PCIM Tiongkok Gelar Kajian Ramadan Bertema Dakwah Islam
Zanuwar Hakim Rabu, 27-3-2024 | - Dilihat: 20
Oleh: Zanuwar Hakim
PCIM Tiongkok pada 24 Maret 2024 mengundang Prof. Dr. Bambang Setiaji, Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sebagai narasumber kajian Ramadan yang bertema Dakwah Islam Melalui Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). Kajian ini merupakan program kerja dari PCIM Tiongkok yang secara intensif dilaksanakan setiap Ahad pagi selama bulan Ramadhan sebagai bentuk syiar dakwah, penguatan literasi, dan kaderisasi.
Dalam kajiannya, Prof. Bambang mengawali dengan update kemajuan-kemajuan Islam dalam beberapa tahun terakhir. Di aspek demografi penduduk Islam Indonesia, jumlah proporsi komposisi penduduk Muslim memang berkurang dari 95 persen di tahun 2000 menjadi 87 persen dari 273,87 juta jiwa pada 31 Desember 2021.
Meskipun demikian, progress kualitas penerimaan dan penerapan Islam dalam tatanan kehidupan dari jaman ke jaman terlihat menguat di Indonesia. hal tersebut dapat kita lihat dari meningkatnya persentase penduduk Indonesia yang telah menjalankan ibadah umrah serta waiting list yang panjang untuk melaksanakan ibadah haji.
Selain itu, peningkatan penyebaran jumlah masjid dan mushalla sekurangnnya 260 dan 297 berturut-turut, yang merupakan hasil dan wakaf dan infak masyarakat. Jumlah zakat, infak, dan sedekah juga mengalami kenaikan yang signifikan. Tercata naik 33.7 % dari periode 2008 sampai 2017.
Dalam perkembangan perekonomian syariah, Indonesia mulai menerapkan sistem perbankan syariah yang mulai tersebar di penjuru negeri. Terlepas konversi perbankan konvensional menjadi perbankan berbasis syariah menuai pro dan kontra pada awalnya, namun kita dapat mengatakan bahwa demand akan praktik Islam dijalankan pada level badan usaha mulai terlihat begitu mencolok.
Prof. Bambang juga menekankan bahwasanya Islam di Indonesia tetap tumbuh, kokoh bertahan sebagai “silent winner”. Mengapa demikian? Berkaca dari proses Pemilu di negeri kita, sejak pertama kali pesta demokrasi dilaksanakan, tidak pernah sekalipun negeri ini dipimpin oleh pemimpin yang bukan beragama Islam. Juga tidak dapat dinafikan ketika isu-isu Islam dijadikan bahan berpolitik untuk meraih suara dari 87 persen penduduk Islam di Indonesia. Ini dapat kita artikan bahwasanya Islam punya power yang tidak dapat dianggap enteng.
Kembali ke tajuk, bagaimana Islam dapat terus menguat lewat science, technology, engineering and mathematics (STEM)? Sejatinya, Islamlah sebagai the first founder of science, technology, engineering and mathematics (STEM). Namun, bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita sebagai seorang muslim yang dapat memberikan dampak global?
Ini merupakan tantangan futuristik yang harus kita selesaikan bersama-sama. Menjadi insan Muslim yang berpendidikan, terlepas pendidikan formal ataupun non-formal, adalah fundamental yang harus terus-menerus diperbaiki dari masa ke masa guna menghasilkan insan-insan cerdas dan beradab sebagai cikal bakal peneliti, pengusaha, pembisnis, pemimpin dan lain sebagainya yang akan meningkatkan kualitas Muslim Indonesia sebagai entitas yang punya power.
Tidak dapat dipungkiri, sampai saat ini, belum ada pengganti ustman ibn affan, sang milyarder muslim yang insight nya berdampak secara global. Di abad ke-21, kekuatan entitas di ranah global ditentukan dari komposisi pengusaha dan pembisnis dari entitas tersebut yang memiliki power di sistem perekonomian global.
- Artikel Terpuler -
PCIM Tiongkok Gelar Kajian Ramadan Bertema Dakwah Islam
Zanuwar Hakim Rabu, 27-3-2024 | - Dilihat: 20
Oleh: Zanuwar Hakim
PCIM Tiongkok pada 24 Maret 2024 mengundang Prof. Dr. Bambang Setiaji, Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sebagai narasumber kajian Ramadan yang bertema Dakwah Islam Melalui Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). Kajian ini merupakan program kerja dari PCIM Tiongkok yang secara intensif dilaksanakan setiap Ahad pagi selama bulan Ramadhan sebagai bentuk syiar dakwah, penguatan literasi, dan kaderisasi.
Dalam kajiannya, Prof. Bambang mengawali dengan update kemajuan-kemajuan Islam dalam beberapa tahun terakhir. Di aspek demografi penduduk Islam Indonesia, jumlah proporsi komposisi penduduk Muslim memang berkurang dari 95 persen di tahun 2000 menjadi 87 persen dari 273,87 juta jiwa pada 31 Desember 2021.
Meskipun demikian, progress kualitas penerimaan dan penerapan Islam dalam tatanan kehidupan dari jaman ke jaman terlihat menguat di Indonesia. hal tersebut dapat kita lihat dari meningkatnya persentase penduduk Indonesia yang telah menjalankan ibadah umrah serta waiting list yang panjang untuk melaksanakan ibadah haji.
Selain itu, peningkatan penyebaran jumlah masjid dan mushalla sekurangnnya 260 dan 297 berturut-turut, yang merupakan hasil dan wakaf dan infak masyarakat. Jumlah zakat, infak, dan sedekah juga mengalami kenaikan yang signifikan. Tercata naik 33.7 % dari periode 2008 sampai 2017.
Dalam perkembangan perekonomian syariah, Indonesia mulai menerapkan sistem perbankan syariah yang mulai tersebar di penjuru negeri. Terlepas konversi perbankan konvensional menjadi perbankan berbasis syariah menuai pro dan kontra pada awalnya, namun kita dapat mengatakan bahwa demand akan praktik Islam dijalankan pada level badan usaha mulai terlihat begitu mencolok.
Prof. Bambang juga menekankan bahwasanya Islam di Indonesia tetap tumbuh, kokoh bertahan sebagai “silent winner”. Mengapa demikian? Berkaca dari proses Pemilu di negeri kita, sejak pertama kali pesta demokrasi dilaksanakan, tidak pernah sekalipun negeri ini dipimpin oleh pemimpin yang bukan beragama Islam. Juga tidak dapat dinafikan ketika isu-isu Islam dijadikan bahan berpolitik untuk meraih suara dari 87 persen penduduk Islam di Indonesia. Ini dapat kita artikan bahwasanya Islam punya power yang tidak dapat dianggap enteng.
Kembali ke tajuk, bagaimana Islam dapat terus menguat lewat science, technology, engineering and mathematics (STEM)? Sejatinya, Islamlah sebagai the first founder of science, technology, engineering and mathematics (STEM). Namun, bagaimana kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita sebagai seorang muslim yang dapat memberikan dampak global?
Ini merupakan tantangan futuristik yang harus kita selesaikan bersama-sama. Menjadi insan Muslim yang berpendidikan, terlepas pendidikan formal ataupun non-formal, adalah fundamental yang harus terus-menerus diperbaiki dari masa ke masa guna menghasilkan insan-insan cerdas dan beradab sebagai cikal bakal peneliti, pengusaha, pembisnis, pemimpin dan lain sebagainya yang akan meningkatkan kualitas Muslim Indonesia sebagai entitas yang punya power.
Tidak dapat dipungkiri, sampai saat ini, belum ada pengganti ustman ibn affan, sang milyarder muslim yang insight nya berdampak secara global. Di abad ke-21, kekuatan entitas di ranah global ditentukan dari komposisi pengusaha dan pembisnis dari entitas tersebut yang memiliki power di sistem perekonomian global.
0 Komentar
Tinggalkan Pesan