan bahwa di sana ada pembangkit listrik dan Malcolm ingin memperbaiki pembangkit listrik itu untuk memperbaikinya. Akhirnya, bendungan dan pembangkit listrik itu akhirnya bisa diperbaiki berkat bantuan para kera.
Koba, salah satu bawahan Caesar tidak setuju bahwa kera membantu manusia. Menurut Koba, manusia adalah sebuah ancaman bagi kera. Namun, Caesar marah dan Koba meminta maaf kepadanya. Pada akhirnya, Koba yang akhirnya membangkang pergi ke pemukiman manusia untuk mengambil salah satu senapan yang dimiliki manusia. Dengan taktik cerdiknya, Koba membunuh penjaga dan mengambil senjatanya.
Koba yang sudah berkhianat kembali ke hutan dengan membawa senjatanya. Dengan liciknya, Koba menembak Caesar dan Caesar pun terjatuh. Dengan membuat propaganda, Koba mengatakan kepada seluruh kera bahwa Caesar sudah terbunuh oleh manusia. Koba pun memimpin pasukan kera untuk menyerang pemukiman manusia untuk membalaskan dendam atas kematian Caesar.
Pasukan kera pun mengikuti perintah Koba. Mereka menyerang pemukiman manusia dan menyandera para manusia di dekat menara. Kera yang membangkang pun disandera oleh Koba. Tapi ternyata, Caesar ditemukan masih hidup oleh Ellie (Keri Russell), istri Malcolm, dan akhirnya ia dirawat dan dioperasi oleh Ellie dengan alat yang diambil oleh Malcolm.
Blue Eyes yang datang bersama Malcolm untuk menemui ayahnya mengatakan bahwa Koba sudah semakin membangkang. Akhirnya, Caesar datang untuk menemui Koba bersama Maurice, Rocket, Blue Eyes, dan beberapa kera lainnya.
Ketika bertemu, Caesar dan Koba bertengkar hebat dan saling menyerang sambil berdebat satu sama lain. Caesar yang lebih kuat dari Koba akhirnya memenangkan pertarungan dan Koba tewas jatuh dari menara. Para kera kembali tunduk pada kepemimpinan Caesar.
Di sisi lain, Malcolm bertemu dengan Dreyfus yang hendak menghancurkan menara dengan bom. Dreyfus yang tidak setuju dengan rencana Malcolm untuk menyelamatkan kera akhirnya menekan tombol bom dan membuat menara itu jatuh.
Para kera yang selamat akhirnya berkumpul dengan para kera betina dan anak-anak bersama Caesar. Malcolm yang bertemu dengan Caesar menyarankan agar kaum kera segera pergi sebelum anggota militer datang. Caesar menolak, menurutnya, kaum kera harus menghadapi apa yang mereka mulai, yaitu perang.
Cerita berlanjut di film ketiganya, War for the Planet of the Apes (2017). Saat itu, setelah 15 tahun setelah eksperimen yang menciptakan spesies kera cerdas menciptakan sebuah virus yang dikenal dengan nama flu simian. Virus ini membunuh sebagian besar populasi manusia. Kera-kera cerdas membentuk koloni yang dipimpin oleh Caesar.
Seekor kera pemberontak yang bernama Koba membuat adu domba yang mengakibatkan terjadinya perang antara manusia dan kera. Pihak manusia meminta bantuan kepada markas militer utara, tempat semua pasukan Amerika berkumpul. Sebuah pasukan khusus dikirim untuk membasmi koloni kera.
Selama 2 tahun mereka mencari markas Caesar, akhirnya mereka menemukannya. Pasukan militer itu dibantu oleh kera cerdas mantan anak buah Koba, mereka berhasil menyerang markas Caesar. Namun, pasukan militer itu kalah dan akhirnya mereka dibebaskan oleh Caesar. Caesar ingin agar para manusia dan kera berdamai tanpa perang.
Menyadari misi pencarian markas Caesar sudah berhasil, militer mengirimkan pasukan lagi yang dipimpin oleh Kolonel McColough (Woody Harrelson). Saat itu, pada malam hari, secara sengaja Kolonel membunuh istri Caesar, Cornelia dan anaknya, Blue Eyes. Caesar yang merasa sedih sekaligus marah berniat untuk membalaskan dendamnya kepada kolonel.
Seluruh kaum kera berniat untuk menuju gurun pasir karena markasnya sudah diketahui oleh manusia, namun Caesar tidak ikut. Ia ingin pergi mengikuti militer untuk membalaskan dendanmya. Ia pun menitipkan anak termudanya, Cornelius, kepada Lake (Sara Canning).
Caesar awalnya ingin sendiri pergi menuju markas militer, namun Maurice, Luca, dan Rocket pun memulai perjalannya. Di perjalanan, mereka membawa salah satu anak perempuan yang kemudian mereka beri nama Nova (Amiah Miller).
Malam harinya, mereka menemukan markas militer kecil, di sana, mereka menemukan Winter (Aleks Paunovic), salah satu gorilla bawahan Caesar yang berkhianat. Caesar kemudian tak sengaja membunuh Winter agar tidak ketahuan oleh tentara.
Pagi harinya, kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Ia kemudian bertemu dengan salah satu kera yang dapat berbicara, ia pun memperkenalkan diri sebagai Bad Ape (Steve Zahn). Mereka bermalam di sebuah rumah kecil, mereka pun bercerita dan saling berbagi informasi tentang markas militer.
Singkat cerita, mereka sudah sampai menuju markas militer yang dimaksud. Caesar pun pergi menuju ke dalam markas, di dalam markas, Caesar melihat kawanan kera yang sudah di tangkap oleh pasukan Alpha Omega. Caesar pun ditangkap oleh donkey, kera yang memihak manusia, kemudian ia dibawa menuju ke dalam kandang.
