Si Amatir saat Belajar Pemikiran
M. Ihsan Adi Wijaya Jum'at, 6-1-2023 | - Dilihat: 332
Oleh: M. Ihsan Adi Wijaya
Dulu, sebelum belajar lebih luas tentang tokoh, sejarah, dan pemikiran, saya tidak pernah berpikir bahwa ternyata ada begitu banyak perbedaan perspektif individu mengenai suatu hal. Sampai lingkungan dan pendidikan mengubah cara berpikir saya.
Khususnya bab pemikiran, saya menyadari ternyata ada perbedaan yang kontras antara satu kelompok dengan kelompok lain. Saya menemukan di negara Indonesia yang kaya akan budaya dengan pluralisme masyarakatnya yang mempesona ternyata masih terdapat bibit-bibit pemikiran radikal dan intoleran.
Belajar di tempat dengan pemikiran yang lebih terbuka dan bertemu dengan orang-orang dengan latar belakang adat istiadat yang beragam, membuka pikiran saya berubah dan memberikan perspektif baru dalam memandang sebuah perbedaan.
Jambore Pelajar Teladan Bangsa IX 27-30 Desember 2022 yang diadakan oleh Maarif Institute membuat saya menemukan arti sebuah pluralisme dan toleransi. Di sana saya semakin sadar bahwa manusia hidup sebagai zoon politicon, hidup bermasyarakat, berdampingan dengan orang lain dan tidak bisa hanya mementingkan apa yang menjadi keinginan personal dan kelompoknya semata.
Manusia yang hidup di dunia ini tidak hanya berada pada satu komunitas. Di sini saya juga menemukan bahwa ada perbedaan yang tidak bisa ditoleransi bagi sebagian individu. Yang jadi permasalahan adalah bagaimana seorang individu atau kelompok menyikapi perbedaan tersebut.
Buya Ahmad Syafii Maarif, guru bangsa yang diceritakan menjadi alasan berdirinya institusi penyelenggara kegiatan jambore tersebut. Melalui kegiatan tersebut, saya belajar tentang pemikiran Buya yang humanis.
Diajarkan di sana bahwa praktik main hakim sendiri merupakan praktik yang salah. Tindakan-tindakan kekerasan dan intoleransi adalah sebuah tindakan merugikan. Paham ekstrimisme merupakan suatu hal yang merusak. Kegiatan selama jambore merupakan implementasi pemikiran sang cendikiawan, Buya Syafii Maarif.
Ada satu hal yang menarik atensi saya. Diceritakan bahwa dulunya Buya merupakan seorang yang getol menyerukan negara Islam. Namun sepulangnya dari bersekolah di Chicago, beliau berubah menjadi seorang yang humanis dan toleran. Dari sana saya merasa sedikit cemas ketika ada yang menyampaikan pemikiran Buya dengan tendensi ke arah liberal. Saya enggan pemikiran guru, ulama, cendikiawan kita menjadi multi-tafsir dan kontroversi.
Dari apa yang diceritakan tentang Buya, saya menyimpulkan bahwa ketika Buya bersekolah di Chicago, di negara dengan ideologi liberal, Buya sudah memiliki basic keagamaan yang kuat. Sebelum berhadapan dengan pemikiran-pemikiran tersebut, Buya mampu memahami agamanya yaitu agama Islam secara mendalam. Sehingga pemikiran dari Barat yang beliau bawa dapat menjadi pemkiran yang moderat. Tidak liberal, pun juga radikal.
Humanisme yang dibawa Buya adalah humanisme yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan Pancasila. Seperti yang beliau ajarkan bahwa keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan harus berjalan dalam satu tarikan napas agar tidak timbul keegoisan dan intoleransi.
Satu kata yang menggambarkan itu semua, kerukunan. Pada akhirnya saya belajar yang pertama bahwa sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran yang lebih luas dan terbuka, ada satu hal yang harus kita tanamkan kuat dalam diri, yaitu prinsip atau aqidah kita dalam beragama.
Dengan aqidah yang kuat, kita tidak akan mudah terombang-ambing deru ombak pemikiran-pemikiran di luar sana. Kita dapat merealisasikan humanisme yang sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai dan norma agama. Kedua, bahwa semangat kerukunan harus menjadi gairah setiap anak Bangsa dalam menyongsong masa depan.
_____
Ihsan Adi Wijaya, siswa kelas XI di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan peserta Jambore Pelajar Teladan Bangsa 2022 (Maarif Institute).
- Artikel Terpuler -
Si Amatir saat Belajar Pemikiran
M. Ihsan Adi Wijaya Jum'at, 6-1-2023 | - Dilihat: 332
Oleh: M. Ihsan Adi Wijaya
Dulu, sebelum belajar lebih luas tentang tokoh, sejarah, dan pemikiran, saya tidak pernah berpikir bahwa ternyata ada begitu banyak perbedaan perspektif individu mengenai suatu hal. Sampai lingkungan dan pendidikan mengubah cara berpikir saya.
Khususnya bab pemikiran, saya menyadari ternyata ada perbedaan yang kontras antara satu kelompok dengan kelompok lain. Saya menemukan di negara Indonesia yang kaya akan budaya dengan pluralisme masyarakatnya yang mempesona ternyata masih terdapat bibit-bibit pemikiran radikal dan intoleran.
Belajar di tempat dengan pemikiran yang lebih terbuka dan bertemu dengan orang-orang dengan latar belakang adat istiadat yang beragam, membuka pikiran saya berubah dan memberikan perspektif baru dalam memandang sebuah perbedaan.
Jambore Pelajar Teladan Bangsa IX 27-30 Desember 2022 yang diadakan oleh Maarif Institute membuat saya menemukan arti sebuah pluralisme dan toleransi. Di sana saya semakin sadar bahwa manusia hidup sebagai zoon politicon, hidup bermasyarakat, berdampingan dengan orang lain dan tidak bisa hanya mementingkan apa yang menjadi keinginan personal dan kelompoknya semata.
Manusia yang hidup di dunia ini tidak hanya berada pada satu komunitas. Di sini saya juga menemukan bahwa ada perbedaan yang tidak bisa ditoleransi bagi sebagian individu. Yang jadi permasalahan adalah bagaimana seorang individu atau kelompok menyikapi perbedaan tersebut.
Buya Ahmad Syafii Maarif, guru bangsa yang diceritakan menjadi alasan berdirinya institusi penyelenggara kegiatan jambore tersebut. Melalui kegiatan tersebut, saya belajar tentang pemikiran Buya yang humanis.
Diajarkan di sana bahwa praktik main hakim sendiri merupakan praktik yang salah. Tindakan-tindakan kekerasan dan intoleransi adalah sebuah tindakan merugikan. Paham ekstrimisme merupakan suatu hal yang merusak. Kegiatan selama jambore merupakan implementasi pemikiran sang cendikiawan, Buya Syafii Maarif.
Ada satu hal yang menarik atensi saya. Diceritakan bahwa dulunya Buya merupakan seorang yang getol menyerukan negara Islam. Namun sepulangnya dari bersekolah di Chicago, beliau berubah menjadi seorang yang humanis dan toleran. Dari sana saya merasa sedikit cemas ketika ada yang menyampaikan pemikiran Buya dengan tendensi ke arah liberal. Saya enggan pemikiran guru, ulama, cendikiawan kita menjadi multi-tafsir dan kontroversi.
Dari apa yang diceritakan tentang Buya, saya menyimpulkan bahwa ketika Buya bersekolah di Chicago, di negara dengan ideologi liberal, Buya sudah memiliki basic keagamaan yang kuat. Sebelum berhadapan dengan pemikiran-pemikiran tersebut, Buya mampu memahami agamanya yaitu agama Islam secara mendalam. Sehingga pemikiran dari Barat yang beliau bawa dapat menjadi pemkiran yang moderat. Tidak liberal, pun juga radikal.
Humanisme yang dibawa Buya adalah humanisme yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan Pancasila. Seperti yang beliau ajarkan bahwa keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan harus berjalan dalam satu tarikan napas agar tidak timbul keegoisan dan intoleransi.
Satu kata yang menggambarkan itu semua, kerukunan. Pada akhirnya saya belajar yang pertama bahwa sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran yang lebih luas dan terbuka, ada satu hal yang harus kita tanamkan kuat dalam diri, yaitu prinsip atau aqidah kita dalam beragama.
Dengan aqidah yang kuat, kita tidak akan mudah terombang-ambing deru ombak pemikiran-pemikiran di luar sana. Kita dapat merealisasikan humanisme yang sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai dan norma agama. Kedua, bahwa semangat kerukunan harus menjadi gairah setiap anak Bangsa dalam menyongsong masa depan.
_____
Ihsan Adi Wijaya, siswa kelas XI di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan peserta Jambore Pelajar Teladan Bangsa 2022 (Maarif Institute).
4 Komentar
2023-01-14 13:48:16
Alumni JPTB IX kamar 103
beragam orang makan bubur dengan berbagai cara, ada yang berbeda dari konsumsi hingga produksi atau bahkan distribus, tinggal kamu latar belakang kesuskaan apa, dan nyaman yang mana, yaudah makan aja. toh sama sama makan bubur ga perlu saling ajur
2024-11-29 11:30:29
Gflfyp
eriacta intention - forzest fad forzest oxford
2024-11-30 11:14:44
Xtbqjg
プレドニンジェネリック йЂљиІ© - г‚ўг‚ュテイン通販 安全 イソトレチノインジェネリック йЂљиІ©
2024-12-05 06:01:03
Kiuvdb
buy indinavir paypal - purchase diclofenac gel cheap order emulgel online cheap
4 Komentar
2023-01-14 13:48:16
Alumni JPTB IX kamar 103
beragam orang makan bubur dengan berbagai cara, ada yang berbeda dari konsumsi hingga produksi atau bahkan distribus, tinggal kamu latar belakang kesuskaan apa, dan nyaman yang mana, yaudah makan aja. toh sama sama makan bubur ga perlu saling ajur
2024-11-29 11:30:29
Gflfyp
eriacta intention - forzest fad forzest oxford
2024-11-30 11:14:44
Xtbqjg
プレドニンジェネリック йЂљиІ© - г‚ўг‚ュテイン通販 安全 イソトレチノインジェネリック йЂљиІ©
2024-12-05 06:01:03
Kiuvdb
buy indinavir paypal - purchase diclofenac gel cheap order emulgel online cheap
Tinggalkan Pesan