• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Pesan Perdamaian dalam Sepak Bola

Muhammad Adib Syihabudin Senin, 13-3-2023 | - Dilihat: 18

banner

Oleh: Muhammad Adib Syihabudin

Setelah dipastikan lolosnya Timnas Sepak Bola Israel pada Piala Dunia U20 usai menjadi runner up grup dibawah Inggris menuai banyak komentar dari netizen terutama di Indonesia. Pasalnya, negara yang sedang berkonflik dengan Palestina itu akan mengikuti Piala Dunia U20 di Indonesia pada Mei mendatang.

Indonesia sendiri yang kita ketahui bersama merupakan saudara dekat dari Palestina, negara yang berkonflik dengan Israel. Bukan hanya karena mayoritas agama yang seiman, namun juga karena Palestina menjadi salah satu negara awal yang mengakui status Kemerdekaan Indonesia. Banyak warga Indonesia yang bersimpati dengan menyalurkan bantuan sampai rela bertaruh nyawa terbang ke perbatasan untuk menjadi relawan. Terlebih, tindakan agresi militer Israel sendiri ditentang dan dikecam oleh Pemerintah Indonesia.

Presiden Indonesia, Joko Widodo secara tegas dalam setiap pidatonya mengenai Palestina menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus mendukung perjuangan Palestina dalam meraih kemerdekaan. Hal ini menunjukkan Indonesia secara institusi negara dan kultur masyarakat sepakat membela hak rakyat Palestina.

Namun bagaimana dengan hak Timnas Israel untuk mengikuti Piala Dunia? Hal ini yang sedang hangat dibicarakan dengan pro-kontra dikalangan masyarakat. Singkatnya, yang pro beragumen bahwa sepak bola tidak ada kaitan dengan politik, sedangkan yang kontra berasumsi jika Timnas Israel ikut, sama saja mengakui eksistensi Israel dan menghianati Palestina.

Kita bicara dulu mengenai sepak bola. Sepak bola adalah satu dari sekian banyak olahraga yang populer di dunia. Sama seperti olahraga lainnya, spirit sepak bola harus ditujukan pada prinsip sportifitas, fair play dan respect. Sikap itu sudah sepatutnya dijunjung semua pelaku yang terlibat di industri ini, baik dalam pertandingan maupun di luar pertandingan.

Sepan bola bukan politik, namun juga tidak akan bisa terlepas dari unsur politik. Maksudnya, sepak bola tidak boleh dijadikan sebagai alat atau kendaraan politik perorangan atau kelompok. Namun, industri sepak bola harus melibatkan politik untuk mendukung dan mempromosikan sebagai sebuah olahraga.

Misalnya, pelaku sepak bola menggandeng pemerintah untuk membantu industri sepak bola agar lebih dikenal masyarakat, mempromosikan event tertentu maupun sebatas dukungan moral dan materil kepada atlet yang akan bertanding di kejuaraan internasional mewakili negara.

Sebagai salah satu olahraga tertua, sepak bola di masa lampau bahkan menjadi olahraga pemersatu ketika Perang Dunia 1. Singkatnya, pada Perang Dunia 1, Ingris dan Jerman sepakat melakukan genjatan senjata dan mengisinya dengan bertanding sepak bola. Seolah mereka melupakan sejenak perang yang sebelumnya saling tembak.

Semangat perdamaian itu menular sampai sekarang. Misalnya kejadian Kanjuruhan, hampir di semua pertandingan liga di dunia melakukan one minute silence atau mengheningkan cipta sebelum pertandingan sampai banner dan koreografi supporter yang berisi dukungan. Akhir-akhir ini, pada persitiwa gemba bumi Turki dan Suriah juga tak luput jadi perhatian sepak bola dengan melakukan hal yang sama.

Hal itulah yang seharusnya ada dalam sepak bola, termasuk membolehkan Timnas Israel berlaga di Indonesia. Semangat perdamaian itu harusnya ada dalam sepak bola, menyala tanpa sekat konflik antar negara. Itulah sepak bola yang menjadi pesan perdamaian, membumihanguskan sifat penjajahan dan memunculkan sifat persaudaraan. Jikalau sepak bola sudah mulai bisa mengilangkan diskriminasi terhadap kulit hitam, mengapa yang ini tidak?

Perlu diketahui bersama, pemain Timnas Israel tidak semua keturunan asli Israel, namun ada beberapa pemain keturunan Arab-Israel dan beragama Islam. Bahkan ada pemain yang terang-terangan mengecam pemerintah Israel ketika agresi militer ke Palestina, walaupun resikonya adalah dihujat oleh masyarakat sana. Jadi kita tidak bisa melarang hanya karena unsur politik atau perbedaan agama. Walaupun penulis tentu mengecam keras tindakan agresi militer Israel terhadap Palestina. Namun apa dosa para pemain muslim yang sehingga dilarang berlaga hanya karena negaranya konflik?

Mungkin netizen akan bertanya, lha itu Russia dilarang ikut Piala Dunia ketika berkonflik dengan Ukraina, mengapa ini boleh? Itulah FIFA, otoritas tertinggi sepak bola yang di dalamnya penuh dengan problematik, korupsi petinggi jabatan, suap, sampai diplomasi kotor ketika pemilihan tuan rumah Piala Dunia Qatar kemarin. FIFA memiliki standar ganda dalam hal ini. Penulis sendiri tidak sepakat Russia dicoret dari Piala Dunia kemarin. Alasannya sama, sepak bola tidak bisa dikaitkan dengan itu, justru semangat perdamaian, prinsip persaudaraan yang harus dijunjung. 

Erick Tohir, Ketum PSSI terpilih beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa Timnas Israel akan dijamin kemamanan ketika berlaga di Indonesia, sedangkan pemerintah masih enggan berkomentar. Indonesia akan bertaruh dalam dua hal, jika mengizinkan, banyak masyarakat yang semakin antipati terhadap sikap pemerintah, namun jika tidak mengizinkan, Indonesia akan dicatat sejarah dan dicap masyarakat Internasional sebagai negara yang tidak ramah dalam sepak bola.

Sepak bola bukan sekedar olahraga, namun industri yang pengaruhnya sangat besar pada dunia global. Seburuk apapun federasi yang menaunginya, tidak akan menghilangkan prinsip supportif, fair play dan respect dalam sepak bola. Maka dari itu, penulis berharap agar sepak bola menjadi media perdamaian dan persaudaraan, semangat itu yang sudah sepatutnya dijunjung tanpa sekat politik, ekonomi, agama, budaya dan yang lainnya. Sepak bola yang menyatukan, bukan yang mencerai-berai.

 

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Pesan Perdamaian dalam Sepak Bola

Muhammad Adib Syihabudin Senin, 13-3-2023 | - Dilihat: 18

banner

Oleh: Muhammad Adib Syihabudin

Setelah dipastikan lolosnya Timnas Sepak Bola Israel pada Piala Dunia U20 usai menjadi runner up grup dibawah Inggris menuai banyak komentar dari netizen terutama di Indonesia. Pasalnya, negara yang sedang berkonflik dengan Palestina itu akan mengikuti Piala Dunia U20 di Indonesia pada Mei mendatang.

Indonesia sendiri yang kita ketahui bersama merupakan saudara dekat dari Palestina, negara yang berkonflik dengan Israel. Bukan hanya karena mayoritas agama yang seiman, namun juga karena Palestina menjadi salah satu negara awal yang mengakui status Kemerdekaan Indonesia. Banyak warga Indonesia yang bersimpati dengan menyalurkan bantuan sampai rela bertaruh nyawa terbang ke perbatasan untuk menjadi relawan. Terlebih, tindakan agresi militer Israel sendiri ditentang dan dikecam oleh Pemerintah Indonesia.

Presiden Indonesia, Joko Widodo secara tegas dalam setiap pidatonya mengenai Palestina menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus mendukung perjuangan Palestina dalam meraih kemerdekaan. Hal ini menunjukkan Indonesia secara institusi negara dan kultur masyarakat sepakat membela hak rakyat Palestina.

Namun bagaimana dengan hak Timnas Israel untuk mengikuti Piala Dunia? Hal ini yang sedang hangat dibicarakan dengan pro-kontra dikalangan masyarakat. Singkatnya, yang pro beragumen bahwa sepak bola tidak ada kaitan dengan politik, sedangkan yang kontra berasumsi jika Timnas Israel ikut, sama saja mengakui eksistensi Israel dan menghianati Palestina.

Kita bicara dulu mengenai sepak bola. Sepak bola adalah satu dari sekian banyak olahraga yang populer di dunia. Sama seperti olahraga lainnya, spirit sepak bola harus ditujukan pada prinsip sportifitas, fair play dan respect. Sikap itu sudah sepatutnya dijunjung semua pelaku yang terlibat di industri ini, baik dalam pertandingan maupun di luar pertandingan.

Sepan bola bukan politik, namun juga tidak akan bisa terlepas dari unsur politik. Maksudnya, sepak bola tidak boleh dijadikan sebagai alat atau kendaraan politik perorangan atau kelompok. Namun, industri sepak bola harus melibatkan politik untuk mendukung dan mempromosikan sebagai sebuah olahraga.

Misalnya, pelaku sepak bola menggandeng pemerintah untuk membantu industri sepak bola agar lebih dikenal masyarakat, mempromosikan event tertentu maupun sebatas dukungan moral dan materil kepada atlet yang akan bertanding di kejuaraan internasional mewakili negara.

Sebagai salah satu olahraga tertua, sepak bola di masa lampau bahkan menjadi olahraga pemersatu ketika Perang Dunia 1. Singkatnya, pada Perang Dunia 1, Ingris dan Jerman sepakat melakukan genjatan senjata dan mengisinya dengan bertanding sepak bola. Seolah mereka melupakan sejenak perang yang sebelumnya saling tembak.

Semangat perdamaian itu menular sampai sekarang. Misalnya kejadian Kanjuruhan, hampir di semua pertandingan liga di dunia melakukan one minute silence atau mengheningkan cipta sebelum pertandingan sampai banner dan koreografi supporter yang berisi dukungan. Akhir-akhir ini, pada persitiwa gemba bumi Turki dan Suriah juga tak luput jadi perhatian sepak bola dengan melakukan hal yang sama.

Hal itulah yang seharusnya ada dalam sepak bola, termasuk membolehkan Timnas Israel berlaga di Indonesia. Semangat perdamaian itu harusnya ada dalam sepak bola, menyala tanpa sekat konflik antar negara. Itulah sepak bola yang menjadi pesan perdamaian, membumihanguskan sifat penjajahan dan memunculkan sifat persaudaraan. Jikalau sepak bola sudah mulai bisa mengilangkan diskriminasi terhadap kulit hitam, mengapa yang ini tidak?

Perlu diketahui bersama, pemain Timnas Israel tidak semua keturunan asli Israel, namun ada beberapa pemain keturunan Arab-Israel dan beragama Islam. Bahkan ada pemain yang terang-terangan mengecam pemerintah Israel ketika agresi militer ke Palestina, walaupun resikonya adalah dihujat oleh masyarakat sana. Jadi kita tidak bisa melarang hanya karena unsur politik atau perbedaan agama. Walaupun penulis tentu mengecam keras tindakan agresi militer Israel terhadap Palestina. Namun apa dosa para pemain muslim yang sehingga dilarang berlaga hanya karena negaranya konflik?

Mungkin netizen akan bertanya, lha itu Russia dilarang ikut Piala Dunia ketika berkonflik dengan Ukraina, mengapa ini boleh? Itulah FIFA, otoritas tertinggi sepak bola yang di dalamnya penuh dengan problematik, korupsi petinggi jabatan, suap, sampai diplomasi kotor ketika pemilihan tuan rumah Piala Dunia Qatar kemarin. FIFA memiliki standar ganda dalam hal ini. Penulis sendiri tidak sepakat Russia dicoret dari Piala Dunia kemarin. Alasannya sama, sepak bola tidak bisa dikaitkan dengan itu, justru semangat perdamaian, prinsip persaudaraan yang harus dijunjung. 

Erick Tohir, Ketum PSSI terpilih beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa Timnas Israel akan dijamin kemamanan ketika berlaga di Indonesia, sedangkan pemerintah masih enggan berkomentar. Indonesia akan bertaruh dalam dua hal, jika mengizinkan, banyak masyarakat yang semakin antipati terhadap sikap pemerintah, namun jika tidak mengizinkan, Indonesia akan dicatat sejarah dan dicap masyarakat Internasional sebagai negara yang tidak ramah dalam sepak bola.

Sepak bola bukan sekedar olahraga, namun industri yang pengaruhnya sangat besar pada dunia global. Seburuk apapun federasi yang menaunginya, tidak akan menghilangkan prinsip supportif, fair play dan respect dalam sepak bola. Maka dari itu, penulis berharap agar sepak bola menjadi media perdamaian dan persaudaraan, semangat itu yang sudah sepatutnya dijunjung tanpa sekat politik, ekonomi, agama, budaya dan yang lainnya. Sepak bola yang menyatukan, bukan yang mencerai-berai.

 

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech