• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat

Erik Tauvani Somae Ahad, 29-5-2022 | - Dilihat: 3183

banner

Oleh: Erik Tauvani Somae

Jum’at, 27 Mei 2022, di usia yang ke-87 minus 4 hari, Allah memanggil Buya Syafii Maarif untuk kembali kepada-Nya dengan kata Allah. Pecahlah tangis kami yang saat itu berada di dalam ruangan. Ibu Lip yang dirangkul putranya tampak berusaha kuat dan tabah, sekalipun air mata tak dapat dibendung lagi.

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Beberapa waktu sebelumnya, kepada Ibu Lip Buya sempat berkata, “Ya Allah, jika saya masih bisa bermanfaat untuk orang lain, panjangkan usia. Tapi jika kiranya sudah selesai, saya pasrah, semoga masuk dalam golongan orang-orang yang baik.”

Hati siapa yang tak guncang bagi mereka yang senantiasa menemani Buya dalam suka dan duka. Sedikit pun niat meratap tak ada, namun juga tak kuasa menyeka air mata. Sekuat hati hanya bisa bergumam bahwa Allah lebih sayang pada Buya. Berkali-kali Buya berpesan, “Jika saya nanti mati, jangan pernah menangis.”

Jum’at itu, panas terik tidak, hujan pun tidak. Sedikit saja rintikan air membasahi bumi hingga jenazah diberangkatkan dari RS PKU Muhammadiyah Gamping ke Masjid Gedhe Kauman lalu menuju ke pemakaman dengan suasana sejuk. Ribuan orang turut serta dalam melepas kepergian Buya di masjid hingga di tepian jalan sepanjang perjalanan.

Presiden RI, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Gubernur Jateng, Para Menteri, Kapolri, dan banyak lagi tokoh nasional lainnya yang turut melayat hingga sebagian mengantarkan sampai ke peristirahatan terakhir. Bahkan para tokoh lintas iman juga turut berduka cita dan hadir melayat.

Buya adalah bapak, guru, sekaligus sahabat bagi semua. Buya selalu kokoh dalam prinsip dan ilmu, konsisten dan konsekuen, sekaligus tetap merangkul, mengayomi, mendidik, egaliter, pendengar yang baik, pemaaf, serta antara ucapan dan tindakannya tidak pecah kongsi.

Setelah tepat satu dasawarsa bersama Buya (2012-2022), kini telah tiba saatnya di mana setiap jiwa yang bernyawa pasti akan berpulang. Pesan-pesan terakhir Buya menjadi satu penanda bahwa ia tengah berpamitan.

Kepada Prof Haedar Nashir pada 24 Maret 2022, Buya memesan sebidang tanah di Taman Makam Husnul Khatimah di Kulon Progo milik RS PKU Muhammadiyah Gamping. Sesungguhnya Buya bisa saja dimakamkan di pemakaman umum lainnya.

Presiden sempat menawarkan pada keluarga agar Buya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada 2015, Buya menerima penghargaan dari Negara berupa Bintang Mahaputra Utama. Namun sesuai pesan Buya, tetap di pemakaman Muhammadiyah tersebut.

Saat dalam masa perawatan di rumah sakit, Buya sempat diminta untuk dirawat di sebuah rumah sakit di Ibu Kota atau rumah sakit lainnya. Namun Buya tak ingin berpaling dari PKU Muhammadiyah Gamping. “Saya di sini saja,” kata Buya.

Sesungguhnya segala upaya terbaik bisa ditempuh untuk kesembuhan Buya, namun pilihan Buya dan keputusan keluarga tentu ada di atas pertimbangan yang matang dan telah dilakukan dengan semaksimal mungkin.

Buya ingin dirawat di rumah sakit Muhammadiyah dan dimakamkan di taman makam Muhammadiyah. Tak hanya itu saja, bahkan di hari-hari terakhir kepada Ust Ikhwan Ahada, Buya masih sempat membicarakan pembangunan gedung dakwah Muhammadiyah dengan napas yang terbatas.

Kepada beberapa kerabat, khususnya pengurus Muhammadiyah cabang Sumpur Kudus, Buya pada 23 April 2022 melalui pesan WA meninggalkan pesan yang intinya adalah untuk mengembangkan amal usaha Muhammadiyah di Sumpur Kudus.

Pesan itu disampaikan oleh Buya dengan kalimat pembuka: “Karena saya sudah semakin tua dan tidak selalu sehat, maka mohon perhatikan hal-hal berikut ini.” Lalu ditutup dengan kalimat: “Asal kita berusaha, pasti akan terbuka jalan. Percayalah, mengurus Muhammadiyah tidak akan menjadikan orang miskin.”

