Potensi Kolaborasi Alumni Mu’allimin
Abiyyu Fathin Derian Sabtu, 24-12-2022 | - Dilihat: 26
Oleh: Abiyyu Fathin Derian
Terhitung sejak tanggal 8 Desember 2022, Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta (selanjutnya disebut Mu’allimin) telah berusia 104 tahun. Itu artinya, sekolah ini telah eksis sejak tahun 1918. Luar biasa! Waktu yang sangat panjang untuk sebuah institusi massal.
Dengan usia setua itu, sudah pasti Mu’allimin telah banyak meluluskan para alumninya. Mereka tersebar di berbagai penjuru dunia dengan masing-masing aktivitasnya. Mengingat usianya, pasti alumni-alumninya telah ada yang berusia 80-an, di samping banyak pula yang usianya masih 20-an. Jumlah ini pun pasti akan meningkat ke depannya seiring bertambahnya usia Mu’allimin kelak.
Namun sayang, alumni yang merupakan para kader itu sepertinya kurang diperhatikan dan dikelola secara baik. Hal ini terlihat dari minimnya pengetahuan antara sesama alumni seusai lulus dari Mu’allimin. Jangankan mengetahui kiprah alumni senior, bahkan yang seangkatan pun kadang masih tidak tahu bagaimana keberadaan dan kiprahnya saat ini.
Mu’allimin bukan sekolah sembarangan. Para alumninya banyak yang berhasil di bidangnya masing-masing sesuai kemampuannya. Sebagai alumni, saya mengakui hal tersebut. Pernah suatu ketika ada forum Keluarga Besar Abiturien Madrasah Mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Jakarta Raya (Kabammma Jaya), ternyata alumni yang duduk di sebelah saya merupakan seorang hakim di Mahkamah Agung. Luar biasa!
Kejadian tersebut pasti tidak hanya pernah dialami oleh saya, melainkan oleh para alumni lainnya. Pastinya, masih banyak lagi alumni Mu’allimin yang berkiprah di institusi-institusi lainnya yang tidak kalah hebat. Apalagi, sejak era 2010-an, banyak bidang kreatif yang bermunculan, dan beberapa alumni berkiprah di sana, misalnya sebagai seniman, digital marketer, copywriter, musisi, dll.
Saat ini, yang terjadi adalah ketika kita mengetahui identitas para alumni melalui kiprahnya, lalu kita merasa bangga dan bersyukur pernah bersekolah di sana. Padahal, sebagai sekolah kader, bukan lagi waktunya untuk membanggakan almamater melalui para alumninya. Hal itu tidak memberikan dampak apa-apa, selain euforia semata.
Ketika kuliah, saya pernah mencari tahu seseorang yang cukup aktif di sebuah media besar di Indonesia melalui tulisan-tulisannya. Waktu itu saya melacaknya karena cukup menyukai dengan tulisan yang beliau ciptakan. Ditambah lagi, beliau merupakan Pimpinan Redaksi di media tersebut. Akhirnya, saya menemukan bahwa ternyata ia merupakan alumni Mu’allimin. Luar biasa!
Tuh, kan, lagi-lagi saya merespons dengan kata “Luar biasa!” sebagai tanda bangga dan syukur saya sebagai alumni. Tentu saya bangga sebagai alumni, tetapi saya merasa ada yang bisa dilakukan lebih lagi ketimbang sekadar berdecak “Luar biasa!”. Ditambah lagi mengetahui fakta bahwa para alumni berdampak di masyarakatnya masing-masing. Hal ini tentu menjadi modal besar bagi Mu’allimin untuk membuktikan labelnya sebagai sekolah kader.
Lalu, mungkin akan muncul pertanyaan, memangnya apa yang harus dilakukan lagi? Bukannya saat ini Mu’allimin relatif berhasil menciptakan para kader yang berkiprah di masyarakatnya masing-masing?
Benar, tidak perlu didebat lagi capaian tersebut. Namun, yang menjadi soal adalah saat ini para alumni bergerak sendiri-sendiri, tidak terorganisir sebagai suatu kekuatan alumni yang besar dan terstruktur. Tentu hal ini bukan tugas Mu’allimin, melainkan tugas lembaga kealumniannya. Tugas Mu’allimin cukup menciptakan kader yang memiliki kapasitas yang siap untuk menghadapi kehidupan nyata setelah lulus.
Saya jadi ingat kata-kata mutiara yang pernah saya dapatkan ketika di Mu’allimin yang berbunyi, “Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”.
Kalimat di atas semakin menggugah saya untuk berpendapat di pusaran kealumnian Mu’allimin yang terkesan tidak memiliki cita-cita besar. Mari kita akui bersama bahwa seringkali ketika para alumni kumpul-kumpul, yang mereka bincangkan paling dominan adalah mengenai nostalgia masa lalu ketika menjadi santri. Padahal, mereka bisa membicarakan hal-hal yang lebih strategis dan konstruktif.
Dengan modal jumlah alumni yang besar, disertai dengan kualitas masing-masing, maka akan sangat disayangkan ketika kita hanya membicarakan kenangan masa lalu. Kalau menilik ayat di dalam QS. al-Isra: 27, diingatkan agar kita tidak menjadi manusia yang suka berbuat mubazir. Jika kita tidak memaksimalkan modal besar yang dimiliki Mu’allimin melalui para alumninya yang terorganisir, maka jangan-jangan kita bisa tergolong berbuat mubazir. Na’udzubillah.
Maka dari itu, akan sangat baik apabila kealumnian Mu’allimin bisa lebih strategis dalam mengelola para alumni. Hal-hal strategis ini bisa kita terapkan bagi umat, bangsa, dan persyarikatan. Guna mencapai hal ini, maka perlu dirumuskan kira-kira hal strategis apa yang ingin dicapai melalui modal besar para alumni tersebut.
Saya ingin sedikit bercerita, di mana ketika kuliah, saya mendapatkan beasiswa pembinaan selama 2 tahun. Beasiswa ini memiliki cabang-cabang yang tersebar di beberapa wilayah yang memiliki kampus strategis. Bahkan, para pesertanya pun adalah mahasiswa-mahasiswa yang berkuliah di universitas-universitas top di Indonesia saja.
Selama ditempa di sana, kami seringkali ditanamkan nilai-nilai Islam moderat dan kebangsaan yang luas. Bahkan kami didorong untuk mendominasi posisi-posisi strategis di kampus, seperti presiden mahasiswa, mahasiswa berprestasi, dll. Hal ini dilakukan agar para peserta bisa menjadi manusia unggul yang bisa mengurusi hal-hal strategis di Indonesia di masa mendatang.
Sewaktu menjadi alumni, lembaga kealumniannya sangat aktif. Bahkan, dipilih secara masif oleh seluruh alumni dan dibentuk divisi-divisi yang mengurusi alumni tersebut. Misalnya: terdapat divisi database alumni yang mengurusi data terbaru dari para alumni; lalu ada divisi kreasi alumni yang mengurusi pengembangan diri para alumni, seperti simulasi wawancara beasiswa luar negeri, career coaching, dll; dan lain sebagainya.
Pertanyaannya adalah, mengapa begitu serius lembaga ini mengurusi para peserta dan alumninya? Jawabannya adalah karena lembaga ini sadar bahwa mereka semua merupakan aset yang luar biasa. Ditambah lagi, hal ini akan menjadi modal bagi mereka untuk memenangkan Indonesia 2045 di mana targetnya para alumninya bisa menempati posisi-posisi strategis di berbagai sektor, yaitu akademis, pengusaha, profesional, aparatur sipil negara (ASN), pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dll.
