Perempuan dan Pembentukan Karakter Islam di Era Modern
Sajidatul Roihanah Senin, 14-7-2025 | - Dilihat: 20

Oleh: Sajidatul Roihanah
Perempuan adalah madrasah pertama bagi anaknya. Untaian kata ini sudah cukup masyhur kita dengar. Namun, di balik kata-kata tersebut terselip harapan dan tanggung jawab besar. Di tangan kita, para perempuan, terlahir karakter generasi Islam masa depan. Kata-kata itu bukan sekadar ungkapan, tetapi juga pengingat bahwa dari didikan kitalah karakter anak-anak dibentuk. Dan dari karakter itulah mereka melangkah menjalani kehidupan.
Peran Perempuan & Era Globalisasi
Namun, di tengah arus globalisasi dan semakin majunya zaman, peran perempuan dalam mendidik anak menjadi jauh lebih menantang. Kita kini hidup di era serba digital, di mana anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sangat erat dengan gadget, tablet, dan teknologi lainnya. Paparan dunia digital yang tidak terbatas ini membawa banyak dampak negatif.
Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menghambat perkembangan bicara, kemampuan sosial, dan bahkan menyebabkan anak kurang aktif secara fisik maupun emosional. Mereka menjadi kecanduan, kurang bersosialisasi secara langsung, dan lebih mudah terpapar konten negatif seperti kekerasan, cyberbullying, hingga pengaruh perilaku kasar dan tidak sopan.
Salah satu contoh nyata terjadi pada bulan Mei 2024, ketika seorang anak di bawah umur melakukan penembakan acak dengan airsoft gun. Anak ini mengaku terobsesi dan terinspirasi oleh adegan perang dalam game online. Aksi tersebut dilakukan secara iseng, namun menunjukkan dampak nyata bagaimana dunia digital bisa membentuk karakter dan perilaku anak.
Tak hanya dari teknologi, dunia modern juga memberikan dampak serius terhadap karakter generasi Islam. Kita melihat banyak anak muda yang mulai jauh dari nilai-nilai Islam: pacaran, mabuk, perempuan tidak menutup aurat, bahkan yang berhijab pun belum sepenuhnya sesuai syariat, seperti masih belum menutupi dada. Semua ini adalah refleksi bahwa karakter generasi kita mulai terkikis oleh pengaruh dunia modern. Sehingga setiap dari kita memiliki peran besar untuk menjaga generasi berikutnya agar tidak larut dalam arus tersebut. Dalam konteks tulisan ini yakni perempuan.
Pola Pendidikan Anak dalam Islam
Salah satu cara yang bisa kita tempuh adalah dengan pola pendidikan anak sesuai ajaran Islam, sebagaimana yang telah dituntunkan oleh Rasulullah SAW. Namun tentu saja, untuk bisa mendidik dengan kadiah yang benar, kita sendiri harus memiliki pendidikan yang baik, sehingga bisa menjadi pendidik yang baik juga. Dengan ilmu itulah kita bisa menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak sejak dini.
Hal pertama yang harus kita lakukan sebelum mendidik anak adalah memperbaiki diri sendiri. Kita harus terlebih dahulu melaksanakan ajaran-ajaran Islam seperti salat, puasa, dan sedekah. Anak akan meniru setiap apa yang kita lakukan, bukan hanya mendengar apa yang kita ucapkan. Setelah itu, barulah kita menanamkan nilai-nilai Islam secara bertahap, seperti mengajari mereka membaca Al-Qur’an, mengajak mereka salat, bersedekah, dan bahkan bagi anak perempuan, mulai memakaikan kerudung dengan perlahan.
Mulai memerintahkan anak
Setelah anak mengenal nilai-nilai Islam, tugas kita selanjutnya adalah memerintahkan mereka untuk melaksanakannya. Kita juga harus tegas dalam mengingatkan bahwa meninggalkan ajaran Islam memiliki konsekuensi. Dalam hadis riwayat Abu Daud disebutkan “Perintahkan anak-anak kalian untuk menunaikan salat saat mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka saat berusia sepuluh tahun (namun belum juga menunaikan salat).”
Hadis ini bisa kita maknai sebagai panduan bahwa sejak usia tujuh tahun anak sudah harus diperintahkan salat, dan jika mereka mengabaikannya di usia sepuluh tahun, boleh diberikan hukuman yang bersifat mendidik. Tentu bukan dengan kekerasan, tetapi dengan cara yang membuat mereka paham akan pentingnya menaati perintah Allah.
Dengan mengajarkan ajaran Islam sejak kecil, kita memiliki harapan besar bahwa anak-anak akan tumbuh dengan karakter Islami yang kuat. Mereka akan tahu batasan, tanggung jawab, serta tahu apa yang benar dan salah. Mereka juga akan tumbuh sebagai generasi yang tidak mudah terpengaruh oleh arus negatif dunia modern.
Mencegah Budaya Patriarki
Selain itu, kita sebagai ibu juga bisa turut mencegah meluasnya budaya patriarki. Kita bisa mendidik anak laki-laki untuk mulai melakukan pekerjaan rumah sendiri sejak dini. Dengan begitu, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan memahami bahwa tugas rumah bukan hanya tanggung jawab perempuan.
Terakhir, dalam menghadapi tantangan gadget, sebelum melarang anak bermain gadget, kita sendiri harus memberikan contoh. Jangan bermain gadget di depan mereka jika kita tidak ingin mereka melakukan hal yang sama. Kita bisa mengganti waktu gadget dengan bermain bersama, menciptakan permainan yang menyenangkan, atau membeli mainan yang bisa merangsang perkembangan motorik mereka. Penggunaan gadget tetap bisa dilakukan, namun harus dengan waktu dan pengawasan yang jelas.
Perempuan, khususnya ibu, memegang kunci utama dalam membentuk karakter generasi Islam di era modern ini. Tugas ini memang tidak ringan, tetapi jika dilakukan dengan keikhlasan dan ilmu, maka insyaAllah hasilnya akan luar biasa. Karena dari tangan seorang ibu yang sholehah, akan lahir generasi yang kuat, berkarakter, dan berakhlak mulia.
Sajidatul Roihanah Mahasiswi Program Studi Ilmu Hadis di Universitas Ahmad Dahlan (UAD)Yogyakarta.
- Artikel Terpuler -
Perempuan dan Pembentukan Karakter Islam di Era Modern
Sajidatul Roihanah Senin, 14-7-2025 | - Dilihat: 20

Oleh: Sajidatul Roihanah
Perempuan adalah madrasah pertama bagi anaknya. Untaian kata ini sudah cukup masyhur kita dengar. Namun, di balik kata-kata tersebut terselip harapan dan tanggung jawab besar. Di tangan kita, para perempuan, terlahir karakter generasi Islam masa depan. Kata-kata itu bukan sekadar ungkapan, tetapi juga pengingat bahwa dari didikan kitalah karakter anak-anak dibentuk. Dan dari karakter itulah mereka melangkah menjalani kehidupan.
Peran Perempuan & Era Globalisasi
Namun, di tengah arus globalisasi dan semakin majunya zaman, peran perempuan dalam mendidik anak menjadi jauh lebih menantang. Kita kini hidup di era serba digital, di mana anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sangat erat dengan gadget, tablet, dan teknologi lainnya. Paparan dunia digital yang tidak terbatas ini membawa banyak dampak negatif.
Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menghambat perkembangan bicara, kemampuan sosial, dan bahkan menyebabkan anak kurang aktif secara fisik maupun emosional. Mereka menjadi kecanduan, kurang bersosialisasi secara langsung, dan lebih mudah terpapar konten negatif seperti kekerasan, cyberbullying, hingga pengaruh perilaku kasar dan tidak sopan.
Salah satu contoh nyata terjadi pada bulan Mei 2024, ketika seorang anak di bawah umur melakukan penembakan acak dengan airsoft gun. Anak ini mengaku terobsesi dan terinspirasi oleh adegan perang dalam game online. Aksi tersebut dilakukan secara iseng, namun menunjukkan dampak nyata bagaimana dunia digital bisa membentuk karakter dan perilaku anak.
Tak hanya dari teknologi, dunia modern juga memberikan dampak serius terhadap karakter generasi Islam. Kita melihat banyak anak muda yang mulai jauh dari nilai-nilai Islam: pacaran, mabuk, perempuan tidak menutup aurat, bahkan yang berhijab pun belum sepenuhnya sesuai syariat, seperti masih belum menutupi dada. Semua ini adalah refleksi bahwa karakter generasi kita mulai terkikis oleh pengaruh dunia modern. Sehingga setiap dari kita memiliki peran besar untuk menjaga generasi berikutnya agar tidak larut dalam arus tersebut. Dalam konteks tulisan ini yakni perempuan.
Pola Pendidikan Anak dalam Islam
Salah satu cara yang bisa kita tempuh adalah dengan pola pendidikan anak sesuai ajaran Islam, sebagaimana yang telah dituntunkan oleh Rasulullah SAW. Namun tentu saja, untuk bisa mendidik dengan kadiah yang benar, kita sendiri harus memiliki pendidikan yang baik, sehingga bisa menjadi pendidik yang baik juga. Dengan ilmu itulah kita bisa menanamkan nilai-nilai Islam kepada anak sejak dini.
Hal pertama yang harus kita lakukan sebelum mendidik anak adalah memperbaiki diri sendiri. Kita harus terlebih dahulu melaksanakan ajaran-ajaran Islam seperti salat, puasa, dan sedekah. Anak akan meniru setiap apa yang kita lakukan, bukan hanya mendengar apa yang kita ucapkan. Setelah itu, barulah kita menanamkan nilai-nilai Islam secara bertahap, seperti mengajari mereka membaca Al-Qur’an, mengajak mereka salat, bersedekah, dan bahkan bagi anak perempuan, mulai memakaikan kerudung dengan perlahan.
Mulai memerintahkan anak
Setelah anak mengenal nilai-nilai Islam, tugas kita selanjutnya adalah memerintahkan mereka untuk melaksanakannya. Kita juga harus tegas dalam mengingatkan bahwa meninggalkan ajaran Islam memiliki konsekuensi. Dalam hadis riwayat Abu Daud disebutkan “Perintahkan anak-anak kalian untuk menunaikan salat saat mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka saat berusia sepuluh tahun (namun belum juga menunaikan salat).”
Hadis ini bisa kita maknai sebagai panduan bahwa sejak usia tujuh tahun anak sudah harus diperintahkan salat, dan jika mereka mengabaikannya di usia sepuluh tahun, boleh diberikan hukuman yang bersifat mendidik. Tentu bukan dengan kekerasan, tetapi dengan cara yang membuat mereka paham akan pentingnya menaati perintah Allah.
Dengan mengajarkan ajaran Islam sejak kecil, kita memiliki harapan besar bahwa anak-anak akan tumbuh dengan karakter Islami yang kuat. Mereka akan tahu batasan, tanggung jawab, serta tahu apa yang benar dan salah. Mereka juga akan tumbuh sebagai generasi yang tidak mudah terpengaruh oleh arus negatif dunia modern.
Mencegah Budaya Patriarki
Selain itu, kita sebagai ibu juga bisa turut mencegah meluasnya budaya patriarki. Kita bisa mendidik anak laki-laki untuk mulai melakukan pekerjaan rumah sendiri sejak dini. Dengan begitu, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan memahami bahwa tugas rumah bukan hanya tanggung jawab perempuan.
Terakhir, dalam menghadapi tantangan gadget, sebelum melarang anak bermain gadget, kita sendiri harus memberikan contoh. Jangan bermain gadget di depan mereka jika kita tidak ingin mereka melakukan hal yang sama. Kita bisa mengganti waktu gadget dengan bermain bersama, menciptakan permainan yang menyenangkan, atau membeli mainan yang bisa merangsang perkembangan motorik mereka. Penggunaan gadget tetap bisa dilakukan, namun harus dengan waktu dan pengawasan yang jelas.
Perempuan, khususnya ibu, memegang kunci utama dalam membentuk karakter generasi Islam di era modern ini. Tugas ini memang tidak ringan, tetapi jika dilakukan dengan keikhlasan dan ilmu, maka insyaAllah hasilnya akan luar biasa. Karena dari tangan seorang ibu yang sholehah, akan lahir generasi yang kuat, berkarakter, dan berakhlak mulia.
Sajidatul Roihanah Mahasiswi Program Studi Ilmu Hadis di Universitas Ahmad Dahlan (UAD)Yogyakarta.
0 Komentar
Tinggalkan Pesan