Dalam artikel saya sebelumnya pada 16 Mei 2022 di bawah judul Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah, Buya juga berpesan kepada Anak Panah supaya sejarah Muhammadiyah di Sumpur Kudus, kampung halaman Buya, bisa disusun dan dibukukan.

Artikel serupa tentang pesan Buya ini juga telah ditulis oleh Bung Sidiq berjudul Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii. Di hari-hari terakhirnya, Buya Syafii selalu berpesan tentang Muhammadiyah, Muhammadiyah, dan Muhammadiyah.

Itulah Buya, ia yakin bahwa dengan beramal saleh di Muhammadiyah dapat menjadi pintu untuk memajukan umat dan bangsa. Muhammadiyah tetap menyala di hati sanubari Buya hingga akhir hayatnya. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’fu’anhu.

Catatan: Tulisan ini dibuat di hari ke-3 setelah suasana hati lebih siap berdamai dengan kenyataan.

Tags
6 Komentar
banner

2022-05-29 20:20:06

zidex

keseserhanaan yg penuh keteladanan..

banner

2022-05-29 20:34:18

suryawan muhammad

teladanmu tiada tara Mugi Allah paring papan paling sae

banner

2022-05-29 20:44:12

Trisno M

Penuh dg keteladanan, bersahaja dan damai.. smg kita semua bs menteladaninya, dan smg beliau husnul hotimah aamiiin ya Allah

banner

2022-05-29 20:52:46

Fakhruddin Mansyur

MaasyaAllah buya teladan Kita Semua. Jazaakumulllah khairan mas Erik

banner

2022-05-30 06:05:23

Ahmad Fuad Fanani

Terima kasih banyak Erik...sangat menyentuh dan inspiring

banner

2022-05-30 08:46:56

Hafizh Wahiddin

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'fu'anhu Allah sudah mencukupkan tugas beliau di muka bumi khususnya di Tanah Bumi Pertiwi. Peninggalan nya adalah hal berharga, terlebih utk para penerus perjuangan Dinul Islam, Muhammadiyah dan Bangsa. Semoga ditempatkan disisi terbaik Nya. Amiin

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat

Erik Tauvani Somae Ahad, 29-5-2022 | - Dilihat: 3183

banner

Oleh: Erik Tauvani Somae

Jum’at, 27 Mei 2022, di usia yang ke-87 minus 4 hari, Allah memanggil Buya Syafii Maarif untuk kembali kepada-Nya dengan kata Allah. Pecahlah tangis kami yang saat itu berada di dalam ruangan. Ibu Lip yang dirangkul putranya tampak berusaha kuat dan tabah, sekalipun air mata tak dapat dibendung lagi.

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Beberapa waktu sebelumnya, kepada Ibu Lip Buya sempat berkata, “Ya Allah, jika saya masih bisa bermanfaat untuk orang lain, panjangkan usia. Tapi jika kiranya sudah selesai, saya pasrah, semoga masuk dalam golongan orang-orang yang baik.”

Hati siapa yang tak guncang bagi mereka yang senantiasa menemani Buya dalam suka dan duka. Sedikit pun niat meratap tak ada, namun juga tak kuasa menyeka air mata. Sekuat hati hanya bisa bergumam bahwa Allah lebih sayang pada Buya. Berkali-kali Buya berpesan, “Jika saya nanti mati, jangan pernah menangis.”

Jum’at itu, panas terik tidak, hujan pun tidak. Sedikit saja rintikan air membasahi bumi hingga jenazah diberangkatkan dari RS PKU Muhammadiyah Gamping ke Masjid Gedhe Kauman lalu menuju ke pemakaman dengan suasana sejuk. Ribuan orang turut serta dalam melepas kepergian Buya di masjid hingga di tepian jalan sepanjang perjalanan.

Presiden RI, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Gubernur Jateng, Para Menteri, Kapolri, dan banyak lagi tokoh nasional lainnya yang turut melayat hingga sebagian mengantarkan sampai ke peristirahatan terakhir. Bahkan para tokoh lintas iman juga turut berduka cita dan hadir melayat.

Buya adalah bapak, guru, sekaligus sahabat bagi semua. Buya selalu kokoh dalam prinsip dan ilmu, konsisten dan konsekuen, sekaligus tetap merangkul, mengayomi, mendidik, egaliter, pendengar yang baik, pemaaf, serta antara ucapan dan tindakannya tidak pecah kongsi.