Sebagai alumni di lembaga tersebut, saya merasa sangat sayang apabila para alumni Mu’allimin berjalan sendiri-sendiri. Padahal, para alumni ini dapat disatukan melalui bentuk kolaborasi-kolaborasi. Saat ini, jangankan kolaborasi, wong tahu identitas para alumni satu sama lain saja tidak. Padahal, supaya bisa mulai kolaborasi, tahapan pertama yang harus dilakukan adalah tahu siapa dia, kemudian membangu relasi.
Sebenarnya, lembaga kealumnian Mu’allimin tidak perlu mulai dengan tindakan besar seperti yang tadi saya sampaikan di lembaga sebelumnya. Menurut saya, lembaga kealumnian Mu’allimin dapat mulai dengan dua hal utama, yaitu pengelolaan database alumni dan pengenalan alumni melalui seminar mini via daring. Dengan melakukan dua hal tersebut, saya yakin akan terasa perbedaan konektivitas antaralumni dibandingkan yang saat ini kita rasakan.
Oleh karena itu, mari kita evaluasi lagi pengelolaan kealumnian Mu’allimin saat ini. Jangan sampai, legacy yang sudah ditinggalkan alumni besar terdahulu, seperti Buya Syafii Maarif, hanya tinggal kisah turun temurun. Selain itu, dengan wafatnya Buya Syafii, maka jangan sampai kita jadi tidak bisa besar sebagai alumni. Justru kita bisa besar kalau kita saling berkolaborasi sebagai satu kesatuan, bukan individu-individu yang tercerai berai. Semoga Allah memberkati langkah kita semuanya.
- Artikel Terpuler -
Potensi Kolaborasi Alumni Mu’allimin
Abiyyu Fathin Derian Sabtu, 24-12-2022 | - Dilihat: 26
Oleh: Abiyyu Fathin Derian
Terhitung sejak tanggal 8 Desember 2022, Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta (selanjutnya disebut Mu’allimin) telah berusia 104 tahun. Itu artinya, sekolah ini telah eksis sejak tahun 1918. Luar biasa! Waktu yang sangat panjang untuk sebuah institusi massal.
Dengan usia setua itu, sudah pasti Mu’allimin telah banyak meluluskan para alumninya. Mereka tersebar di berbagai penjuru dunia dengan masing-masing aktivitasnya. Mengingat usianya, pasti alumni-alumninya telah ada yang berusia 80-an, di samping banyak pula yang usianya masih 20-an. Jumlah ini pun pasti akan meningkat ke depannya seiring bertambahnya usia Mu’allimin kelak.
Namun sayang, alumni yang merupakan para kader itu sepertinya kurang diperhatikan dan dikelola secara baik. Hal ini terlihat dari minimnya pengetahuan antara sesama alumni seusai lulus dari Mu’allimin. Jangankan mengetahui kiprah alumni senior, bahkan yang seangkatan pun kadang masih tidak tahu bagaimana keberadaan dan kiprahnya saat ini.
Mu’allimin bukan sekolah sembarangan. Para alumninya banyak yang berhasil di bidangnya masing-masing sesuai kemampuannya. Sebagai alumni, saya mengakui hal tersebut. Pernah suatu ketika ada forum Keluarga Besar Abiturien Madrasah Mu’allimin-Mu’allimaat Muhammadiyah Jakarta Raya (Kabammma Jaya), ternyata alumni yang duduk di sebelah saya merupakan seorang hakim di Mahkamah Agung. Luar biasa!
Kejadian tersebut pasti tidak hanya pernah dialami oleh saya, melainkan oleh para alumni lainnya. Pastinya, masih banyak lagi alumni Mu’allimin yang berkiprah di institusi-institusi lainnya yang tidak kalah hebat. Apalagi, sejak era 2010-an, banyak bidang kreatif yang bermunculan, dan beberapa alumni berkiprah di sana, misalnya sebagai seniman, digital marketer, copywriter, musisi, dll.
