• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Puasa dan Kasih Sayang Allah

Wahju Kusumajanti Senin, 18-4-2022 | - Dilihat: 20

banner

Oleh: Wahju Kusumajanti

Setiap dipertemukan kembali dengan Ramadan, saya sangat bersyukur. Seperti kita tahu, Ramadan sering disebut dengan Bulan Puasa. Alasannya, puasa Ramadan selama satu bulan penuh diwajibkan kepada orang-orang beriman yang ingin mendapatkan rida dan rahmat Allah. Bagi umat Islam, ibadah puasa bukan hanya bukti ketaatan kita kepada Sang Khalik, namun juga bukti cinta Allah itu sendiri kepada ciptaan-Nya.

Allah menjanjikan pahala berlipat bagi hamba-hamba yang berpuasa dan melakukan segala kebaikan di bulan Ramadan. Selain itu, ampunan dan pembebasan dari siksa neraka juga disediakan. Puasa juga menjadi tanda bahwa Allah mengetahui kondisi fisik kita dengan sangat detail. Dari segi kesehatan, puasa dibutuhkan oleh tubuh untuk mengistirahatkan sebagian organ yang bekerja terus-menerus selama setahun penuh.

Dengan begitu, puasa selama satu bulan penuh menjadi sarana penyegaran kembali organ-organ tubuh manusia. Sudah banyak ulasan tentang manfaat dan hikmah puasa bagi kesehatan manusia. Jadi, sebagai orang yang beriman dan memiliki kesadaran akan hikmah dari setiap ibadah yang diperintahkan Allah, tentu kita akan bersemangat melaksanakannya dan akan bersedih jika terhalang oleh sesuatu.

Sebagai perempuan, saya pernah merasakan kesedihan itu. Di samping “tamu” yang rutin datang setiap bulan, ada pula kondisi ketika perempuan tidak dapat berpuasa, yaitu ketika hamil dan menyusui. Ketika hamil, normalnya seorang perempuan mampu melakukan semua bentuk ibadah yang telah ditetapkan Allah, termasuk puasa. Namun, kondisi saya justru tidak dapat berpuasa. Di situlah saya merasa bersedih.

Pada kehamilan pertama, saya tidak mampu menjalankan ibadah puasa karena terjadi spontaneous abortion (keguguran). Sementara pada kehamilan kedua, saya mampu berpuasa karena usia kehamilan saya berada di trimester (tiga bulan) pertama. Ketika itu, saya berpuasa setelah berkonsultasi dengan dokter, dan saya diizinkan.

Meskipun demikian, saya mampu berpuasa hanya sampai hari kelima. Setelah itu, saya jatuh sakit selama dua minggu. Akhirnya, saya tidak melanjutkan puasa dan membayar fidiah.

Setelah melahirkan, saya berkomitmen untuk memberikan asi (air susu ibu) selama dua tahun penuh. Saya bahkan berhenti mengajar selama hamil dan menyusui itu. Ketika menyusui, saya juga mencoba untuk berpuasa. Ternyata yang sakit bukan hanya saya, tetapi juga bayi saya. Saat itulah saya lalu merasakan betul bahwa rukhsah (kemudahan dari Allah) untuk tidak berpuasa itu benar-benar wujud kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya.

Setelah itu, saya juga tidak mampu berpuasa selama tujuh tahun berturut-turut karena hamil dan menyusui. Namun, kesedihan akibat tidak dapat menjalankan puasa terhibur oleh janji Allah yang akan memberikan pahala puasa jika kita memberi makanan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa.

Saya sangat bersyukur menjadi seorang Muslimah. Islam adalah agama yang paling rasional dan kompatibel dengan keadaan manusia. Jika kita pikirkan, semua perintah Allah yang kita lakukan sebenarnya untuk kebaikan kita sendiri. Ibadah-ibadah seperti salat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain ditetapkan dengan segala fleksibilitasnya sebagai wujud kasih sayang Allah tanpa membebani hamba-Nya di luar kemampuan.

Di samping itu, ibadah-ibadah yang kita lakukan juga menjadi sarana bagi kita untuk mendekatkan diri dan melepas kerinduan kepada Allah, seperti anak yang merindukan orang tuanya. Ketika bertemu dengan ayah dan bunda, kita merasakan ketenangan karena doa-doa dan kasih sayang beliau berdua kepada kita. Tentu kasih sayang Allah kepada hamba-Nya lebih besar lagi.

Walhasil, semua ibadah dalam Islam, termasuk puasa Ramadan, benar-benar bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Sebab itu, marilah kita tunaikan bersama dengan ikhlas dan istikamah. Kita berdoa, mudah-mudahan puasa yang kita kerjakan setiap tahun ini diterima dan mendapatkan rida Allah, sehingga kelak kita dipertemukan dengan-Nya dalam keadaan bahagia. Amin, Ya Allah.

_____

Dr Wahju Kusumajanti, Dosen Fakultas Adab dan Humanioran UIN Sunan Ampel Surabaya

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Puasa dan Kasih Sayang Allah

Wahju Kusumajanti Senin, 18-4-2022 | - Dilihat: 20

banner

Oleh: Wahju Kusumajanti

Setiap dipertemukan kembali dengan Ramadan, saya sangat bersyukur. Seperti kita tahu, Ramadan sering disebut dengan Bulan Puasa. Alasannya, puasa Ramadan selama satu bulan penuh diwajibkan kepada orang-orang beriman yang ingin mendapatkan rida dan rahmat Allah. Bagi umat Islam, ibadah puasa bukan hanya bukti ketaatan kita kepada Sang Khalik, namun juga bukti cinta Allah itu sendiri kepada ciptaan-Nya.

Allah menjanjikan pahala berlipat bagi hamba-hamba yang berpuasa dan melakukan segala kebaikan di bulan Ramadan. Selain itu, ampunan dan pembebasan dari siksa neraka juga disediakan. Puasa juga menjadi tanda bahwa Allah mengetahui kondisi fisik kita dengan sangat detail. Dari segi kesehatan, puasa dibutuhkan oleh tubuh untuk mengistirahatkan sebagian organ yang bekerja terus-menerus selama setahun penuh.

Dengan begitu, puasa selama satu bulan penuh menjadi sarana penyegaran kembali organ-organ tubuh manusia. Sudah banyak ulasan tentang manfaat dan hikmah puasa bagi kesehatan manusia. Jadi, sebagai orang yang beriman dan memiliki kesadaran akan hikmah dari setiap ibadah yang diperintahkan Allah, tentu kita akan bersemangat melaksanakannya dan akan bersedih jika terhalang oleh sesuatu.

Sebagai perempuan, saya pernah merasakan kesedihan itu. Di samping “tamu” yang rutin datang setiap bulan, ada pula kondisi ketika perempuan tidak dapat berpuasa, yaitu ketika hamil dan menyusui. Ketika hamil, normalnya seorang perempuan mampu melakukan semua bentuk ibadah yang telah ditetapkan Allah, termasuk puasa. Namun, kondisi saya justru tidak dapat berpuasa. Di situlah saya merasa bersedih.

Pada kehamilan pertama, saya tidak mampu menjalankan ibadah puasa karena terjadi spontaneous abortion (keguguran). Sementara pada kehamilan kedua, saya mampu berpuasa karena usia kehamilan saya berada di trimester (tiga bulan) pertama. Ketika itu, saya berpuasa setelah berkonsultasi dengan dokter, dan saya diizinkan.

Meskipun demikian, saya mampu berpuasa hanya sampai hari kelima. Setelah itu, saya jatuh sakit selama dua minggu. Akhirnya, saya tidak melanjutkan puasa dan membayar fidiah.

Setelah melahirkan, saya berkomitmen untuk memberikan asi (air susu ibu) selama dua tahun penuh. Saya bahkan berhenti mengajar selama hamil dan menyusui itu. Ketika menyusui, saya juga mencoba untuk berpuasa. Ternyata yang sakit bukan hanya saya, tetapi juga bayi saya. Saat itulah saya lalu merasakan betul bahwa rukhsah (kemudahan dari Allah) untuk tidak berpuasa itu benar-benar wujud kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya.

Setelah itu, saya juga tidak mampu berpuasa selama tujuh tahun berturut-turut karena hamil dan menyusui. Namun, kesedihan akibat tidak dapat menjalankan puasa terhibur oleh janji Allah yang akan memberikan pahala puasa jika kita memberi makanan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa.

Saya sangat bersyukur menjadi seorang Muslimah. Islam adalah agama yang paling rasional dan kompatibel dengan keadaan manusia. Jika kita pikirkan, semua perintah Allah yang kita lakukan sebenarnya untuk kebaikan kita sendiri. Ibadah-ibadah seperti salat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain ditetapkan dengan segala fleksibilitasnya sebagai wujud kasih sayang Allah tanpa membebani hamba-Nya di luar kemampuan.

Di samping itu, ibadah-ibadah yang kita lakukan juga menjadi sarana bagi kita untuk mendekatkan diri dan melepas kerinduan kepada Allah, seperti anak yang merindukan orang tuanya. Ketika bertemu dengan ayah dan bunda, kita merasakan ketenangan karena doa-doa dan kasih sayang beliau berdua kepada kita. Tentu kasih sayang Allah kepada hamba-Nya lebih besar lagi.

Walhasil, semua ibadah dalam Islam, termasuk puasa Ramadan, benar-benar bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Sebab itu, marilah kita tunaikan bersama dengan ikhlas dan istikamah. Kita berdoa, mudah-mudahan puasa yang kita kerjakan setiap tahun ini diterima dan mendapatkan rida Allah, sehingga kelak kita dipertemukan dengan-Nya dalam keadaan bahagia. Amin, Ya Allah.

_____

Dr Wahju Kusumajanti, Dosen Fakultas Adab dan Humanioran UIN Sunan Ampel Surabaya

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech