• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Ramadan Singkat dan Jalan Tirakat

​​​​​​​Muhammad Muhlis Senin, 18-4-2022 | - Dilihat: 31

banner

Oleh: ​​​​​​​Muhammad Muhlis

Jamak diketahui oleh warga dunia, khususnya mereka yang bergama Islam ketika sudah memasuki bulan ke-9 Hijriyah yakni Ramadan wajib menjalankan ibadah puasa.

Ibadah puasa ini umumnya dilakukan sebulan utuh, berkisar antara 29 atau 30 hari menurut penanggalan yang mengacu pada perputaran bulan atas bumi tersebut. Khususnya warga muslim modern Indonesia, yang memutuskan untuk berpuasa sejak tanggal 2 April 2022 maka dapat dipastikan bahwa mereka akan menjalani ibadah puasa dengan durasi waktu 30 hari dengan pendekatan 'wujud al-hilal' (terbitnya bulan baru).

Adapun warga muslim Indonesia lainnya yang memutuskan untuk berpuasa pada tanggal 3 April 2022 dengan pendekatan 'rukyat al-hilal' (terlihatnya bulan baru) masih menunggu sidang lanjutan, apakah akan ditetapkan 29 atau 30 hari, akan kita simak seksama.

Di atas semua pilihan tersebut, kata kunci dasarnya adalah bahwa ibadah puasa itu dijalankan satu bulan penuh dengan durasi 29 atau 30 hari, tidak kurang tidak lebih pas sesuai takaran bulan Hijriyah.

Ibadah Puasa

Ibadah puasa pada praktiknya dimaknai dengan manusia beriman dalam keadaan akil balig sehat (tanpa halangan kedaruratan) yang menyengaja tidak makan, minum, dan berhubungan badan bagi suami isteri sejak terbit fajar sampai matahari terbenam.

Biasanya disempurnakan dengan anjuran menghindari hal-hal yang dapat menggugurkan pahala puasa. Namun siapa sangka bila ibadah puasa hanya dimaknai sebatas formalitas saja, banyak sanak saudara yang papa barangkali sudah begitu sangat akrab menjalankannya untuk hanya sekedar tidak makan dan minum.

Kehimpitan dan kepayahan hidup-lah yang membuat mereka harus mampu bertahan. Apalagi mereka tuna asmara yang sudah barang tentu begitu hafal kepedihannya. Kemana lagi mereka akan menyalurkan hasrat cinta kasihnya.

Padahal sesuai dengan firman-Nya, ibadah puasa adalah laku takwa dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, jalan yang sama ditempuh oleh generasi terbaik dahulu.

Apakah wujudnya harus menjadi papa dan tuna asmara terlebih dahulu untuk menjadi takwa kepada-Nya? Lalu bagaimana nasib mereka yang sudah berusaha untuk cukup hidup dan lepas dari belenggu nir-asmara ? pendek kata, tidak mungkin Tuhan menelantarkan umat manusia.

Jalan Tirakat

Jauh 15 abad lalu manusia paling mulia sepanjang zaman, Muhammad Saw utusan-Nya memberikan pesan mendalam perihal ibadah puasa. "Betapa banyak insan berpuasa namun tiada ia dapat kecuali hanya lapar dan dahaga", begitu tuturnya.

Pesan ini sangat wajar dan rasional, karena memang lapar dan dahaga adalah bunga-nya orang berpuasa. Ibarat pagi menjelang sahur dipersiapkan, malam hendak datang sajian berbuka dihidangkan.

Genap sudah tampak manusia hanya sekedar mengubah waktu makan dan kenikmatan mereka, dan seringnya tidak meninggalkan bekas apa-apa. Nahas mereka hanya sekedar berkelindan pada urusan perut dan apa yang ada di bawahnya saja, namun berharap takwa. Bagai berharap hujan di tengah terik.

