Sultan Agung: Raja Mataram yang Berani dan Bijaksana
Raychan Assabiq Kamis, 19-9-2024 | - Dilihat: 28
Oleh: Raychan Assabiq
Raden Mas Rangsang/Raden Mas Jatmika merupakan anak dari prabu Hanyokrowati dan kakek beliau Danang Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati merupakan pendiri kerajaan mataram islam.
Puncak kejayaan mataram muncul sejak Raden Mas Rangsang diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya dan diberi gelar Susuhunan Agung Hanyokrokusumo atau dikenal dengan sebutan Sultan Agung.
Sejak umur 10 tahun Raden Mas Rangsang mengemban ilmu di padepokan yang di asuh oleh Ki Jejer untuk memperdalam ilmu Agama karena sejak kecil Raden Mas Rangsang memiliki cita-cita ingin jadi ulama’ yang menyebarkan agama islam di bumi Mataram.
Setelah berumur 20 tahun Raden Mas Rangsang dijemput oleh utusan mataram yang diutus ayahnya, sesampainya di kraton yang saat itu terletak di kotagede beliau mendapatkan dawuh untuk menggantika ayahnya melanjutkan tahta mataram. Namun beliau tidak langsung menerima dikarenakan cita-citanya ingin menjadi ulama, tetapi atas nasehat dan semangat dari gurunya beliaupun menerimanya.
Sultan Agung resmi dilantik pada tahun 1613 menggantikan ayahnya Prabu Hanyokrowati. Pada masa pemerintahan Sultan Agung hampir seluruh wilayah jawa berhasil ditaklukan kecuali Batavia karena sudah di kuasai VOC. Setelah berhasil menaklukan pesisir utara yakni daerah jepara, mataram mempunyai pasukan laut yang kelak akan dimanfaatkan untuk perang melawan VOC di Batavia.
Sultan Agung Sangat Memusuhi VOC
Vereenigde Ost Indische Compagnie (VOC) merupakan sebuah perusahaan dagang milik Belanda yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ekonomi dan politik. Tujuan VOC didirikan pun untuk menguasai dan memperdagangkan rempah-rempah di Asia Tenggara.
Tepat pada tahun 1628 Sultan Agung mentitahkan pasukan mataram dengan menyebut Asmo Gusti Kang AkaryoJagad untuk perang melawan mataram beliau mengatakan “Perang ini adalah perang suci, untuk melanjutkan perjuangan mahapatih Gajah Mada” untuk menyemangati pasukan mataram serta bertujuan untuk mengusir VOC di Nusantara.
Ki Juru Kiting yang menjabat sebagai panglima perang ditugaskan untuk memimpin pasukan darat, adapun pasukan laut mataram yang berangkat dari jepara bersama-sama melawan VOC. Perang sangat berkecamuk dan hampir menerobos benteng VOC namun karena bekal dan kesediaan senjata terbatas dan tidak sebanding dengan senjata yang dimiliki VOC, pasukan mataram pun terpaksa mundur dan kembali ke mataram.
Sultan Agung Adalah Pemimpin Yang Bijaksana dan Sangat Nguri-Uri Budaya Jawa
Dikarenakan pulang membawa kekalahan Ki Juru Kiting meminta maaf kepada Sinuwun namun beliau sama sekali tidak marah dan mengatakan kepada Ki Juru Kiting” Kita sudah menang dan sekarang pulanglah temui anak dan istrimu serta ajarkanlah anak cucumu untuk mencintai negeri ini” ujar Sultan Agung, Hal ini membuktikan bahwa Ndalem Sinuwun memiliki karakter yang bijaksana dan sangat menguri-uri budaya jawa. Pada masa beliau juga menyatukan antara kalender jawa dan hijriyah dan membuat grebeg maulud di setiap tahunya untuk memperingati kelahiran Rosuullah SAW.
Sultan Agung juga memiliki sebuah karya Serat Sastra Gending sebuah karya sastra yang isinya memiliki unsur religius dan filosofis antara lain adalah: Pertama, untuk mengajak masyarakat mataram untuk beragama islam secara benar dan bertauhid (Manunggaling Kawula Gusti) yang berarti menyatunya manusia dengan Tuhan.
Namun hal ini dibenarkan oleh sinuwun, yang dimaksud adalah hubungan batin manusia dengan Tuhan yakni Habluminallah. Kedua, Sangkan Parining Dumadi merupakan suatu ajaran untuk mengingatkan manusia dari mana dia berasal dan kemana dia akan kembali.
Tujuan utama filosofi tersebut agar manusia mengenal dirinya sendiri man arofa nafsahu faqod arofa robbahu “barangsiapa mengenal dirinya niscaya akan mengenal Tuhanya”. Ketiga, Memayu Hayuning Bawana memiliki makna memperindah sesuatu yang sudah indah sedangkan Bawana memiliki makna Bumi.
Maksud dari filosofi tersebut bahwa Tuhan itu indah dan mencintai keindahan dan manusia ditugaskan oleh Allah untuk menjaga dan merawat bumi yang indah ini namun disuruh memperindah lagi. Misalnya Allah menciptakan padi, tetapi disuruh memperindah lagi menjadi beras agar bisa di konsumsi oleh manusia. Ketiga filosofi tersebut menurut penulis masih sangat relevan untuk dipakai di zaman sekarang karena bersifat dinamis.
Susuhunan Agung Hanyokrokusumo Memiliki Karakter Yang Pantang Menyerah Untuk Melawan VOC
Tepat pada tahun 1629 satu tahun setelah gagal, sultan agung memiliki strategi baru untuk kembali melawan VOC. Beliau menyiapkan pasukan tempur yang lebih banyak daripada sebelumnya serta memerintahkan Ki Juru Martani untuk membuat lumbung padi di daerah cirebon sebagai persediaan pangan pun beliau tidak kehabisan akal Sultan Agung berhasil membuat bendungan di sungai Ciliwung dan mengotorinya sehingga muncul wabah penyakit kolera yang menyerang penduduk Batavia.
Dengan demikian serangan kedua tidaklah gagal, pasukan Mataram berhasil menerobos benteng pertahanan VOC dan mampu memukul mudur pasukan VOC. Gubernur jendral VOC Jan Pieterszoon pun mati karena disaat dalam kondisi sakit diracun oleh Nyimas Utari yang bertugas merawat Gubernur Jendral VOC dan ternyata beliau merupakan mata-mata Mataram.
Sultan Agung telah berhasil membuktikan bahwa bangsa kita bukan bangsa yang lemah, penyerangan ke Batavia bukan untuk hari ini tapi untuk ratusan tahun ke depan. Pada masa persiden Soekarno Sultan Agung di nobatkan sebagai pahlawan Nasional karena kegigihanya melawan VOC.
_____
Raychan Assabiq, Saat ini sedang berprofesi menjadi guru dan sebagai mahasiswa aktif Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
- Artikel Terpuler -
Sultan Agung: Raja Mataram yang Berani dan Bijaksana
Raychan Assabiq Kamis, 19-9-2024 | - Dilihat: 28
Oleh: Raychan Assabiq
Raden Mas Rangsang/Raden Mas Jatmika merupakan anak dari prabu Hanyokrowati dan kakek beliau Danang Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati merupakan pendiri kerajaan mataram islam.
Puncak kejayaan mataram muncul sejak Raden Mas Rangsang diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya dan diberi gelar Susuhunan Agung Hanyokrokusumo atau dikenal dengan sebutan Sultan Agung.
Sejak umur 10 tahun Raden Mas Rangsang mengemban ilmu di padepokan yang di asuh oleh Ki Jejer untuk memperdalam ilmu Agama karena sejak kecil Raden Mas Rangsang memiliki cita-cita ingin jadi ulama’ yang menyebarkan agama islam di bumi Mataram.
Setelah berumur 20 tahun Raden Mas Rangsang dijemput oleh utusan mataram yang diutus ayahnya, sesampainya di kraton yang saat itu terletak di kotagede beliau mendapatkan dawuh untuk menggantika ayahnya melanjutkan tahta mataram. Namun beliau tidak langsung menerima dikarenakan cita-citanya ingin menjadi ulama, tetapi atas nasehat dan semangat dari gurunya beliaupun menerimanya.
Sultan Agung resmi dilantik pada tahun 1613 menggantikan ayahnya Prabu Hanyokrowati. Pada masa pemerintahan Sultan Agung hampir seluruh wilayah jawa berhasil ditaklukan kecuali Batavia karena sudah di kuasai VOC. Setelah berhasil menaklukan pesisir utara yakni daerah jepara, mataram mempunyai pasukan laut yang kelak akan dimanfaatkan untuk perang melawan VOC di Batavia.
Sultan Agung Sangat Memusuhi VOC
Vereenigde Ost Indische Compagnie (VOC) merupakan sebuah perusahaan dagang milik Belanda yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ekonomi dan politik. Tujuan VOC didirikan pun untuk menguasai dan memperdagangkan rempah-rempah di Asia Tenggara.
