• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Ramadhan, Momen Memetakan Kekuatan Nafsu

Muhammad Ali Imran Ahad, 10-4-2022 | - Dilihat: 22

banner

Oleh: Muhammad Ali Imran

Setiap Ramadan datang, segera kita teringat sabda Rasulullah SAW berikut: “Apabila Ramadan tiba, pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka akan dikunci rapat, dan setan-setan akan dibelenggu”.

Ada yang memahami hadis ini secara lahir, yaitu apa yang dikatakan Nabi SAW memang benar-benar terjadi. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kata-kata Nabi SAW itu hanya sebuah kiasan. Artinya, setiap Ramadan datang, kita akan merasa mudah untuk melakukan ibadah dan ketaatan.

Terlepas dari dua sudut pandang tersebut, menarik untuk melihat lebih jauh ungkapan Nabi SAW: “setan-setan akan dibelenggu”.

Dalam menjalani hidup ini, ada dua hal yang menghalangi kita dari jalan ketaatan, yaitu setan dan nafsu. Keduanya sengaja Allah SWT ciptakan sebagai ujian bagi manusia. Dalam beberapa ayat, Allah SWT mengingatkan kita untuk mewaspadai setan, tidak mengikuti langkah-langkahnya, dan menganggapnya sebagai musuh yang nyata.

Di samping itu, Allah SWT juga memaklumkan bahwa dalam diri kita ada nafsu yang memiliki potensi fujur (berbuat dosa) dan takwa (melakukan ketaatan). Bahkan, dalam satu firman-Nya disebutkan, nafsu itu sangat suka mendorong kepada keburukan (ammaratun bissu’).

Di bulan-bulan biasa, kedua penghalang ini saling bahu-membahu untuk membelokkan kita dari ketaatan kepada kemaksiatan. Ada kala setan yang memulai, kemudian dituruti dengan senang hati oleh nafsu.

Dalam kesempatan lainnya, nafsu yang menginisiasi, lalu disemangati oleh setan. Sehingga, kita sering kali merasa sangat berat untuk melakukan ibadah dan ketaatan, meskipun hanya yang ringan-ringan belaka.

Untuk memastikan terlaksananya ibadah yang wajib saja repotnya minta ampun. Apalagi menjalankan yang hukumnya sunah. Melaksanakan salat sunah rawatib, misalnya, perlu tekad yang kuat agar bisa istikamah.

Begitu juga membaca Al-Qur’an, satu halaman terasa sangat panjang dan melelahkan. Apalagi berinfak, kita sering kali berpikir panjang untuk mengeluarkannya.

Lain halnya ketika berada di bulan Ramadan. Jangankan ibadah wajib, yang sunah saja kita kerjakan. Salat sunah rawatib seolah tidak cukup, kita tambah lagi dengan tarawih, bahkan tahajud. Membaca satu juz Al-Qur’an sehari terasa ringan. Mengeluarkan infak jadi seperti hobi yang menyenangkan.

Rasanya apa yang Nabi SAW sampaikan di atas memang benar-benar terjadi. Dalam arti, setan memang benar-benar dibelenggu selama bulan Ramadan, sehingga halangan dan rintangan untuk melakukan ketaatan terasa lebih ringan.

Namun, kadang muncul juga pertanyaan, jika setan dibelenggu selama bulan Ramadan, kenapa masih ada keinginan untuk melakukan maksiat? Di sini kita menjawab, keberadaan nafsulah yang membuat itu terjadi.

Maka, jika dorongan untuk bermaksiat masih kuat dalam bulan Ramadan, kita tidak bisa serta-merta menuding setan sebagai penyebabnya. Justru nafsu kita yang seharusnya dipersalahkan.

Artinya, selama Ramadan, kita sebenarnya tengah berhadapan dengan nafsu, satu lawan satu. Dengan demikian, bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk mengukur kekuatan nafsu kita. Apakah kita masih mampu mengawalnya atau kita telah dikuasai olehnya.

Ramadan adalah waktu untuk belajar mengendalikan nafsu. Sebab, dengan berpuasa, nafsu akan menjadi lemah. Ingat, puasa adalah salah satu kiat yang diajarkan Rasulullah SAW untuk melemahkan nafsu. Itu dipahami dari anjuran beliau kepada para pemuda yang belum sanggup menikah agar memperbanyak berpuasa.

Dus, jika kita berhasil mengendalikan nafsu di bulan Ramadan, Insya Allah beban kita selanjutnya akan lebih ringan. Sebab, nafsu tidak lagi mudah terpengaruh godaan setan.

Namun demikian, nafsu boleh jadi akan kembali liar jika kita tidak berusaha untuk selalu mengawalnya. Maka, biasakanlah mengamalkan puasa sunah. Mulai dari puasa enam hari di bulan Syawal, puasa Senin dan Kamis, puasa tiga hari setiap pertengahan bulan Hijriah (dikenal dengan puasa ayyamulbidh), termasuk puasa Arafah, Asyura, dan puasa-puasa sunah lainnya.

Mengawal nafsu adalah satu keniscayaan. Jika tidak, kitalah yang akan dikuasainya. Ingat selalu statemen Nabi SAW sepulang dari perang Badar, “Kita baru saja pulang dari jihad kecil menuju jihad yang besar”, yaitu jihadunnafsi, jihad melawan nafsu.