Setelah tepat satu dasawarsa bersama Buya (2012-2022), kini telah tiba saatnya di mana setiap jiwa yang bernyawa pasti akan berpulang. Pesan-pesan terakhir Buya menjadi satu penanda bahwa ia tengah berpamitan.

Kepada Prof Haedar Nashir pada 24 Maret 2022, Buya memesan sebidang tanah di Taman Makam Husnul Khatimah di Kulon Progo milik RS PKU Muhammadiyah Gamping. Sesungguhnya Buya bisa saja dimakamkan di pemakaman umum lainnya.

Presiden sempat menawarkan pada keluarga agar Buya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada 2015, Buya menerima penghargaan dari Negara berupa Bintang Mahaputra Utama. Namun sesuai pesan Buya, tetap di pemakaman Muhammadiyah tersebut.

Saat dalam masa perawatan di rumah sakit, Buya sempat diminta untuk dirawat di sebuah rumah sakit di Ibu Kota atau rumah sakit lainnya. Namun Buya tak ingin berpaling dari PKU Muhammadiyah Gamping. “Saya di sini saja,” kata Buya.

Sesungguhnya segala upaya terbaik bisa ditempuh untuk kesembuhan Buya, namun pilihan Buya dan keputusan keluarga tentu ada di atas pertimbangan yang matang dan telah dilakukan dengan semaksimal mungkin.

Buya ingin dirawat di rumah sakit Muhammadiyah dan dimakamkan di taman makam Muhammadiyah. Tak hanya itu saja, bahkan di hari-hari terakhir kepada Ust Ikhwan Ahada, Buya masih sempat membicarakan pembangunan gedung dakwah Muhammadiyah dengan napas yang terbatas.

Kepada beberapa kerabat, khususnya pengurus Muhammadiyah cabang Sumpur Kudus, Buya pada 23 April 2022 melalui pesan WA meninggalkan pesan yang intinya adalah untuk mengembangkan amal usaha Muhammadiyah di Sumpur Kudus.

Pesan itu disampaikan oleh Buya dengan kalimat pembuka: “Karena saya sudah semakin tua dan tidak selalu sehat, maka mohon perhatikan hal-hal berikut ini.” Lalu ditutup dengan kalimat: “Asal kita berusaha, pasti akan terbuka jalan. Percayalah, mengurus Muhammadiyah tidak akan menjadikan orang miskin.”

Dalam artikel saya sebelumnya pada 16 Mei 2022 di bawah judul Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah, Buya juga berpesan kepada Anak Panah supaya sejarah Muhammadiyah di Sumpur Kudus, kampung halaman Buya, bisa disusun dan dibukukan.

Artikel serupa tentang pesan Buya ini juga telah ditulis oleh Bung Sidiq berjudul Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii. Di hari-hari terakhirnya, Buya Syafii selalu berpesan tentang Muhammadiyah, Muhammadiyah, dan Muhammadiyah.

Itulah Buya, ia yakin bahwa dengan beramal saleh di Muhammadiyah dapat menjadi pintu untuk memajukan umat dan bangsa. Muhammadiyah tetap menyala di hati sanubari Buya hingga akhir hayatnya. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’fu’anhu.

Catatan: Tulisan ini dibuat di hari ke-3 setelah suasana hati lebih siap berdamai dengan kenyataan.

Tags
6 Komentar
banner

2022-05-29 20:20:06

zidex

keseserhanaan yg penuh keteladanan..

banner

2022-05-29 20:34:18

suryawan muhammad

teladanmu tiada tara Mugi Allah paring papan paling sae

banner

2022-05-29 20:44:12

Trisno M

Penuh dg keteladanan, bersahaja dan damai.. smg kita semua bs menteladaninya, dan smg beliau husnul hotimah aamiiin ya Allah

banner

2022-05-29 20:52:46

Fakhruddin Mansyur

MaasyaAllah buya teladan Kita Semua. Jazaakumulllah khairan mas Erik

banner

2022-05-30 06:05:23

Ahmad Fuad Fanani

Terima kasih banyak Erik...sangat menyentuh dan inspiring

banner

2022-05-30 08:46:56

Hafizh Wahiddin

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'fu'anhu Allah sudah mencukupkan tugas beliau di muka bumi khususnya di Tanah Bumi Pertiwi. Peninggalan nya adalah hal berharga, terlebih utk para penerus perjuangan Dinul Islam, Muhammadiyah dan Bangsa. Semoga ditempatkan disisi terbaik Nya. Amiin

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech