Penyesalan Terbesar Sang Bapak Atom
Fadhil Raihan Hakim Kamis, 3-8-2023 | - Dilihat: 60
Oleh: Fadhil Raihan Hakim
Oppenheimer dan Barbie merupakan film yang menjadi fenomenal saat ini. Fenomena ini sangat pantas untuk dirayakan atas euforianya karena sangat jarang di dunia sinema memiliki 2 film besar dengan 2 Sutradara besar di waktu yang bersamaan dan membawa 2 genre yang sangat jauh berbeda tapi memiliki pesan moral yang sama-sama kuat.
Barbie berbicara mengenai eksistensi wanita dan “stereotiptikal”, sementara itu Oppenheimer berbicara mengenai sejarah kisah dari seorang fisikawan Amerika penemu bom atom yaitu J. Robert Oppenheimer.
Oppenheimer karya Christopher Nolan berfokus kepada cerita perjalan Oppenheimer dalam menemukan bom atom yang kita tahu sejarahnya menghantarkan Amerika menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Nolan menjelaskan di suatu interview bahwa film ini bukanlah biopik karena film ini dia buat berdasarkan interpretasi dia terhadap Oppenheimer walaupun film ini terinspirasi dari buku America Prometheus.
Hal yang paling dieksplorasi dari film ini adalah character arc dari Oppie. Alih-alih kita mengharapkan adegan action, peperangan yang luar biasa, dan scene bom yang menggelegar, film ini justru menyuguhkan dilema, rasa takut, keraguan, dan kekhawatiran terbesar Oppenheimer setelah ia menemukan mahakarya dia sendiri yang bisa membuat banyak orang binasa.
Berbicara mengenai story structure, bukan Nolan jika tidak bermain dengan “waktu”, bukan Nolan jika storyline sebuah film hanya berjalan linear begitu saja, dan bukan Nolan jika sebuah film tidak memiliki unique treatment di setiap film nya.
Film ini berjalan maju-mundur, karena di awal scene kita disuguhkan dengan “present time” di ruang interogasi di mana Oppenheimer menceritakan kejadian sebelum ia dituduh sebagai pembelot oleh negaranya sendiri karena intrik politik yang ada.
Film ini juga berisikan 2 point of view dengan terbagi menjadi dua treatment, picture yang berwarna melambangkan apa yang dirasakan oleh Oppenheimer sendiri, dan yang hitam putih merupakan objektivitas dari pihak luar Oppenheimer.
Anehnya Nolan selalu berhasil menghasilkan film yang rapi, solid, dan bisa dibilang nihil akan plot hole. Dengan durasi 3 jam, film dengan phase yang terbilang cukup cepat ini berhasil menyampaikan informasi yang lengkap dan padat dari dialog membuat film ini memiliki value yang luar biasa.
Salah satu hal yang ramai dibicarakan dari film ini adalah zero CGI, yang mana itu sebuah production value yang sexy banget buat para audience karena akan banyak timbul pertanyaan “gimana caranya nyiptain efek bom tanpa CGI”. Well hal itu sudah terjawab semuanya di berbagai platform ya.
Bukan hal itu yang membuat aku amaze, tetapi bagaimana Nolan menempatkan scoring dan music design yang sempurna ketika ledakan. Ketika scene bom diledakan Nolan memilih untuk mengheningkan suara memberikan audience untuk menahan nafas membayangkan bagaimana jika kita berada di lokasi tersebut.
Ketika cukup lama kita diberikan sound ledakan bom yang luar biasa epic membuat kita ikut senang berhasil atas penemuannya akan tetapi merasa takut dalam waktu bersamaan. Di sinilah mulai terlihat dimensi perubahan emosi dan ekspresi Cillian Murphy sebagai penanda visual betapa bersalahnya sang penemu bom atom ini menemukan mahakaryanya sendiri.
Cillian Murphy sebagai J. Robert Oppenheimer bisa dikatakan sangat berhasil mendeliver emosi dengan detail kepada audience. Bagaimana Oppie ingin sekali berhasil dalam Manhattan Project tapi di lain sisi khawatir dengan apa yang telah terjadi setelahnya.
