Salat dan Kesehatan Mental
Taufiq Imansyah Jum'at, 1-11-2024 | - Dilihat: 48
Oleh: Taufiq Imansyah
Kesehatan mental merupakan komponen penting dalam kehidupan. Mental memang tidak terlihat tetapi sangat berkontribusi dan memberikan efek yang signifikan bagi kehidupan. Seseorang yang memiliki mental sehat memiliki pola pikir dan perilaku yang baik, sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan mental pun akan berdampak pada pola pikir dan perilaku.
Di era globalisasi ini banyak sekali orang yang mengalami gangguan kesehatan mental mulai dari anak kecil, remaja, hingga orang dewasa. Banyak faktor eksternal dan internal yang menjadi alasan utama terjadinya gangguan kesehatan mental tersebut, seperti terlilit hutang, perceraian orang tua, pergaulan bebas, dan beban tugas yang berlebihan.
Mau tahu bagaimana hubungan kesehatan mental dengan salat? Biar gak penasaran, yuk, simak penjelasannya.
Bagaimana hubungan Kesehatan mental dengan salat?
Sebelum membahas hubungan antara kesehatan mental dengan salat, alangkah lebih baik jika kita memahami apa makna salat?
Salat merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh umat Muslim. Secara syariat, salat merupakan suatu kewajiban, tapi coba kita tingkatkan kesadaran diri kita dan kita ubah sudut pandang kita mengenai salat. Jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, salat memiliki banyak arti dan rahasia yang ada didalamnya.
Allah Swt. tidak mungkin memerintahkan hambanya untuk salat tanpa mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Didalam al qur an ada 234 ayat mengenai salat, salah satunya ialah Qs. Al-Ankabut ayat 45:
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Quran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalil tersebut menunjukkan salah satu makna salat dan fungsinya. Lantas bagaimanakah makna filosofi salat? dan apa hubungannya dengan kesehatan mental? Mari kita kaji lebih dalam mengenai makna filosofi salat serta kolerasinya dengan kesehatan mental.
Jika dilihat dari syarat sahnya salat, salah satu syarat sahnya salat ialah thuma’ninah. Kata thuma’ninah memiliki akar kata yang sama dengan kata muth’mainnah. Ada salah satu ayat dalam al-Qur an yang menggunakan kata muth’mainnah untuk menjelaskan jiwa dari an-nafs ammarah (jiwa yang menghasut), an-nafs al-lawwamah (jiwa yang menyalahkan) menuju an-nafs al-muth’mainnah (jiwa yang damai atau tenang).
Jiwa yang damai atau tenang digambarkan sebagai jiwa yang kembali kepada tuhannya atau pasrah. Jiwa yang memiliki keprasahan akan memberikan kesadaran akan kerendahan kehambaan dan keagungan ketuhanan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa thuma’ninah didalam salat memiliki arti bahwa salat yang sesungguhnya ialah salat yang bisa mengantarkan jiwa manusia kepada kedamaian dan ketenangan yang berpengaruh terhadap kesehatan mental manusia.
Refleksi dalam kehidupan
Saya yakin pasti semua manusia di dunia ini mempunyai masalah dalam hidupnya. Namun, jangan sampai masalah tersebut memengaruhi kesehatan mental kita. Kita harus tetap ingat bahwa allah tidak akan menguji suatu hamba diluar batas kemampuannya.
Percayalah bahwa apa yang kita alami saat ini merupakan proses yang akan mengubah diri kita menjadi lebih baik. Kita boleh marah, sedih, dan nangis tapi lampiaskan semua perasaan itu dalam salat.
Jangan sampai kita lampiaskan masalah kehidupan kita dengan berpesta, minum minuman keras, dan kemaksiatan lainnya. Karena selain menambah masalah, perilaku tersebut juga akan menjauhkan diri kita dari allah dan membuat mental kita menjadi pengecut.
Bahkan dr. Arief Alamsyah, salah satu dosen fakultas kedokteran Universitas Brawijaya, dalam studium general pada tanggal 27 September 2024 yang diselenggarakan di fakultas kedokteran Universitas Islam Indonesia mengatakan bahwa “Seseorang yang melampiaskan segala masalahnya dengan kesenangan atau biasa disebut hedonic menyebabkan type 1 interferon antibody-nya menurun, sebaliknya jika seseorang melampiaskan segala masalahnya dengan ibadah seperti salat atau biasa disebut eudaimonic menyebabkan type 1 interferon antibody meningkat”.
Semoga kita tetap teguh dalam menjalani kehidupan di dunia dan selalu istiqomah dalam beribadah. Wallahu a’lam bisshowab.
___
Taufiq Imansyah, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
- Artikel Terpuler -
Salat dan Kesehatan Mental
Taufiq Imansyah Jum'at, 1-11-2024 | - Dilihat: 48
Oleh: Taufiq Imansyah
Kesehatan mental merupakan komponen penting dalam kehidupan. Mental memang tidak terlihat tetapi sangat berkontribusi dan memberikan efek yang signifikan bagi kehidupan. Seseorang yang memiliki mental sehat memiliki pola pikir dan perilaku yang baik, sebaliknya seseorang yang memiliki gangguan mental pun akan berdampak pada pola pikir dan perilaku.
Di era globalisasi ini banyak sekali orang yang mengalami gangguan kesehatan mental mulai dari anak kecil, remaja, hingga orang dewasa. Banyak faktor eksternal dan internal yang menjadi alasan utama terjadinya gangguan kesehatan mental tersebut, seperti terlilit hutang, perceraian orang tua, pergaulan bebas, dan beban tugas yang berlebihan.
Mau tahu bagaimana hubungan kesehatan mental dengan salat? Biar gak penasaran, yuk, simak penjelasannya.
Bagaimana hubungan Kesehatan mental dengan salat?
Sebelum membahas hubungan antara kesehatan mental dengan salat, alangkah lebih baik jika kita memahami apa makna salat?
Salat merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh umat Muslim. Secara syariat, salat merupakan suatu kewajiban, tapi coba kita tingkatkan kesadaran diri kita dan kita ubah sudut pandang kita mengenai salat. Jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, salat memiliki banyak arti dan rahasia yang ada didalamnya.
Allah Swt. tidak mungkin memerintahkan hambanya untuk salat tanpa mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Didalam al qur an ada 234 ayat mengenai salat, salah satunya ialah Qs. Al-Ankabut ayat 45:
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Quran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalil tersebut menunjukkan salah satu makna salat dan fungsinya. Lantas bagaimanakah makna filosofi salat? dan apa hubungannya dengan kesehatan mental? Mari kita kaji lebih dalam mengenai makna filosofi salat serta kolerasinya dengan kesehatan mental.
Jika dilihat dari syarat sahnya salat, salah satu syarat sahnya salat ialah thuma’ninah. Kata thuma’ninah memiliki akar kata yang sama dengan kata muth’mainnah. Ada salah satu ayat dalam al-Qur an yang menggunakan kata muth’mainnah untuk menjelaskan jiwa dari an-nafs ammarah (jiwa yang menghasut), an-nafs al-lawwamah (jiwa yang menyalahkan) menuju an-nafs al-muth’mainnah (jiwa yang damai atau tenang).
Jiwa yang damai atau tenang digambarkan sebagai jiwa yang kembali kepada tuhannya atau pasrah. Jiwa yang memiliki keprasahan akan memberikan kesadaran akan kerendahan kehambaan dan keagungan ketuhanan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa thuma’ninah didalam salat memiliki arti bahwa salat yang sesungguhnya ialah salat yang bisa mengantarkan jiwa manusia kepada kedamaian dan ketenangan yang berpengaruh terhadap kesehatan mental manusia.
Refleksi dalam kehidupan
Saya yakin pasti semua manusia di dunia ini mempunyai masalah dalam hidupnya. Namun, jangan sampai masalah tersebut memengaruhi kesehatan mental kita. Kita harus tetap ingat bahwa allah tidak akan menguji suatu hamba diluar batas kemampuannya.
Percayalah bahwa apa yang kita alami saat ini merupakan proses yang akan mengubah diri kita menjadi lebih baik. Kita boleh marah, sedih, dan nangis tapi lampiaskan semua perasaan itu dalam salat.
Jangan sampai kita lampiaskan masalah kehidupan kita dengan berpesta, minum minuman keras, dan kemaksiatan lainnya. Karena selain menambah masalah, perilaku tersebut juga akan menjauhkan diri kita dari allah dan membuat mental kita menjadi pengecut.
Bahkan dr. Arief Alamsyah, salah satu dosen fakultas kedokteran Universitas Brawijaya, dalam studium general pada tanggal 27 September 2024 yang diselenggarakan di fakultas kedokteran Universitas Islam Indonesia mengatakan bahwa “Seseorang yang melampiaskan segala masalahnya dengan kesenangan atau biasa disebut hedonic menyebabkan type 1 interferon antibody-nya menurun, sebaliknya jika seseorang melampiaskan segala masalahnya dengan ibadah seperti salat atau biasa disebut eudaimonic menyebabkan type 1 interferon antibody meningkat”.
Semoga kita tetap teguh dalam menjalani kehidupan di dunia dan selalu istiqomah dalam beribadah. Wallahu a’lam bisshowab.
___
Taufiq Imansyah, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
1 Komentar
2024-11-01 09:44:41
Hehe
Masyaallah keren
1 Komentar
2024-11-01 09:44:41
Hehe
Masyaallah keren
Tinggalkan Pesan