Saat ini, yang terjadi adalah ketika kita mengetahui identitas para alumni melalui kiprahnya, lalu kita merasa bangga dan bersyukur pernah bersekolah di sana. Padahal, sebagai sekolah kader, bukan lagi waktunya untuk membanggakan almamater melalui para alumninya. Hal itu tidak memberikan dampak apa-apa, selain euforia semata.
Ketika kuliah, saya pernah mencari tahu seseorang yang cukup aktif di sebuah media besar di Indonesia melalui tulisan-tulisannya. Waktu itu saya melacaknya karena cukup menyukai dengan tulisan yang beliau ciptakan. Ditambah lagi, beliau merupakan Pimpinan Redaksi di media tersebut. Akhirnya, saya menemukan bahwa ternyata ia merupakan alumni Mu’allimin. Luar biasa!
Tuh, kan, lagi-lagi saya merespons dengan kata “Luar biasa!” sebagai tanda bangga dan syukur saya sebagai alumni. Tentu saya bangga sebagai alumni, tetapi saya merasa ada yang bisa dilakukan lebih lagi ketimbang sekadar berdecak “Luar biasa!”. Ditambah lagi mengetahui fakta bahwa para alumni berdampak di masyarakatnya masing-masing. Hal ini tentu menjadi modal besar bagi Mu’allimin untuk membuktikan labelnya sebagai sekolah kader.
Lalu, mungkin akan muncul pertanyaan, memangnya apa yang harus dilakukan lagi? Bukannya saat ini Mu’allimin relatif berhasil menciptakan para kader yang berkiprah di masyarakatnya masing-masing?
Benar, tidak perlu didebat lagi capaian tersebut. Namun, yang menjadi soal adalah saat ini para alumni bergerak sendiri-sendiri, tidak terorganisir sebagai suatu kekuatan alumni yang besar dan terstruktur. Tentu hal ini bukan tugas Mu’allimin, melainkan tugas lembaga kealumniannya. Tugas Mu’allimin cukup menciptakan kader yang memiliki kapasitas yang siap untuk menghadapi kehidupan nyata setelah lulus.
Saya jadi ingat kata-kata mutiara yang pernah saya dapatkan ketika di Mu’allimin yang berbunyi, “Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”.
Kalimat di atas semakin menggugah saya untuk berpendapat di pusaran kealumnian Mu’allimin yang terkesan tidak memiliki cita-cita besar. Mari kita akui bersama bahwa seringkali ketika para alumni kumpul-kumpul, yang mereka bincangkan paling dominan adalah mengenai nostalgia masa lalu ketika menjadi santri. Padahal, mereka bisa membicarakan hal-hal yang lebih strategis dan konstruktif.
Dengan modal jumlah alumni yang besar, disertai dengan kualitas masing-masing, maka akan sangat disayangkan ketika kita hanya membicarakan kenangan masa lalu. Kalau menilik ayat di dalam QS. al-Isra: 27, diingatkan agar kita tidak menjadi manusia yang suka berbuat mubazir. Jika kita tidak memaksimalkan modal besar yang dimiliki Mu’allimin melalui para alumninya yang terorganisir, maka jangan-jangan kita bisa tergolong berbuat mubazir. Na’udzubillah.
Maka dari itu, akan sangat baik apabila kealumnian Mu’allimin bisa lebih strategis dalam mengelola para alumni. Hal-hal strategis ini bisa kita terapkan bagi umat, bangsa, dan persyarikatan. Guna mencapai hal ini, maka perlu dirumuskan kira-kira hal strategis apa yang ingin dicapai melalui modal besar para alumni tersebut.
Saya ingin sedikit bercerita, di mana ketika kuliah, saya mendapatkan beasiswa pembinaan selama 2 tahun. Beasiswa ini memiliki cabang-cabang yang tersebar di beberapa wilayah yang memiliki kampus strategis. Bahkan, para pesertanya pun adalah mahasiswa-mahasiswa yang berkuliah di universitas-universitas top di Indonesia saja.
Selama ditempa di sana, kami seringkali ditanamkan nilai-nilai Islam moderat dan kebangsaan yang luas. Bahkan kami didorong untuk mendominasi posisi-posisi strategis di kampus, seperti presiden mahasiswa, mahasiswa berprestasi, dll. Hal ini dilakukan agar para peserta bisa menjadi manusia unggul yang bisa mengurusi hal-hal strategis di Indonesia di masa mendatang.
Sewaktu menjadi alumni, lembaga kealumniannya sangat aktif. Bahkan, dipilih secara masif oleh seluruh alumni dan dibentuk divisi-divisi yang mengurusi alumni tersebut. Misalnya: terdapat divisi database alumni yang mengurusi data terbaru dari para alumni; lalu ada divisi kreasi alumni yang mengurusi pengembangan diri para alumni, seperti simulasi wawancara beasiswa luar negeri, career coaching, dll; dan lain sebagainya.
Pertanyaannya adalah, mengapa begitu serius lembaga ini mengurusi para peserta dan alumninya? Jawabannya adalah karena lembaga ini sadar bahwa mereka semua merupakan aset yang luar biasa. Ditambah lagi, hal ini akan menjadi modal bagi mereka untuk memenangkan Indonesia 2045 di mana targetnya para alumninya bisa menempati posisi-posisi strategis di berbagai sektor, yaitu akademis, pengusaha, profesional, aparatur sipil negara (ASN), pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dll.
Sebagai alumni di lembaga tersebut, saya merasa sangat sayang apabila para alumni Mu’allimin berjalan sendiri-sendiri. Padahal, para alumni ini dapat disatukan melalui bentuk kolaborasi-kolaborasi. Saat ini, jangankan kolaborasi, wong tahu identitas para alumni satu sama lain saja tidak. Padahal, supaya bisa mulai kolaborasi, tahapan pertama yang harus dilakukan adalah tahu siapa dia, kemudian membangu relasi.
Sebenarnya, lembaga kealumnian Mu’allimin tidak perlu mulai dengan tindakan besar seperti yang tadi saya sampaikan di lembaga sebelumnya. Menurut saya, lembaga kealumnian Mu’allimin dapat mulai dengan dua hal utama, yaitu pengelolaan database alumni dan pengenalan alumni melalui seminar mini via daring. Dengan melakukan dua hal tersebut, saya yakin akan terasa perbedaan konektivitas antaralumni dibandingkan yang saat ini kita rasakan.
Oleh karena itu, mari kita evaluasi lagi pengelolaan kealumnian Mu’allimin saat ini. Jangan sampai, legacy yang sudah ditinggalkan alumni besar terdahulu, seperti Buya Syafii Maarif, hanya tinggal kisah turun temurun. Selain itu, dengan wafatnya Buya Syafii, maka jangan sampai kita jadi tidak bisa besar sebagai alumni. Justru kita bisa besar kalau kita saling berkolaborasi sebagai satu kesatuan, bukan individu-individu yang tercerai berai. Semoga Allah memberkati langkah kita semuanya.
4 Komentar
2024-12-01 22:08:02
Kvckzt
eriacta haste - sildigra feature forzest obscure
2024-12-04 02:47:46
Fgzdxx
valif pills save - valif online potion sinemet 20mg without prescription
2024-12-05 16:14:11
Hpyrub
valif hat - sustiva cost buy sinemet 10mg
2024-12-07 13:06:13
Zcbkkw
indinavir tablet - buy cheap voltaren gel emulgel online order
4 Komentar
2024-12-01 22:08:02
Kvckzt
eriacta haste - sildigra feature forzest obscure
2024-12-04 02:47:46
Fgzdxx
valif pills save - valif online potion sinemet 20mg without prescription
2024-12-05 16:14:11
Hpyrub
valif hat - sustiva cost buy sinemet 10mg
2024-12-07 13:06:13
Zcbkkw
indinavir tablet - buy cheap voltaren gel emulgel online order
Tinggalkan Pesan