Seni Mengemis Manusia Indonesia
Muhammad Amin Azis Senin, 19-6-2023 | - Dilihat: 38
Oleh: Muhammad Amin Azis
Fenomena mengemis kian marak terjadi, hal ini bukan saja karena keterbelakangan ekonomi dan minimnya kemampuan diri, hal lain yang mendorong masyarakat Indonesia kerap memilih mengemis sebagai cara untuk mencari uang didasari oleh tuntutan gaya hidup dan mudahnya mengemis untuk dilakukan. Rasulullah SAW bersabda “kemiskinan ini dekat kepada kekufuran”.
Jika kita tadabburi lebih dalam, makna dari hadis adalah orang-orang yang berada pada kondisi yang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya bisa saja berbuat keburukan dan merugikan orang lain. Berbeda halnya dengan manusia Indonesia, kemiskinan pintu kreativitas. Mengapa demikian? Jawabannya dapat kita temui banyaknya masyarakat Indonesia yang mengemis.
Persoalan mengemis tak cukup hanya di pandang dari segi agama ataupun spritualitas seseorang, karena setiap agama tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk merendahkan diri demi mencukupi kebutuhan hidupnya.
Persoalan ini hendaknya di pandang dari tindak laku persoalan seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan tetapi malas untuk bekerja yang pada akhirnya lahirlah mental meminta-minta dan selalu ingin dikasihani.
Dengan demikian bagi para pelakunya (pengemis) mengemis menjadi pekerjaan tetap yang kemudian dapat menaikkan taraf hidup manusia dari kemiskinan menuju manusia yang berkecukupan.
Seni Mengemis
Mengemis membutuhkan kreativitas dari para pelakunya, karena setiap harinya para pengemis harus memutar otak cara apa yang dipakai dan tempat mana yang dituju untuk meraup recehan dari para dermawan.
Penulis pernah bertemu dengan salah seorang pengemis di persimpangan jalan kota Jogja menggunakan pakaian badut dan ketika melihat hingga bawah, alas kaki yang di pakai merupakan Nike Air Jordan, salah satu merek yang sering digunakan oleh kalangan menengah ke atas.
Dari fenomena tersebut penulis berasumsi bahwa mengemis sebagai profesi kadang kala bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melainkan untuk memenuhi gaya hidup yang menuntut manusia untuk selalu pamer terhadap harta kekayaannya.
Ketika para pengemis malu wajahnya terlihat oleh orang yang mengenali mereka, seni yang dapat dipergunakan adalah dengan menggunakan cat silver di seluruh badan atau menggunakan kostum badut atau menjadikan anak-anak sebagai alat mengemis dan ada juga yang menebarkan amplop dengan dalih bantuan sekolah kepada adik untuk menarik simpati dari masyarakat sekitar. Dari kasus di atas penulis menyimpulkan pengemis perlu memiliki jiwa seni yang tinggi untuk menarik hari para dermawan di negara yang memiliki simpati tinggi.
Fenomena mengemis tidak hanya ada di dunia nyata, pekerjaan ini sudah merambah ke dunia maya. Teknologi sudah berkembang dan semakin canggih, namun manusia Indonesia masih saja melakukan kegiatan yang sama (mengemis) baik di dunia nyata maupun dunia maya. Jika di dunia maya, para pengemis di bayang-bayangi oleh Satuan polisi pamong praja (SATPOL PP), di dunia maya para pengemis lebih bebas dan satu-satunya ketakutan tidak mampu untuk membeli paket data.
Seni untuk menarik simpati di dunia maya juga beragam cara dan tak jarang dengan menyakiti dan merendahkan diri sendiri. Seperti tidur di kamar mandi, tidur sambil siaran langsung, ketika ada yang berderma sigap untuk bangkit dan berjoget, yang paling miris memperalat orang tua dan menyuruhnya bergumul di dalam lumpur atau berendam di kolam ketika malam hari.
Jika di telusuri lebih lanjut, tindakan mengemis ini dilakukan secara berkelompok dengan membentuk komunitas online dan kemudian mencari orang-orang yang siap untuk diperalat. Kreativitas mengemis seperti ini di luar nalar manusia normal. Hanya mereka yang memiliki jiwa miskin dan kreatif yang dapat melakukannya.
Bagi para dermawan memberi saweran di dunia maya bukan semata sebagai rasa simpati, kadang kala ada juga yang senang melihat tingkah para pengemis yang mempertontonkan kebodohannya. Dari fenomena mengemis online ini penulis menyimpulkan di hadapan uang kita adalah komoditas yang mudah untuk dibeli.
Mengentaskan Pengemis Menuntaskan Kemiskinan
Budaya mengemis dapat di kaji dari apa yang terlihat dan apa yang tidak terlihat oleh mata. Secara nyata, kita dapat melihat langsung bahwa kegiatan mengemis merupakan wajah manusia yang berada dalam jurang kemiskinan dan untuk menyambung hidupnya meminta belas kasih para dermawan. Faktor lain yang menyebabkan orang lain mengemis adalah ketersediaan lapangan kerja dan ketimpangan distribusi pendapatan.