Di markas militer itu, para kera dipaksa untuk bekerja paksa untuk membangun tembok. Layaknya kerja paksa, mereka dipaksa bekerja dan tidak diberi makan dan minum secara layak. Saat Kolonel berbicara dengan Caesar, terungkap fakta bahwa tembok yang ia bangun adalah untuk menahan serangan markas militer utara. Kolonel juga bercerita, bahwa anaknya terkena flu simian yang telah bermutasi dan ia terpaksa membunuh anaknya itu.
Di sisi lain, Maurice, Bad Ape, dan Rocket merencanakan sebuah rencana pelarian setelah menemukan terowongan bawah tanah. Rocket datang menuju ke dalam markas karena ingin mengalihkan perhatian karena Nova berjalan menuju kandang Caesar. Setelah ditangkap, dengan bahasa isyarat Rocket berkata kepada Caesar bahwa ada rencana pelarian yang sedang direncanakan.
Sebelum markas militer utara, dengan bantuan Rocket, Maurice, Nova, dan Bad Ape, kaum kera akhirnya bisa keluar markas dengan selamat. Saat itu juga markas militer utara telah sampai dan langsung menyerang markas.
Caesar yang berlari ke ruangan Kolonel, kemudian melihatnya lemah tak berdaya, rupanya ia telah terkena flu simian yang membuatnya tak bisa berbicara. Kolonel pun membunuh dirinya sendiri.
Setelah Caesar bisa kabur dan menghancurkan markas militer, tiba-tiba datang sebuah longsor salju yang menewaskan seluruh militer utara yang tersisa. Kaum kera pun selamat karena bergelantungan di pohon.
Kaum kera yang dipimpin Caesar berhasil melanjutkan perjalanan menuju sebuah oase yang sudah direncanakan sebelumnya. Kaum kera pun senang bisa mendapatkan rumah baru.
Caesar yang telah terkena luka panah akhirnya duduk bersama Maurice untuk berbincang untuk terakhir kalinya. Caesar berkata bahwa kaum kera akan kuat dengan atau tanpanya. Maurice pun mengatakan kepada Caesar bahwa kaum kera akan selalu mengenang jasa Caesar. Caesar kemudian menghembuskan napas terkahirnya.
Ulasan
Trilogi film ini merupakan sebuah film yang menghadirkan visual yang menarik dan terlihat sangat nyata. Jika kalian melihat seluruh efek motion-capture dan CGI yang ditampilkan, seakan-akan bukanlah aktor yang memainkan peran, namun kera asli yang bermain peran.
Sang sutradara, Matt Reeves berhasil membuat trilogi film yang secara kualitas gambar sangatlah layak untuk mendapatkan nominasi Oscar. Tak hanya secara CGI, sinematografi yang dihadirkan pun terasa sangat nyaman dan indah di mata penonton. Film ini benar-benar menggambarkan lingkungan tempat tinggal manusia dan kera dengan sangat detail.
Kemampuan akting para aktor pun tak usah diragukan lagi. Sang pemeran utama, Caesar, diperankan oleh Andy Serkis. Sebelumnya, Andy Serkis pernah bermain peran menjadi Gollum di film Lord of the Rings. Kemampuan dan pengalamannya menjadi aktor yang bermain peran menggunakan motion-capture sangatlah layak diacungi jempol. Ia berperan layaknya kera asli yang dapat berbicara.
Dengan peran Caesar yang berbicara tak terlalu lancar, menambak kesan realistis seekor kera yang dapat berbicara. Tak hanya Andy Serkis, aktor lain seperti Karin Konoval (Maurice), Terry Notary (Rocket), Toby Kebbell (Koba), dan Steve Zahn (Bad Ape) pun bisa memainkan perannya dengan sangat baik sebagai kera cerdas.
Dari segi cerita, tak usah diragukan lagi betapa menariknya untuk diikuti. Walaupun trilogi ini merupakan reboot, namun terasa fresh untuk dinikmati. Character development yang dibangun juga merupakan yang terbaik dalam cerita ini.
Jika kalian lebih mendalami character development Caesar, kalian akan merasa bahwa Caesar lebih manusiawi daripada manusia itu sendiri. Karakteristik kuat para tokoh kera terasa sangat kuat meski ada beraneka jenis.
Sisi emosional yang ada dalam trilogi ini juga didukung oleh efek visual film yang sangat layak diberi acungan jempol karena hasilnya yang tidak mengecewakan. Penggambaran para kera juga dibuat sangat detail sehingga kita sebagai penonton seperti sedang menonton kera berbicara sungguhan.
Menurut saya pribadi, trilogi film ini merupakan salah satu dari yang terbaik. Sutradara film ini, Matt Reeves yang juga sebagai penulis skenario berhasil menyuguhkan karya seni terbaiknya.
Film ini sangat layak ditonton semua kalangan karena ceritanya yang begitu filosofis dan menggambarkan keadaan manusia dan kera. Walaupun film ini bergenre fiksi, namun pembawaan ceritanya terasa begitu menyentuh hati, terlebih dengan penggambaran karakter kera terutama Caesar yang hingga saat ini masih membekas di hati penonton.
Kisah Caesar dan kaum kera cerdas akan berlanjut ke film keempatnya yang berjudul Kingdom of the Planet of the Apes yang tayang mulai 8 Mei 2024 di bioskop Indonesia. Film keempatnya ini disutradarai oleh Wes Ball yang juga menyutradarai franchise Maze Runner. Film ini akan berlatar 300 tahun setelah kematian Caesar, saat manusia menjadi primitif dan kera menjadi pemimpin di bumi.
___
Danu Rahman Wibowo, Siswa kelas 5 Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
0 Komentar
Tinggalkan Pesan