Secercah Cahaya Sang Surya dari Balik Pura
Muhammad Iqbal Kamis, 1-9-2022 | - Dilihat: 11

Oleh: Muhammad Iqbal
Beberapa waktu lalu saya mengikuti perkaderan tingkat madya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Atas Izin Allah juga saya dapat mengikuti proses perkaderan tersebut dengan khidmat. Acara selama enam hari yang berlangsung di bali itu sangat spesial menurut saya. Bukan saja karena isi perkaderannya, namun tempat perkaderanya itu sendiri.
Selama ini saya tak tahu bahwa spirit amar ma’ruf nahi mungkar di Bali begitu menggelora. Saya terkaget dan kagum dengan hal itu. Di tengah masyarakat mayoritas Hindu, Muhammadiyah mampu melebarkan sayap dakwahnya.
Bali dan Muhammadiyah
Berbeda jauh memang bila dibandingkan dengan perkaderan di daerah-daerah sentral Muhammadiyah. Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan kota besar lainnya. Namun yang saya soroti adalah semangat bermuhammadiyah yang begitu kental. Minimnya fasilitas dan perizinan tak sedikit pun menggetarkan anak-anak IMM Buleleng. Justru dengan keterbatasan itu, IMM Buleleng bisa memberi warna baru terhadap perkaderan Muhammadiyah.
Perkaderan yang kita rasakan dengan penuh kemewahan dan fasilitas yang lengkap, sedikit banyak telah melalaikan kita terhadap maksud dari perkaderan itu sendiri. Perkaderan yang seyogyanya menghasilkan insan Muhammadiyah yang berkarakter malah menjadi wahana untuk menuntaskan kewajiban kader.
Menjadi tantangan tersendiri pula untuk mampu beradaptasi dengan kehidupan masyarakat Bali. Tak jarang orang islam ditolak karena kurang bijaknya dalam beragama. Dalam hal ini Muhammadiyah yang menerapkan nilai-nilai moderat sudah mampu berbaur dan berdamai dengan perbedaan.
Pelebaran sayap dakwah Muhammadiyah di bali kini sudah dalam taraf pengadaan perguruan tinggi. Ini terbukti dengan berdirinya Institut Teknologi Bisnis Muhammadiyah di kota Negara, Jembrana. Memang belum besar, namun hal itu bisa dinilai dengan usaha PWM Bali untuk meluaskan dakwah Muhammadiyah.
Masalah dan Ikhtiar IMM di Bali
Halang rintang yang dihadapi pun tak sedikit dan begitu berat, mulai dari minimnya fasilitas, perizinan serta minimnya kader membuat IMM Buleleng harus merangkak perlahan demi perlahan. Pun yang dirasakan IMM DPD Bali. Dalam situasi yang demikian agak mustahil memang bila kita berbicara tentang ketertiban administrasi, yang terpenting adalah ikatan mampu eksis terlebih dahulu.
Penarikan kader dilakukan dengan sistem jemput bola yang artinya para pimpinan harus turun langsung untuk penjaringan kader. Strategi yang dilakukan adalah duduk bersama dan bercerita tentang ikatan, selain itu juga dengan cara membantu calon kader untuk menyelesaikan tugasnya. Hal ini mungkin jarang dirasakan kepengurusan di wilayah lain. Hal ini sangat berseberangan dengan pimpinan yang ada di PTM di Indonesia. Tak perlu menjemput bola, melainkan bola itu datang sendirinya.
Semangat Baru
Di Bali saya memang tidak mendapatkan ilmu baru mengenai konsep-konsep Islam yang diterapkan Muhammadiyah, namun saya menemukan semangat bergerak dalam ikatan yang sangat tulus. Rasa-rasanya tak sama sekali ada unsur politik yang tidak sehat. Tujuannya hanya satu, yakni agar Muhammadiyah berkembang di Bali.
- Artikel Teropuler -
Secercah Cahaya Sang Surya dari Balik Pura
Muhammad Iqbal Kamis, 1-9-2022 | - Dilihat: 11

Oleh: Muhammad Iqbal
Beberapa waktu lalu saya mengikuti perkaderan tingkat madya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Atas Izin Allah juga saya dapat mengikuti proses perkaderan tersebut dengan khidmat. Acara selama enam hari yang berlangsung di bali itu sangat spesial menurut saya. Bukan saja karena isi perkaderannya, namun tempat perkaderanya itu sendiri.
Selama ini saya tak tahu bahwa spirit amar ma’ruf nahi mungkar di Bali begitu menggelora. Saya terkaget dan kagum dengan hal itu. Di tengah masyarakat mayoritas Hindu, Muhammadiyah mampu melebarkan sayap dakwahnya.
Bali dan Muhammadiyah
Berbeda jauh memang bila dibandingkan dengan perkaderan di daerah-daerah sentral Muhammadiyah. Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan kota besar lainnya. Namun yang saya soroti adalah semangat bermuhammadiyah yang begitu kental. Minimnya fasilitas dan perizinan tak sedikit pun menggetarkan anak-anak IMM Buleleng. Justru dengan keterbatasan itu, IMM Buleleng bisa memberi warna baru terhadap perkaderan Muhammadiyah.
Perkaderan yang kita rasakan dengan penuh kemewahan dan fasilitas yang lengkap, sedikit banyak telah melalaikan kita terhadap maksud dari perkaderan itu sendiri. Perkaderan yang seyogyanya menghasilkan insan Muhammadiyah yang berkarakter malah menjadi wahana untuk menuntaskan kewajiban kader.
Menjadi tantangan tersendiri pula untuk mampu beradaptasi dengan kehidupan masyarakat Bali. Tak jarang orang islam ditolak karena kurang bijaknya dalam beragama. Dalam hal ini Muhammadiyah yang menerapkan nilai-nilai moderat sudah mampu berbaur dan berdamai dengan perbedaan.
Pelebaran sayap dakwah Muhammadiyah di bali kini sudah dalam taraf pengadaan perguruan tinggi. Ini terbukti dengan berdirinya Institut Teknologi Bisnis Muhammadiyah di kota Negara, Jembrana. Memang belum besar, namun hal itu bisa dinilai dengan usaha PWM Bali untuk meluaskan dakwah Muhammadiyah.
Masalah dan Ikhtiar IMM di Bali
Halang rintang yang dihadapi pun tak sedikit dan begitu berat, mulai dari minimnya fasilitas, perizinan serta minimnya kader membuat IMM Buleleng harus merangkak perlahan demi perlahan. Pun yang dirasakan IMM DPD Bali. Dalam situasi yang demikian agak mustahil memang bila kita berbicara tentang ketertiban administrasi, yang terpenting adalah ikatan mampu eksis terlebih dahulu.
Penarikan kader dilakukan dengan sistem jemput bola yang artinya para pimpinan harus turun langsung untuk penjaringan kader. Strategi yang dilakukan adalah duduk bersama dan bercerita tentang ikatan, selain itu juga dengan cara membantu calon kader untuk menyelesaikan tugasnya. Hal ini mungkin jarang dirasakan kepengurusan di wilayah lain. Hal ini sangat berseberangan dengan pimpinan yang ada di PTM di Indonesia. Tak perlu menjemput bola, melainkan bola itu datang sendirinya.
Semangat Baru
Di Bali saya memang tidak mendapatkan ilmu baru mengenai konsep-konsep Islam yang diterapkan Muhammadiyah, namun saya menemukan semangat bergerak dalam ikatan yang sangat tulus. Rasa-rasanya tak sama sekali ada unsur politik yang tidak sehat. Tujuannya hanya satu, yakni agar Muhammadiyah berkembang di Bali.
0 Komentar
Tinggalkan Pesan