Range dari emosi yang dimainkan oleh Cillian Murphy sangat luas sehingga menghasilkan interpretasi yang visceral kepada sosok karakter Oppenheimer. And my favourite Emily Blunt sebagai Kitty memiliki karakter yang powerful screen time-nya bisa terbilang sedikit, tetapi selalu membekas dan menjadi peranan yang sangat penting di character development Oppie.
Aku masih ingat salah satu scene yang membuatku goosebumps ketika Kitty mendatangi Oppie di tengah hutan setelah mendengar kabar bahwa jean telah mati itu adalah scene ter-intense dan memorable. Dengan waktu sesingkat itu Cillian dan Emily bisa menghatarkan resonansi emosi sedalem itu. Emang boleh seemosional itu? :)
Bukan hanya Cillian Murphy, Robert Downey Junior sebagai Lewis Strauss juga berhasil menjadi antagonis yang kelabu, Matt Damon sebagai jendral Groves yang karismatik, dan Cameo Cameo seperti Gary Oldman, Kenneth Branagh, Rami Malek yang kehadiran sangat sangat efektif membuat tensi film ini semakin beragam. kayaknya Nolan nggak akan pernah ninggalin Kenneth Branagh deh di setiap filmnya. Beliau nih emang selalu on point sih kalau akting.
Akhirnya kita bisa merasakan penyesalan sang bapak atom ini walaupun di lain sisi kita juga berhak menyalahkan dia yang terlalu naif. Mungkin dengan gagasan bahwa penemuannya dapat memberhentikan perang dunia. Overall film ini bisa disebut sebuah masterpiece dari seorang Christoper Nolan. One of the best films Nolan has ever made.
- Artikel Terpuler -
Penyesalan Terbesar Sang Bapak Atom
Fadhil Raihan Hakim Kamis, 3-8-2023 | - Dilihat: 60
Oleh: Fadhil Raihan Hakim
Oppenheimer dan Barbie merupakan film yang menjadi fenomenal saat ini. Fenomena ini sangat pantas untuk dirayakan atas euforianya karena sangat jarang di dunia sinema memiliki 2 film besar dengan 2 Sutradara besar di waktu yang bersamaan dan membawa 2 genre yang sangat jauh berbeda tapi memiliki pesan moral yang sama-sama kuat.
Barbie berbicara mengenai eksistensi wanita dan “stereotiptikal”, sementara itu Oppenheimer berbicara mengenai sejarah kisah dari seorang fisikawan Amerika penemu bom atom yaitu J. Robert Oppenheimer.
Oppenheimer karya Christopher Nolan berfokus kepada cerita perjalan Oppenheimer dalam menemukan bom atom yang kita tahu sejarahnya menghantarkan Amerika menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Nolan menjelaskan di suatu interview bahwa film ini bukanlah biopik karena film ini dia buat berdasarkan interpretasi dia terhadap Oppenheimer walaupun film ini terinspirasi dari buku America Prometheus.
Hal yang paling dieksplorasi dari film ini adalah character arc dari Oppie. Alih-alih kita mengharapkan adegan action, peperangan yang luar biasa, dan scene bom yang menggelegar, film ini justru menyuguhkan dilema, rasa takut, keraguan, dan kekhawatiran terbesar Oppenheimer setelah ia menemukan mahakarya dia sendiri yang bisa membuat banyak orang binasa.
Berbicara mengenai story structure, bukan Nolan jika tidak bermain dengan “waktu”, bukan Nolan jika storyline sebuah film hanya berjalan linear begitu saja, dan bukan Nolan jika sebuah film tidak memiliki unique treatment di setiap film nya.
Film ini berjalan maju-mundur, karena di awal scene kita disuguhkan dengan “present time” di ruang interogasi di mana Oppenheimer menceritakan kejadian sebelum ia dituduh sebagai pembelot oleh negaranya sendiri karena intrik politik yang ada.
Film ini juga berisikan 2 point of view dengan terbagi menjadi dua treatment, picture yang berwarna melambangkan apa yang dirasakan oleh Oppenheimer sendiri, dan yang hitam putih merupakan objektivitas dari pihak luar Oppenheimer.
Anehnya Nolan selalu berhasil menghasilkan film yang rapi, solid, dan bisa dibilang nihil akan plot hole. Dengan durasi 3 jam, film dengan phase yang terbilang cukup cepat ini berhasil menyampaikan informasi yang lengkap dan padat dari dialog membuat film ini memiliki value yang luar biasa.
Salah satu hal yang ramai dibicarakan dari film ini adalah zero CGI, yang mana itu sebuah production value yang sexy banget buat para audience karena akan banyak timbul pertanyaan “gimana caranya nyiptain efek bom tanpa CGI”. Well hal itu sudah terjawab semuanya di berbagai platform ya.
Bukan hal itu yang membuat aku amaze, tetapi bagaimana Nolan menempatkan scoring dan music design yang sempurna ketika ledakan. Ketika scene bom diledakan Nolan memilih untuk mengheningkan suara memberikan audience untuk menahan nafas membayangkan bagaimana jika kita berada di lokasi tersebut.
Ketika cukup lama kita diberikan sound ledakan bom yang luar biasa epic membuat kita ikut senang berhasil atas penemuannya akan tetapi merasa takut dalam waktu bersamaan. Di sinilah mulai terlihat dimensi perubahan emosi dan ekspresi Cillian Murphy sebagai penanda visual betapa bersalahnya sang penemu bom atom ini menemukan mahakaryanya sendiri.
Cillian Murphy sebagai J. Robert Oppenheimer bisa dikatakan sangat berhasil mendeliver emosi dengan detail kepada audience. Bagaimana Oppie ingin sekali berhasil dalam Manhattan Project tapi di lain sisi khawatir dengan apa yang telah terjadi setelahnya.
Range dari emosi yang dimainkan oleh Cillian Murphy sangat luas sehingga menghasilkan interpretasi yang visceral kepada sosok karakter Oppenheimer. And my favourite Emily Blunt sebagai Kitty memiliki karakter yang powerful screen time-nya bisa terbilang sedikit, tetapi selalu membekas dan menjadi peranan yang sangat penting di character development Oppie.
Aku masih ingat salah satu scene yang membuatku goosebumps ketika Kitty mendatangi Oppie di tengah hutan setelah mendengar kabar bahwa jean telah mati itu adalah scene ter-intense dan memorable. Dengan waktu sesingkat itu Cillian dan Emily bisa menghatarkan resonansi emosi sedalem itu. Emang boleh seemosional itu? :)
Bukan hanya Cillian Murphy, Robert Downey Junior sebagai Lewis Strauss juga berhasil menjadi antagonis yang kelabu, Matt Damon sebagai jendral Groves yang karismatik, dan Cameo Cameo seperti Gary Oldman, Kenneth Branagh, Rami Malek yang kehadiran sangat sangat efektif membuat tensi film ini semakin beragam. kayaknya Nolan nggak akan pernah ninggalin Kenneth Branagh deh di setiap filmnya. Beliau nih emang selalu on point sih kalau akting.
Akhirnya kita bisa merasakan penyesalan sang bapak atom ini walaupun di lain sisi kita juga berhak menyalahkan dia yang terlalu naif. Mungkin dengan gagasan bahwa penemuannya dapat memberhentikan perang dunia. Overall film ini bisa disebut sebuah masterpiece dari seorang Christoper Nolan. One of the best films Nolan has ever made.
3 Komentar
2024-11-30 17:39:55
Raxmnr
eriacta deceive - zenegra online each forzest non
2024-12-06 12:59:50
Gocylx
order crixivan pill - confido usa emulgel online purchase
2024-12-09 08:53:37
Pwrnio
valif pills moral - purchase sustiva generic sinemet sale
3 Komentar
2024-11-30 17:39:55
Raxmnr
eriacta deceive - zenegra online each forzest non
2024-12-06 12:59:50
Gocylx
order crixivan pill - confido usa emulgel online purchase
2024-12-09 08:53:37
Pwrnio
valif pills moral - purchase sustiva generic sinemet sale
Tinggalkan Pesan