Tepat pada tahun 1628 Sultan Agung mentitahkan pasukan mataram dengan menyebut Asmo Gusti Kang AkaryoJagad untuk perang melawan mataram beliau mengatakan “Perang ini adalah perang suci, untuk melanjutkan perjuangan mahapatih Gajah Mada” untuk menyemangati pasukan mataram serta bertujuan untuk mengusir VOC di Nusantara.
Ki Juru Kiting yang menjabat sebagai panglima perang ditugaskan untuk memimpin pasukan darat, adapun pasukan laut mataram yang berangkat dari jepara bersama-sama melawan VOC. Perang sangat berkecamuk dan hampir menerobos benteng VOC namun karena bekal dan kesediaan senjata terbatas dan tidak sebanding dengan senjata yang dimiliki VOC, pasukan mataram pun terpaksa mundur dan kembali ke mataram.
Sultan Agung Adalah Pemimpin Yang Bijaksana dan Sangat Nguri-Uri Budaya Jawa
Dikarenakan pulang membawa kekalahan Ki Juru Kiting meminta maaf kepada Sinuwun namun beliau sama sekali tidak marah dan mengatakan kepada Ki Juru Kiting” Kita sudah menang dan sekarang pulanglah temui anak dan istrimu serta ajarkanlah anak cucumu untuk mencintai negeri ini” ujar Sultan Agung, Hal ini membuktikan bahwa Ndalem Sinuwun memiliki karakter yang bijaksana dan sangat menguri-uri budaya jawa. Pada masa beliau juga menyatukan antara kalender jawa dan hijriyah dan membuat grebeg maulud di setiap tahunya untuk memperingati kelahiran Rosuullah SAW.
Sultan Agung juga memiliki sebuah karya Serat Sastra Gending sebuah karya sastra yang isinya memiliki unsur religius dan filosofis antara lain adalah: Pertama, untuk mengajak masyarakat mataram untuk beragama islam secara benar dan bertauhid (Manunggaling Kawula Gusti) yang berarti menyatunya manusia dengan Tuhan.
Namun hal ini dibenarkan oleh sinuwun, yang dimaksud adalah hubungan batin manusia dengan Tuhan yakni Habluminallah. Kedua, Sangkan Parining Dumadi merupakan suatu ajaran untuk mengingatkan manusia dari mana dia berasal dan kemana dia akan kembali.
Tujuan utama filosofi tersebut agar manusia mengenal dirinya sendiri man arofa nafsahu faqod arofa robbahu “barangsiapa mengenal dirinya niscaya akan mengenal Tuhanya”. Ketiga, Memayu Hayuning Bawana memiliki makna memperindah sesuatu yang sudah indah sedangkan Bawana memiliki makna Bumi.
Maksud dari filosofi tersebut bahwa Tuhan itu indah dan mencintai keindahan dan manusia ditugaskan oleh Allah untuk menjaga dan merawat bumi yang indah ini namun disuruh memperindah lagi. Misalnya Allah menciptakan padi, tetapi disuruh memperindah lagi menjadi beras agar bisa di konsumsi oleh manusia. Ketiga filosofi tersebut menurut penulis masih sangat relevan untuk dipakai di zaman sekarang karena bersifat dinamis.
Susuhunan Agung Hanyokrokusumo Memiliki Karakter Yang Pantang Menyerah Untuk Melawan VOC
Tepat pada tahun 1629 satu tahun setelah gagal, sultan agung memiliki strategi baru untuk kembali melawan VOC. Beliau menyiapkan pasukan tempur yang lebih banyak daripada sebelumnya serta memerintahkan Ki Juru Martani untuk membuat lumbung padi di daerah cirebon sebagai persediaan pangan pun beliau tidak kehabisan akal Sultan Agung berhasil membuat bendungan di sungai Ciliwung dan mengotorinya sehingga muncul wabah penyakit kolera yang menyerang penduduk Batavia.
Dengan demikian serangan kedua tidaklah gagal, pasukan Mataram berhasil menerobos benteng pertahanan VOC dan mampu memukul mudur pasukan VOC. Gubernur jendral VOC Jan Pieterszoon pun mati karena disaat dalam kondisi sakit diracun oleh Nyimas Utari yang bertugas merawat Gubernur Jendral VOC dan ternyata beliau merupakan mata-mata Mataram.
Sultan Agung telah berhasil membuktikan bahwa bangsa kita bukan bangsa yang lemah, penyerangan ke Batavia bukan untuk hari ini tapi untuk ratusan tahun ke depan. Pada masa persiden Soekarno Sultan Agung di nobatkan sebagai pahlawan Nasional karena kegigihanya melawan VOC.
_____
Raychan Assabiq, Saat ini sedang berprofesi menjadi guru dan sebagai mahasiswa aktif Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
0 Komentar
Tinggalkan Pesan