Secara apa yang tidak terlihat, mengemis dilakukan sebab rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya keahlian dari para pelaku. Selain itu para pengemis bisa saja bukan manusia-manusia yang berada dalam jurang kemiskinan melainkan manusia yang ingin mencukupi tingginya gaya hidup yang dijalaninya dan untuk mendapatkan uang dengan mudah tanpa meminjam dan mencuri para pelakunya mengemis.
Dari kajian singkat di atas penulis beranggapan bahwa berderma kepada pengemis adalah bentuk dukungan mereka menjadi orang-orang yang memiliki mental suka meminta serta mendukung anak muda untuk tidak mengasah kemampuannya dalam segala hal yang diminatinya.
Persoalan mengemis bukan hal yang mudah untuk di selesaikan, pasalnya pengemis memiliki seribu satu kreativitas untuk terus melanggengkan pekerjaannya dan dengan mudah mengelabui pihak berwajib. Dengan demikian pihak yang bertanggung jawab juga harus memiliki seribu lima ratus cara untuk membasmi para pengemis dan bukan hanya memberikan efek jera atau melarang masyarakat untuk memberi kepada para pengemis, karena tuntutan ekonomi tidak mengenal apa yang disebut dengan efek jera. Cara-cara untuk memberantas pengemis juga tidak cukup dilakukan dengan membentuk peraturan atau menyamakan pengemis dengan sampah masyarakat.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk memberantas para pengemis bisa dengan pendekatan sosial atau mengembangkan kemampuan dan kreativitas para pengemis seperti; Pertama, membuka ruang seni untuk menuangkan jiwa kreativitas. Kedua, membuka lapangan pekerjaan untuk para pengemis. Ketiga, memberikan pendidikan dan pelatihan gratis bagi anak muda yang menjadi pengemis ataupun penyandang disabilitas. Keempat, Memberi hukuman seberat-beratnya kepada para pelaku eksploitasi anak dan orang tua.
- Artikel Terpuler -
Seni Mengemis Manusia Indonesia
Muhammad Amin Azis Senin, 19-6-2023 | - Dilihat: 38
Oleh: Muhammad Amin Azis
Fenomena mengemis kian marak terjadi, hal ini bukan saja karena keterbelakangan ekonomi dan minimnya kemampuan diri, hal lain yang mendorong masyarakat Indonesia kerap memilih mengemis sebagai cara untuk mencari uang didasari oleh tuntutan gaya hidup dan mudahnya mengemis untuk dilakukan. Rasulullah SAW bersabda “kemiskinan ini dekat kepada kekufuran”.
Jika kita tadabburi lebih dalam, makna dari hadis adalah orang-orang yang berada pada kondisi yang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya bisa saja berbuat keburukan dan merugikan orang lain. Berbeda halnya dengan manusia Indonesia, kemiskinan pintu kreativitas. Mengapa demikian? Jawabannya dapat kita temui banyaknya masyarakat Indonesia yang mengemis.
Persoalan mengemis tak cukup hanya di pandang dari segi agama ataupun spritualitas seseorang, karena setiap agama tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk merendahkan diri demi mencukupi kebutuhan hidupnya.
Persoalan ini hendaknya di pandang dari tindak laku persoalan seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan tetapi malas untuk bekerja yang pada akhirnya lahirlah mental meminta-minta dan selalu ingin dikasihani.
Dengan demikian bagi para pelakunya (pengemis) mengemis menjadi pekerjaan tetap yang kemudian dapat menaikkan taraf hidup manusia dari kemiskinan menuju manusia yang berkecukupan.
Seni Mengemis
Mengemis membutuhkan kreativitas dari para pelakunya, karena setiap harinya para pengemis harus memutar otak cara apa yang dipakai dan tempat mana yang dituju untuk meraup recehan dari para dermawan.
Penulis pernah bertemu dengan salah seorang pengemis di persimpangan jalan kota Jogja menggunakan pakaian badut dan ketika melihat hingga bawah, alas kaki yang di pakai merupakan Nike Air Jordan, salah satu merek yang sering digunakan oleh kalangan menengah ke atas.
Dari fenomena tersebut penulis berasumsi bahwa mengemis sebagai profesi kadang kala bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melainkan untuk memenuhi gaya hidup yang menuntut manusia untuk selalu pamer terhadap harta kekayaannya.
Ketika para pengemis malu wajahnya terlihat oleh orang yang mengenali mereka, seni yang dapat dipergunakan adalah dengan menggunakan cat silver di seluruh badan atau menggunakan kostum badut atau menjadikan anak-anak sebagai alat mengemis dan ada juga yang menebarkan amplop dengan dalih bantuan sekolah kepada adik untuk menarik simpati dari masyarakat sekitar. Dari kasus di atas penulis menyimpulkan pengemis perlu memiliki jiwa seni yang tinggi untuk menarik hari para dermawan di negara yang memiliki simpati tinggi.
Fenomena mengemis tidak hanya ada di dunia nyata, pekerjaan ini sudah merambah ke dunia maya. Teknologi sudah berkembang dan semakin canggih, namun manusia Indonesia masih saja melakukan kegiatan yang sama (mengemis) baik di dunia nyata maupun dunia maya. Jika di dunia maya, para pengemis di bayang-bayangi oleh Satuan polisi pamong praja (SATPOL PP), di dunia maya para pengemis lebih bebas dan satu-satunya ketakutan tidak mampu untuk membeli paket data.
Seni untuk menarik simpati di dunia maya juga beragam cara dan tak jarang dengan menyakiti dan merendahkan diri sendiri. Seperti tidur di kamar mandi, tidur sambil siaran langsung, ketika ada yang berderma sigap untuk bangkit dan berjoget, yang paling miris memperalat orang tua dan menyuruhnya bergumul di dalam lumpur atau berendam di kolam ketika malam hari.
Jika di telusuri lebih lanjut, tindakan mengemis ini dilakukan secara berkelompok dengan membentuk komunitas online dan kemudian mencari orang-orang yang siap untuk diperalat. Kreativitas mengemis seperti ini di luar nalar manusia normal. Hanya mereka yang memiliki jiwa miskin dan kreatif yang dapat melakukannya.
Bagi para dermawan memberi saweran di dunia maya bukan semata sebagai rasa simpati, kadang kala ada juga yang senang melihat tingkah para pengemis yang mempertontonkan kebodohannya. Dari fenomena mengemis online ini penulis menyimpulkan di hadapan uang kita adalah komoditas yang mudah untuk dibeli.
Mengentaskan Pengemis Menuntaskan Kemiskinan
Budaya mengemis dapat di kaji dari apa yang terlihat dan apa yang tidak terlihat oleh mata. Secara nyata, kita dapat melihat langsung bahwa kegiatan mengemis merupakan wajah manusia yang berada dalam jurang kemiskinan dan untuk menyambung hidupnya meminta belas kasih para dermawan. Faktor lain yang menyebabkan orang lain mengemis adalah ketersediaan lapangan kerja dan ketimpangan distribusi pendapatan.
Secara apa yang tidak terlihat, mengemis dilakukan sebab rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya keahlian dari para pelaku. Selain itu para pengemis bisa saja bukan manusia-manusia yang berada dalam jurang kemiskinan melainkan manusia yang ingin mencukupi tingginya gaya hidup yang dijalaninya dan untuk mendapatkan uang dengan mudah tanpa meminjam dan mencuri para pelakunya mengemis.
Dari kajian singkat di atas penulis beranggapan bahwa berderma kepada pengemis adalah bentuk dukungan mereka menjadi orang-orang yang memiliki mental suka meminta serta mendukung anak muda untuk tidak mengasah kemampuannya dalam segala hal yang diminatinya.
Persoalan mengemis bukan hal yang mudah untuk di selesaikan, pasalnya pengemis memiliki seribu satu kreativitas untuk terus melanggengkan pekerjaannya dan dengan mudah mengelabui pihak berwajib. Dengan demikian pihak yang bertanggung jawab juga harus memiliki seribu lima ratus cara untuk membasmi para pengemis dan bukan hanya memberikan efek jera atau melarang masyarakat untuk memberi kepada para pengemis, karena tuntutan ekonomi tidak mengenal apa yang disebut dengan efek jera. Cara-cara untuk memberantas pengemis juga tidak cukup dilakukan dengan membentuk peraturan atau menyamakan pengemis dengan sampah masyarakat.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk memberantas para pengemis bisa dengan pendekatan sosial atau mengembangkan kemampuan dan kreativitas para pengemis seperti; Pertama, membuka ruang seni untuk menuangkan jiwa kreativitas. Kedua, membuka lapangan pekerjaan untuk para pengemis. Ketiga, memberikan pendidikan dan pelatihan gratis bagi anak muda yang menjadi pengemis ataupun penyandang disabilitas. Keempat, Memberi hukuman seberat-beratnya kepada para pelaku eksploitasi anak dan orang tua.
2 Komentar
2024-11-30 14:20:39
Dxxfwl
гѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓі е‰ЇдЅњз”Ё - жЈи¦Џе“Ѓгѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓійЊ гЃ®жЈгЃ—い処方 г‚¤г‚Ѕгѓ€гѓ¬гѓЃгѓЋг‚¤гѓійЊ 10 mg еј·гЃ•
2024-12-08 19:39:46
Rfnces
order indinavir sale - cheap confido diclofenac gel where to order
2 Komentar
2024-11-30 14:20:39
Dxxfwl
гѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓі е‰ЇдЅњз”Ё - жЈи¦Џе“Ѓгѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓійЊ гЃ®жЈгЃ—い処方 г‚¤г‚Ѕгѓ€гѓ¬гѓЃгѓЋг‚¤гѓійЊ 10 mg еј·гЃ•
2024-12-08 19:39:46
Rfnces
order indinavir sale - cheap confido diclofenac gel where to order
Tinggalkan Pesan