Lalu apa dan bagaimana maksud tutur luhur Sang Penyampai Pesan Mulia Tuhan kepada umat manusia berkaitan dengan ibadah puasa ? pesan orang bijak dalam dialek Jawa menyebut maksud ibadah puasa itu dengan,"Sing sopo wonge gelem tirakat bakal mangkat !".

Sesiapa saja yang berkenan menjalani laku tirakat pasti akan berangkat. Tirakat dalam hal ini dimaknai dengan menahan hawa nafsu duniawi. Bukan dalam pengertian meninggalkan segalanya tentang dunia, namun sedianya terletak pada kekuatan pengendalian diri. Sebagaimana tergambar ada bagian waktu untuk berpuasa, dan sebagian yang lain untuk berbuka.

Manusia Tirakat

Lebih kurang 9 bulan 10 hari lazimnya manusia berada dalam kandungan ibunya, memiliki tujuan untuk dapat terlahir di dunia. Pada kesempatan proses kelahiran jabang bayi normal, disadari atau tidak calon manusia kecil tersebut harus menjalani tirakat dengan berjuang mandiri keluar dari rahim ibunya. Bayangkan saja seandainya banyak diantara mereka (jabang bayi) malahan betah di dalam kandungan. Malang nian nasib keduanya.

Seorang anak balita, dengan sangat cerdasnya mencari tau ini dan itu. Sering disebut juga masa ini dengan golden age, usia emas bagi pertumbuhan hidup manusia.

Disadari atau tidak mereka harus menjalani tirakat dengan memperhatikan penggunaan gadget, asupan gizi seimbang, lingkungan kondusif, hidup sehat, dan lainnya. Bisakah kita bayangkan nasib mereka, jika kedua orang tua dan lingkungan tak pernah  mengusahakannya.

Seorang remaja dengan segala proses pencarian jati dirinya, ada yang di sekolah formal, sekolah non-formal, pesantren, maupun tempat menempa pendidikan lainnya tentu sangat hafal bagaimana mereka harus tekun di dalamnya.

Laku tirakat mereka dapat dijumpai dari keberhasilan dan prestasi belajar mereka. Barangkali pada prosesnya mereka harus menahan diri dari mabuk asmara, foya-foya, narkoba, dan perilaku menyimpang lainnya yang terlihat mengundang kenikmatan dunia. Sehingga tujuan utama seusia mereka dapat diraih penuh asa.

Seorang pendidik dengan segala ketangkasan dan keuletannya dalam mencerdaskan peserta didiknya, tentu tidak lahir begitu saja. Jalan tirakat mereka bisa dijumpai dengan selalu meluangkan waktu untuk terus belajar, disaat rekan sejawat lainnya mangkir dari tugas tanggungjawabnya.

Menyediakan waktu khusus untuk bertukar pikiran bahkan turut membantu kesukaran peserta didiknya, disaat rekan lainnya memilih untuk duduk santai menikmati seduhan kopi diwarnai canda dan tawa. Dan masih banyak upaya lain, demi tujuan mulia keberhasilan peserta didiknya.

Seorang pengusaha sukses dengan segudang kebaikan dan kemanfaatan yang mampu mereka berikan kepada orang lain, tentu bukan hadir dengan ‘bim salabim’. Butuh waktu dan tempaan yang panjang sampai pada titik kesuksesan masing-masing.

Jalan tirakat yang mereka hayati dapat dilihat dari semangat kerja yang luar biasa, atau dapat dikata di atas rata-rata. Di saat orang lain justru selalu menuntut 8 jam kerja dan setumpuk tuntutan lainnya, bagi pengusaha berkelas jam kerja bukan sebuah ukuran suatu keberhasilan.

Seringnya mereka selalu mengambil prinsip dan mental; usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Bahkan lebih lanjut apabila sudah sampai sampai pada titik kesuksesan sekalipun, apabila laku tirakat ditinggalkan tidak sedikit dari mereka yang kemudian harus terjun bebas.

Seorang pejabat publik yang bermartabat dengan ribuan penghargaan juga tidak akan pernah datang lewat jalur belakang. Titian tangga jabatan biasanya sudah mereka lalui sejak level terendah sampai tertinggi dengan penuh rasa tirakat.

Di saat rekan jawatan lain menghalalkan segala cara demi tercapainya sebuah kesuksesan, dirinya sibuk dan fokus dengan tugas tanggungjawabnya. Di saat jamak rekan lain tergiur dengan berbagai tawaran risywah kenikmatan, dirinya berusaha bertahan dari segala terpaan.

Di saat masa tugas dan jabatan sudah waktunya selesai ditunaikan dengan sedia lapang dada akan mereka cukupkan, dibandingkan tergiur dengan berbagai tawaran.

Hakikat Puasa

Ibadah puasa di bulan Ramadan barangkali hanya berkisar 29 atau 30 hari saja, bagi mereka orang beriman itu adalah waktu yang teramat singkat. Bahkan tidak sedikit diantara mereka merasa rindu teramat ditinggalkan oleh bulan suci nan dahsyat.

Pertanyaannya kemudian, lalu apa yang didapat? atau biarlah saja bulan itu pergi berangkat? orang bijak menyebut tentu itu bukan pilihan yang tepat. Puasa disimbolkan dengan mengatur hal makan sebagai wujud keterwakilan dari seluruh nikmat dunia.

Orang bijak menyebut, makanan adalah sumber kesehatan dan kesakitan. Dengan hanya mengatur sumber, pengolahan, jumlah, dan waktu makan maka akan dapat diraih kesehatan dan ketenangan.

Simbol ini semoga mengilhami orang beriman untuk mampu berlaku tirakat terhadap segala kenikmatan duniawi. Jika demikian keadaannya, cukup wajar jika jalan hidup takwa generasi terbaik dahulu dititahkan Tuhan bagi kebaikan umat manusia. Semoga!

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Ramadan Singkat dan Jalan Tirakat

​​​​​​​Muhammad Muhlis Senin, 18-4-2022 | - Dilihat: 31

banner

Oleh: ​​​​​​​Muhammad Muhlis

Jamak diketahui oleh warga dunia, khususnya mereka yang bergama Islam ketika sudah memasuki bulan ke-9 Hijriyah yakni Ramadan wajib menjalankan ibadah puasa.

Ibadah puasa ini umumnya dilakukan sebulan utuh, berkisar antara 29 atau 30 hari menurut penanggalan yang mengacu pada perputaran bulan atas bumi tersebut. Khususnya warga muslim modern Indonesia, yang memutuskan untuk berpuasa sejak tanggal 2 April 2022 maka dapat dipastikan bahwa mereka akan menjalani ibadah puasa dengan durasi waktu 30 hari dengan pendekatan 'wujud al-hilal' (terbitnya bulan baru).

Adapun warga muslim Indonesia lainnya yang memutuskan untuk berpuasa pada tanggal 3 April 2022 dengan pendekatan 'rukyat al-hilal' (terlihatnya bulan baru) masih menunggu sidang lanjutan, apakah akan ditetapkan 29 atau 30 hari, akan kita simak seksama.

Di atas semua pilihan tersebut, kata kunci dasarnya adalah bahwa ibadah puasa itu dijalankan satu bulan penuh dengan durasi 29 atau 30 hari, tidak kurang tidak lebih pas sesuai takaran bulan Hijriyah.

Ibadah Puasa

Ibadah puasa pada praktiknya dimaknai dengan manusia beriman dalam keadaan akil balig sehat (tanpa halangan kedaruratan) yang menyengaja tidak makan, minum, dan berhubungan badan bagi suami isteri sejak terbit fajar sampai matahari terbenam.

Biasanya disempurnakan dengan anjuran menghindari hal-hal yang dapat menggugurkan pahala puasa. Namun siapa sangka bila ibadah puasa hanya dimaknai sebatas formalitas saja, banyak sanak saudara yang papa barangkali sudah begitu sangat akrab menjalankannya untuk hanya sekedar tidak makan dan minum.

Kehimpitan dan kepayahan hidup-lah yang membuat mereka harus mampu bertahan. Apalagi mereka tuna asmara yang sudah barang tentu begitu hafal kepedihannya. Kemana lagi mereka akan menyalurkan hasrat cinta kasihnya.

Padahal sesuai dengan firman-Nya, ibadah puasa adalah laku takwa dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, jalan yang sama ditempuh oleh generasi terbaik dahulu.

Apakah wujudnya harus menjadi papa dan tuna asmara terlebih dahulu untuk menjadi takwa kepada-Nya? Lalu bagaimana nasib mereka yang sudah berusaha untuk cukup hidup dan lepas dari belenggu nir-asmara ? pendek kata, tidak mungkin Tuhan menelantarkan umat manusia.

Jalan Tirakat

Jauh 15 abad lalu manusia paling mulia sepanjang zaman, Muhammad Saw utusan-Nya memberikan pesan mendalam perihal ibadah puasa. "Betapa banyak insan berpuasa namun tiada ia dapat kecuali hanya lapar dan dahaga", begitu tuturnya.

Pesan ini sangat wajar dan rasional, karena memang lapar dan dahaga adalah bunga-nya orang berpuasa. Ibarat pagi menjelang sahur dipersiapkan, malam hendak datang sajian berbuka dihidangkan.

Genap sudah tampak manusia hanya sekedar mengubah waktu makan dan kenikmatan mereka, dan seringnya tidak meninggalkan bekas apa-apa. Nahas mereka hanya sekedar berkelindan pada urusan perut dan apa yang ada di bawahnya saja, namun berharap takwa. Bagai berharap hujan di tengah terik.

Lalu apa dan bagaimana maksud tutur luhur Sang Penyampai Pesan Mulia Tuhan kepada umat manusia berkaitan dengan ibadah puasa ? pesan orang bijak dalam dialek Jawa menyebut maksud ibadah puasa itu dengan,"Sing sopo wonge gelem tirakat bakal mangkat !".

Sesiapa saja yang berkenan menjalani laku tirakat pasti akan berangkat. Tirakat dalam hal ini dimaknai dengan menahan hawa nafsu duniawi. Bukan dalam pengertian meninggalkan segalanya tentang dunia, namun sedianya terletak pada kekuatan pengendalian diri. Sebagaimana tergambar ada bagian waktu untuk berpuasa, dan sebagian yang lain untuk berbuka.

Manusia Tirakat

Lebih kurang 9 bulan 10 hari lazimnya manusia berada dalam kandungan ibunya, memiliki tujuan untuk dapat terlahir di dunia. Pada kesempatan proses kelahiran jabang bayi normal, disadari atau tidak calon manusia kecil tersebut harus menjalani tirakat dengan berjuang mandiri keluar dari rahim ibunya. Bayangkan saja seandainya banyak diantara mereka (jabang bayi) malahan betah di dalam kandungan. Malang nian nasib keduanya.

Seorang anak balita, dengan sangat cerdasnya mencari tau ini dan itu. Sering disebut juga masa ini dengan golden age, usia emas bagi pertumbuhan hidup manusia.

Disadari atau tidak mereka harus menjalani tirakat dengan memperhatikan penggunaan gadget, asupan gizi seimbang, lingkungan kondusif, hidup sehat, dan lainnya. Bisakah kita bayangkan nasib mereka, jika kedua orang tua dan lingkungan tak pernah  mengusahakannya.

Seorang remaja dengan segala proses pencarian jati dirinya, ada yang di sekolah formal, sekolah non-formal, pesantren, maupun tempat menempa pendidikan lainnya tentu sangat hafal bagaimana mereka harus tekun di dalamnya.

Laku tirakat mereka dapat dijumpai dari keberhasilan dan prestasi belajar mereka. Barangkali pada prosesnya mereka harus menahan diri dari mabuk asmara, foya-foya, narkoba, dan perilaku menyimpang lainnya yang terlihat mengundang kenikmatan dunia. Sehingga tujuan utama seusia mereka dapat diraih penuh asa.

Seorang pendidik dengan segala ketangkasan dan keuletannya dalam mencerdaskan peserta didiknya, tentu tidak lahir begitu saja. Jalan tirakat mereka bisa dijumpai dengan selalu meluangkan waktu untuk terus belajar, disaat rekan sejawat lainnya mangkir dari tugas tanggungjawabnya.

Menyediakan waktu khusus untuk bertukar pikiran bahkan turut membantu kesukaran peserta didiknya, disaat rekan lainnya memilih untuk duduk santai menikmati seduhan kopi diwarnai canda dan tawa. Dan masih banyak upaya lain, demi tujuan mulia keberhasilan peserta didiknya.

Seorang pengusaha sukses dengan segudang kebaikan dan kemanfaatan yang mampu mereka berikan kepada orang lain, tentu bukan hadir dengan ‘bim salabim’. Butuh waktu dan tempaan yang panjang sampai pada titik kesuksesan masing-masing.

Jalan tirakat yang mereka hayati dapat dilihat dari semangat kerja yang luar biasa, atau dapat dikata di atas rata-rata. Di saat orang lain justru selalu menuntut 8 jam kerja dan setumpuk tuntutan lainnya, bagi pengusaha berkelas jam kerja bukan sebuah ukuran suatu keberhasilan.

Seringnya mereka selalu mengambil prinsip dan mental; usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Bahkan lebih lanjut apabila sudah sampai sampai pada titik kesuksesan sekalipun, apabila laku tirakat ditinggalkan tidak sedikit dari mereka yang kemudian harus terjun bebas.

Seorang pejabat publik yang bermartabat dengan ribuan penghargaan juga tidak akan pernah datang lewat jalur belakang. Titian tangga jabatan biasanya sudah mereka lalui sejak level terendah sampai tertinggi dengan penuh rasa tirakat.

Di saat rekan jawatan lain menghalalkan segala cara demi tercapainya sebuah kesuksesan, dirinya sibuk dan fokus dengan tugas tanggungjawabnya. Di saat jamak rekan lain tergiur dengan berbagai tawaran risywah kenikmatan, dirinya berusaha bertahan dari segala terpaan.

Di saat masa tugas dan jabatan sudah waktunya selesai ditunaikan dengan sedia lapang dada akan mereka cukupkan, dibandingkan tergiur dengan berbagai tawaran.

Hakikat Puasa

Ibadah puasa di bulan Ramadan barangkali hanya berkisar 29 atau 30 hari saja, bagi mereka orang beriman itu adalah waktu yang teramat singkat. Bahkan tidak sedikit diantara mereka merasa rindu teramat ditinggalkan oleh bulan suci nan dahsyat.

Pertanyaannya kemudian, lalu apa yang didapat? atau biarlah saja bulan itu pergi berangkat? orang bijak menyebut tentu itu bukan pilihan yang tepat. Puasa disimbolkan dengan mengatur hal makan sebagai wujud keterwakilan dari seluruh nikmat dunia.

Orang bijak menyebut, makanan adalah sumber kesehatan dan kesakitan. Dengan hanya mengatur sumber, pengolahan, jumlah, dan waktu makan maka akan dapat diraih kesehatan dan ketenangan.

Simbol ini semoga mengilhami orang beriman untuk mampu berlaku tirakat terhadap segala kenikmatan duniawi. Jika demikian keadaannya, cukup wajar jika jalan hidup takwa generasi terbaik dahulu dititahkan Tuhan bagi kebaikan umat manusia. Semoga!

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech