Puasa di Era Digital
M. Husnaini Selasa, 19-4-2022 | - Dilihat: 12

Oleh: M. Husnaini
Ini zaman kemajuan. Segalanya serba mudah. Utamanya, jika kita tidak gaptek dan mau memanfaatkan segala kecanggihan teknologi. Saya tidak berbicara tentang efek negatif teknologi. Sebab, membicarakan hal-hal positif dan kiat-kiat memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mencari manfaat, lebih menarik hati saya.
Gunakanlah seluruh akun jejaring sosial Anda untuk berbagi kebaikan. Sebisa Anda. Yang terampil menulis, silakan berbagi kebaikan melalui tulisan. Yang bisa ceramah, boleh berbagi kebaikan via lisan. Yang pintar membikin gambar, video, atau meme inspiratif, berbagilah postingan-postingan menarik itu kepada orang lain.
Di samping berbagi, manfaatkanlah akun-akun jejaring sosial Anda untuk menambah wawasan. Mulailah membaca dan memahami postingan-postingan yang berisi ilmu. Sekarang ini, mengikuti pemikiran-pemikiran tokoh cukup mudah. Tidak perlu harus sowan ke rumah mereka. Sebagian besar dapat dijumpai melalui media sosial.
Kemudian, isilah pula gadget Anda dengan aplikasi keislaman. Al-Qur’an, misalnya. Syukur-syukur dilengkapi terjemah dan tafsirnya, sehingga saat senggang, Anda bisa membuka, membaca, dan memahaminya. Selama ini, kita sudah berhasil khatam Al-Qur’an selama Ramadan. Kadang sekali, bahkan ada yang khatam berkali-kali.
Tetapi, cobalah mulai Ramadan ini, Al-Qur’an tidak sekadar kita baca hingga khatam, namun sedikit demi sedikit kita buka terjemahannya. Syukur-syukur tafsirnya, agar kita paham isi Al-Qur’an. Dengan begitu, interaksi kita dengan Al-Qur’an tidak hanya mendatangkan pahala semata, tetapi sekaligus membuahkan ilmu dan hikmah.
Kiranya masih banyak trik-trik menarik untuk memanfaatkan kemudahan teknologi guna mengeruk sebanyak mungkin pahala di Bulan Suci. Masing-masing Anda bisa berkreasi dan berbagi. Lebih baik saling berlomba untuk menguak sisi-sisi kebaikan sesuatu daripada bersaing untuk mengungkap lorong-lorong keburukannya.
Ramadan harus menjadi starting point untuk makin mencintai Allah. Yaitu, patuh dan tunduk demi mengagungkan, memuliakan, dan mengharapkan-Nya. Ucapan-ucapan mulia, seperti zikir dan mendaras Al-Qur’an adalah wujud cinta kepada Allah. Juga, mendahulukan perintah Allah daripada kesenangan, syahwat, dan keinginan diri.
Puasa mengajarkan kita untuk meninggalkan sesuatu yang kita sukai. Dan, sesuatu yang kita sukai itu harusnya bukan sebatas urusan perut dan nafsu seksual. Kalau hanya meninggalkan makan dan minum, anak kecil juga bisa. Apalagi sekadar tidak melakukan hubungan seksual. Sudah pasti tujuan puasa bukan sekadar begitu.
Sebaliknya, puasa harus mampu mendorong kita untuk mampu melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kita sukai. Lapar, siapa suka. Tapi karena itu mau Allah, maka kita manut. Dus, motivasi kita dalam puasa adalah rida Allah, bukan gairah nafsu durjana. Demikian pula motivasi kita dalam berbagai urusan lain dalam hidup ini.
_____
M Husnaini, Penulis Buku, Kandidat Doktor di International Islamic University Malaysia (IIUM)
- Artikel Teropuler -
Puasa di Era Digital
M. Husnaini Selasa, 19-4-2022 | - Dilihat: 12

Oleh: M. Husnaini
Ini zaman kemajuan. Segalanya serba mudah. Utamanya, jika kita tidak gaptek dan mau memanfaatkan segala kecanggihan teknologi. Saya tidak berbicara tentang efek negatif teknologi. Sebab, membicarakan hal-hal positif dan kiat-kiat memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mencari manfaat, lebih menarik hati saya.
Gunakanlah seluruh akun jejaring sosial Anda untuk berbagi kebaikan. Sebisa Anda. Yang terampil menulis, silakan berbagi kebaikan melalui tulisan. Yang bisa ceramah, boleh berbagi kebaikan via lisan. Yang pintar membikin gambar, video, atau meme inspiratif, berbagilah postingan-postingan menarik itu kepada orang lain.
Di samping berbagi, manfaatkanlah akun-akun jejaring sosial Anda untuk menambah wawasan. Mulailah membaca dan memahami postingan-postingan yang berisi ilmu. Sekarang ini, mengikuti pemikiran-pemikiran tokoh cukup mudah. Tidak perlu harus sowan ke rumah mereka. Sebagian besar dapat dijumpai melalui media sosial.
Kemudian, isilah pula gadget Anda dengan aplikasi keislaman. Al-Qur’an, misalnya. Syukur-syukur dilengkapi terjemah dan tafsirnya, sehingga saat senggang, Anda bisa membuka, membaca, dan memahaminya. Selama ini, kita sudah berhasil khatam Al-Qur’an selama Ramadan. Kadang sekali, bahkan ada yang khatam berkali-kali.
Tetapi, cobalah mulai Ramadan ini, Al-Qur’an tidak sekadar kita baca hingga khatam, namun sedikit demi sedikit kita buka terjemahannya. Syukur-syukur tafsirnya, agar kita paham isi Al-Qur’an. Dengan begitu, interaksi kita dengan Al-Qur’an tidak hanya mendatangkan pahala semata, tetapi sekaligus membuahkan ilmu dan hikmah.
Kiranya masih banyak trik-trik menarik untuk memanfaatkan kemudahan teknologi guna mengeruk sebanyak mungkin pahala di Bulan Suci. Masing-masing Anda bisa berkreasi dan berbagi. Lebih baik saling berlomba untuk menguak sisi-sisi kebaikan sesuatu daripada bersaing untuk mengungkap lorong-lorong keburukannya.
Ramadan harus menjadi starting point untuk makin mencintai Allah. Yaitu, patuh dan tunduk demi mengagungkan, memuliakan, dan mengharapkan-Nya. Ucapan-ucapan mulia, seperti zikir dan mendaras Al-Qur’an adalah wujud cinta kepada Allah. Juga, mendahulukan perintah Allah daripada kesenangan, syahwat, dan keinginan diri.
Puasa mengajarkan kita untuk meninggalkan sesuatu yang kita sukai. Dan, sesuatu yang kita sukai itu harusnya bukan sebatas urusan perut dan nafsu seksual. Kalau hanya meninggalkan makan dan minum, anak kecil juga bisa. Apalagi sekadar tidak melakukan hubungan seksual. Sudah pasti tujuan puasa bukan sekadar begitu.
Sebaliknya, puasa harus mampu mendorong kita untuk mampu melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kita sukai. Lapar, siapa suka. Tapi karena itu mau Allah, maka kita manut. Dus, motivasi kita dalam puasa adalah rida Allah, bukan gairah nafsu durjana. Demikian pula motivasi kita dalam berbagai urusan lain dalam hidup ini.
_____
M Husnaini, Penulis Buku, Kandidat Doktor di International Islamic University Malaysia (IIUM)
0 Komentar
Tinggalkan Pesan