Jika kita berhasil memetakan kekuatan nafsu di bulan Ramadan ini, semoga kita lebih mudah mengawalnya pada bulan-bulan lain di luar Ramadan. Wallahu a’lam.
_____

Muhammad Ali Imran, Kandidat Doktor di Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor (KUIS), Malaysia

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Ramadhan, Momen Memetakan Kekuatan Nafsu

Muhammad Ali Imran Ahad, 10-4-2022 | - Dilihat: 22

banner

Oleh: Muhammad Ali Imran

Setiap Ramadan datang, segera kita teringat sabda Rasulullah SAW berikut: “Apabila Ramadan tiba, pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka akan dikunci rapat, dan setan-setan akan dibelenggu”.

Ada yang memahami hadis ini secara lahir, yaitu apa yang dikatakan Nabi SAW memang benar-benar terjadi. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kata-kata Nabi SAW itu hanya sebuah kiasan. Artinya, setiap Ramadan datang, kita akan merasa mudah untuk melakukan ibadah dan ketaatan.

Terlepas dari dua sudut pandang tersebut, menarik untuk melihat lebih jauh ungkapan Nabi SAW: “setan-setan akan dibelenggu”.

Dalam menjalani hidup ini, ada dua hal yang menghalangi kita dari jalan ketaatan, yaitu setan dan nafsu. Keduanya sengaja Allah SWT ciptakan sebagai ujian bagi manusia. Dalam beberapa ayat, Allah SWT mengingatkan kita untuk mewaspadai setan, tidak mengikuti langkah-langkahnya, dan menganggapnya sebagai musuh yang nyata.

Di samping itu, Allah SWT juga memaklumkan bahwa dalam diri kita ada nafsu yang memiliki potensi fujur (berbuat dosa) dan takwa (melakukan ketaatan). Bahkan, dalam satu firman-Nya disebutkan, nafsu itu sangat suka mendorong kepada keburukan (ammaratun bissu’).

Di bulan-bulan biasa, kedua penghalang ini saling bahu-membahu untuk membelokkan kita dari ketaatan kepada kemaksiatan. Ada kala setan yang memulai, kemudian dituruti dengan senang hati oleh nafsu.

Dalam kesempatan lainnya, nafsu yang menginisiasi, lalu disemangati oleh setan. Sehingga, kita sering kali merasa sangat berat untuk melakukan ibadah dan ketaatan, meskipun hanya yang ringan-ringan belaka.

Untuk memastikan terlaksananya ibadah yang wajib saja repotnya minta ampun. Apalagi menjalankan yang hukumnya sunah. Melaksanakan salat sunah rawatib, misalnya, perlu tekad yang kuat agar bisa istikamah.

Begitu juga membaca Al-Qur’an, satu halaman terasa sangat panjang dan melelahkan. Apalagi berinfak, kita sering kali berpikir panjang untuk mengeluarkannya.

Lain halnya ketika berada di bulan Ramadan. Jangankan ibadah wajib, yang sunah saja kita kerjakan. Salat sunah rawatib seolah tidak cukup, kita tambah lagi dengan tarawih, bahkan tahajud. Membaca satu juz Al-Qur’an sehari terasa ringan. Mengeluarkan infak jadi seperti hobi yang menyenangkan.

Rasanya apa yang Nabi SAW sampaikan di atas memang benar-benar terjadi. Dalam arti, setan memang benar-benar dibelenggu selama bulan Ramadan, sehingga halangan dan rintangan untuk melakukan ketaatan terasa lebih ringan.

Namun, kadang muncul juga pertanyaan, jika setan dibelenggu selama bulan Ramadan, kenapa masih ada keinginan untuk melakukan maksiat? Di sini kita menjawab, keberadaan nafsulah yang membuat itu terjadi.

Maka, jika dorongan untuk bermaksiat masih kuat dalam bulan Ramadan, kita tidak bisa serta-merta menuding setan sebagai penyebabnya. Justru nafsu kita yang seharusnya dipersalahkan.

Artinya, selama Ramadan, kita sebenarnya tengah berhadapan dengan nafsu, satu lawan satu. Dengan demikian, bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk mengukur kekuatan nafsu kita. Apakah kita masih mampu mengawalnya atau kita telah dikuasai olehnya.

Ramadan adalah waktu untuk belajar mengendalikan nafsu. Sebab, dengan berpuasa, nafsu akan menjadi lemah. Ingat, puasa adalah salah satu kiat yang diajarkan Rasulullah SAW untuk melemahkan nafsu. Itu dipahami dari anjuran beliau kepada para pemuda yang belum sanggup menikah agar memperbanyak berpuasa.

Dus, jika kita berhasil mengendalikan nafsu di bulan Ramadan, Insya Allah beban kita selanjutnya akan lebih ringan. Sebab, nafsu tidak lagi mudah terpengaruh godaan setan.

Namun demikian, nafsu boleh jadi akan kembali liar jika kita tidak berusaha untuk selalu mengawalnya. Maka, biasakanlah mengamalkan puasa sunah. Mulai dari puasa enam hari di bulan Syawal, puasa Senin dan Kamis, puasa tiga hari setiap pertengahan bulan Hijriah (dikenal dengan puasa ayyamulbidh), termasuk puasa Arafah, Asyura, dan puasa-puasa sunah lainnya.

Mengawal nafsu adalah satu keniscayaan. Jika tidak, kitalah yang akan dikuasainya. Ingat selalu statemen Nabi SAW sepulang dari perang Badar, “Kita baru saja pulang dari jihad kecil menuju jihad yang besar”, yaitu jihadunnafsi, jihad melawan nafsu.

Jika kita berhasil memetakan kekuatan nafsu di bulan Ramadan ini, semoga kita lebih mudah mengawalnya pada bulan-bulan lain di luar Ramadan. Wallahu a’lam.
_____

Muhammad Ali Imran, Kandidat Doktor di Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor (KUIS), Malaysia

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech