• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Nilai Tarbawi dalam Bulan Ramadan

Nasaruddin Senin, 25-4-2022 | - Dilihat: 35

banner

Oleh: Nasaruddin

Puasa Ramadan tahun ini sama dengan yang kita lakukan pada tahun-tahun sebelumnya, walaupun ada perbedaan di kalangan umat Islam Indonesia terkait kapan mulai 1 Ramadan 1443 H. Semoga perbedaan itu tidak membuat kita saling mengklaim diri dan organisasi sebagai paling benar. Jangan ada ungkapan bahwa organisasi saya yang paling benar dan organisasimu salah.

Kita berharap puasa tahun ini benar-benar menambah kebajikan untuk mendapatkan derajat takwa. Untuk meraih derajat takwa tersebut tentu diperlukan upaya menghayati arti puasa itu sendiri. Sementara memahami dan menghayati arti penting puasa tentu memerlukan dua hal pokok, yaitu memahami hakikat manusia dan kewajibannya di muka bumi ini.

Hakikat manusia pada prinsipnya adalah diciptakan dari tanah, ditiupkan roh di dalamnya, dan diberikan beberapa potensi oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi.

Menjadi khalifah di bumi tentu tujuannya juga sama dengan tujuan puasa, yaitu menjadi orang yang bertakwa. Untuk menjadi orang yang bertakwa, banyak cara dan jalan yang diajarkan oleh Allah dan rasul-Nya, terutama pada bulan Ramadan.

Rahim Ramadan mengajarkan nilai-nilai tarbiyah di dalamnya, atau dengan bahasa lain, bulan Ramadan disebut sebagai “bulan tarbiyah”. Di bawah ini ada beberapa nilai tarbiyah yang perlu kita hayati dan dalami.

Pertama, Ramadan mengajarkan tentang nilai kejujuran (siddiq). Puasa Ramadan mengajarkan kejujuran, baik terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain, dan lebih penting jujur terhadap Allah. Tanpa kejujuran, tidak mungkin puasa dapat dilakukan.

Ramadan melahirkan pribadi jujur, karena puasa dilakukan dengan iman dan mengharapkan rahmat Allah semata. Atas dasar imanan wahtisaban, kita tidak makan, tidak minum, dan juga tidak melakukan perkara yang membatalkan puasa, meskipun tidak ada orang yang melihat, kecuali Allah.

Kedua, Ramadan mengajarkan tentang kecerdasan emosional. Hakikatnya, kecerdasan emosional mampu mengendalikan sifat negatif yang ada pada diri manusia, seperti amarah, dendam, sombong, kikir, dan beberapa sifat negatif lain, sehingga puasa Ramadan adalah bagaimana  menahan hawa nafsu dan menahan diri, bukan membunuh hawa nafsu.

Kita dididik untuk dapat melakukan pengendalian diri (self control) dan pengaturan diri (self regulation) karena emosional pada diri manusia memiliki kecenderungan negatif. Jika nafsu emosional tidak dikendalikan, tidak sedikit manusia yang sebelumnya mulia dan terhormat terjatuh, bahkan menjadi manusia yang hina.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah At-Tin: 4-5, yang berbunyi, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).”

Ketiga, Ramadan mengajarkan tentang sikap disiplin. Puasa sesungguhnya sebagai sarana untuk melatih diri ini menjadi diri yang disiplin. Ramadan mengajarkan manusia untuk memiliki sikap disiplin. Secara sederhana, kita diajarkan untuk tidak makan dan tidak minum dan mengendalikan hawa nafsu.

Disiplin yang lain juga pada penerapan waktu berbuka dan waktu imsak, serta ibadah-ibadah lainnya. Apabila azan sudah dikumandangkan, kita menyegerakan berbuka puasa, dan tidak ingin menunda-nunda waktu berbuka.

Ketika waktu imsak sudah diumumkan di masjid atau di musala, kita juga segera mengakhiri sahur. Demikian juga dengan kewajiban yang lain, yaitu bagi yang meninggalkan puasa pada bulan Ramadan, maka ia harus menggantinya di luar Ramadan sebanyak hari yang ditinggalkan.

Keempat, Ramadan mengajarkan tentang membaca dan belajar. Ramadan terkenal dengan “bulan Al-Qur’an”, bulan yang diturunkan Al-Qur’an, supaya kita senantiasa membaca dan belajar tentang Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab yang sangat sempurna dibandingkan dengan kitab-kitab sebelumnya.

Keyakinan umat Islam bahwa Al-Qur’an satu-satunya kitab yang mampu memberikan rekomendasi (syafaat) pada hari kiamat nanti, sebagaimana hadis yang dibaca dan didengar dari berbagai pendakwah, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat untuk memberikan rekomendasi pada orang-orang yang membacanya”.

Nah, dalil ini secara langsung mengajarkan umat Islam untuk senantiasa belajar dan membaca Al-Qur’an, terutama pada bulan Ramadan, yang semua amal kebajikan akan dilipatgandakan pahalanya.

Kelima, Ramadan menanamkan kebersamaan dan persatuan. Banyak nian aktivitas umat Islam di bulan Ramadan ini yang merupakan bentuk nyata kebersamaan dan persatuan. Tahun ini kembali kita merawat kebersamaan dan persatuan melalui ibadah-ibadah, katakanlah salat wajib berjemaah di masjid, musala atau langgar terdekat.

Masih banyak ibadah yang dilakukan di bulan Ramadan, dan secara tidak sadar, ibadah-ibadah itu menanamkan nilai kebersamaan dan persatuan, seperti memberikan buka puasa kepada yang membutuhkan, buka puasa bersama, pengajian Ramadan, dan juga kegiatan-kegiatan positif lainnya yang membangun rasa kebersamaan dan persatuan.

Keenam, Ramadan mengajarkan tentang hidup sehat. Nabi Muhammad SAW berpesan, “Berpuasalah supaya kamu sehat”. Pesan itu mengajarkan kepada umat manusia untuk memberikan ruang atau waktu pada anggota tubuh beristirahat, supaya badan menjadi sehat.

Hasil penelitian para ahli kesehatan menyatakan bahwa sebagaian besar penyakit yang dialami oleh umat manuisa berasal dari makanan, karena tidak diatur pola makan dan minum.

Berpuasa sesungguhnya memberikan ruang bagi pencernaan dan organ tubuh lainnya untuk beristirahat sejenak dari rutinitas. Ibarat sebuah mesin, apabila selalu berkerja terus-menerus, ia akan cepat rusak. Begitu juga dengan manusia, kalau makan terus, ia akan cepat sakit.

Maka, harus punya waktu untuk istirahat, yaitu dengan menjalankan puasa Ramadan dan bisa pula ditambah puasa sunah lainnya. Ibadah puasa juga dapat mencegah berbagai penyakit akibat pola makan berlebihan.

Pola makan berlebihan menyebabkan tubuh menjadi overnutrisi yang mengakibatkan badan gemuk dan membawa berbagai penyakit, seperti kolesterol, kencing manis, ginjal, dan lain-lain.

 Demikian, dan semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

_____

Nasaruddin, Pendidik dan Mubalig di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat

Tags
3 Komentar
banner

2022-04-26 11:18:17

Zainal muthi'in

Alhamdulillah. Semoga berlanjut dengan tulisan-tulisan lainnya ustadz. Insya alllah manfaat

banner

2022-04-26 11:33:25

Abdul Munir

Ilmu yg begitu bermanfaat.

banner

2022-04-26 13:19:57

Saiful

Amin ....sbg referensi awal untuk mehahami keberagaman pengetuan keagamaan msyrat trkait ke Akuan thdp kbnran nilai" yg di yakini...."""lanjuu....t

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Nilai Tarbawi dalam Bulan Ramadan

Nasaruddin Senin, 25-4-2022 | - Dilihat: 35

banner

Oleh: Nasaruddin

Puasa Ramadan tahun ini sama dengan yang kita lakukan pada tahun-tahun sebelumnya, walaupun ada perbedaan di kalangan umat Islam Indonesia terkait kapan mulai 1 Ramadan 1443 H. Semoga perbedaan itu tidak membuat kita saling mengklaim diri dan organisasi sebagai paling benar. Jangan ada ungkapan bahwa organisasi saya yang paling benar dan organisasimu salah.

Kita berharap puasa tahun ini benar-benar menambah kebajikan untuk mendapatkan derajat takwa. Untuk meraih derajat takwa tersebut tentu diperlukan upaya menghayati arti puasa itu sendiri. Sementara memahami dan menghayati arti penting puasa tentu memerlukan dua hal pokok, yaitu memahami hakikat manusia dan kewajibannya di muka bumi ini.

Hakikat manusia pada prinsipnya adalah diciptakan dari tanah, ditiupkan roh di dalamnya, dan diberikan beberapa potensi oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi.

Menjadi khalifah di bumi tentu tujuannya juga sama dengan tujuan puasa, yaitu menjadi orang yang bertakwa. Untuk menjadi orang yang bertakwa, banyak cara dan jalan yang diajarkan oleh Allah dan rasul-Nya, terutama pada bulan Ramadan.

Rahim Ramadan mengajarkan nilai-nilai tarbiyah di dalamnya, atau dengan bahasa lain, bulan Ramadan disebut sebagai “bulan tarbiyah”. Di bawah ini ada beberapa nilai tarbiyah yang perlu kita hayati dan dalami.

Pertama, Ramadan mengajarkan tentang nilai kejujuran (siddiq). Puasa Ramadan mengajarkan kejujuran, baik terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain, dan lebih penting jujur terhadap Allah. Tanpa kejujuran, tidak mungkin puasa dapat dilakukan.

Ramadan melahirkan pribadi jujur, karena puasa dilakukan dengan iman dan mengharapkan rahmat Allah semata. Atas dasar imanan wahtisaban, kita tidak makan, tidak minum, dan juga tidak melakukan perkara yang membatalkan puasa, meskipun tidak ada orang yang melihat, kecuali Allah.

Kedua, Ramadan mengajarkan tentang kecerdasan emosional. Hakikatnya, kecerdasan emosional mampu mengendalikan sifat negatif yang ada pada diri manusia, seperti amarah, dendam, sombong, kikir, dan beberapa sifat negatif lain, sehingga puasa Ramadan adalah bagaimana  menahan hawa nafsu dan menahan diri, bukan membunuh hawa nafsu.

Kita dididik untuk dapat melakukan pengendalian diri (self control) dan pengaturan diri (self regulation) karena emosional pada diri manusia memiliki kecenderungan negatif. Jika nafsu emosional tidak dikendalikan, tidak sedikit manusia yang sebelumnya mulia dan terhormat terjatuh, bahkan menjadi manusia yang hina.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah At-Tin: 4-5, yang berbunyi, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).”

Ketiga, Ramadan mengajarkan tentang sikap disiplin. Puasa sesungguhnya sebagai sarana untuk melatih diri ini menjadi diri yang disiplin. Ramadan mengajarkan manusia untuk memiliki sikap disiplin. Secara sederhana, kita diajarkan untuk tidak makan dan tidak minum dan mengendalikan hawa nafsu.

Disiplin yang lain juga pada penerapan waktu berbuka dan waktu imsak, serta ibadah-ibadah lainnya. Apabila azan sudah dikumandangkan, kita menyegerakan berbuka puasa, dan tidak ingin menunda-nunda waktu berbuka.

Ketika waktu imsak sudah diumumkan di masjid atau di musala, kita juga segera mengakhiri sahur. Demikian juga dengan kewajiban yang lain, yaitu bagi yang meninggalkan puasa pada bulan Ramadan, maka ia harus menggantinya di luar Ramadan sebanyak hari yang ditinggalkan.

Keempat, Ramadan mengajarkan tentang membaca dan belajar. Ramadan terkenal dengan “bulan Al-Qur’an”, bulan yang diturunkan Al-Qur’an, supaya kita senantiasa membaca dan belajar tentang Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab yang sangat sempurna dibandingkan dengan kitab-kitab sebelumnya.

Keyakinan umat Islam bahwa Al-Qur’an satu-satunya kitab yang mampu memberikan rekomendasi (syafaat) pada hari kiamat nanti, sebagaimana hadis yang dibaca dan didengar dari berbagai pendakwah, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat untuk memberikan rekomendasi pada orang-orang yang membacanya”.

Nah, dalil ini secara langsung mengajarkan umat Islam untuk senantiasa belajar dan membaca Al-Qur’an, terutama pada bulan Ramadan, yang semua amal kebajikan akan dilipatgandakan pahalanya.

Kelima, Ramadan menanamkan kebersamaan dan persatuan. Banyak nian aktivitas umat Islam di bulan Ramadan ini yang merupakan bentuk nyata kebersamaan dan persatuan. Tahun ini kembali kita merawat kebersamaan dan persatuan melalui ibadah-ibadah, katakanlah salat wajib berjemaah di masjid, musala atau langgar terdekat.

Masih banyak ibadah yang dilakukan di bulan Ramadan, dan secara tidak sadar, ibadah-ibadah itu menanamkan nilai kebersamaan dan persatuan, seperti memberikan buka puasa kepada yang membutuhkan, buka puasa bersama, pengajian Ramadan, dan juga kegiatan-kegiatan positif lainnya yang membangun rasa kebersamaan dan persatuan.

Keenam, Ramadan mengajarkan tentang hidup sehat. Nabi Muhammad SAW berpesan, “Berpuasalah supaya kamu sehat”. Pesan itu mengajarkan kepada umat manusia untuk memberikan ruang atau waktu pada anggota tubuh beristirahat, supaya badan menjadi sehat.

Hasil penelitian para ahli kesehatan menyatakan bahwa sebagaian besar penyakit yang dialami oleh umat manuisa berasal dari makanan, karena tidak diatur pola makan dan minum.

Berpuasa sesungguhnya memberikan ruang bagi pencernaan dan organ tubuh lainnya untuk beristirahat sejenak dari rutinitas. Ibarat sebuah mesin, apabila selalu berkerja terus-menerus, ia akan cepat rusak. Begitu juga dengan manusia, kalau makan terus, ia akan cepat sakit.

Maka, harus punya waktu untuk istirahat, yaitu dengan menjalankan puasa Ramadan dan bisa pula ditambah puasa sunah lainnya. Ibadah puasa juga dapat mencegah berbagai penyakit akibat pola makan berlebihan.

Pola makan berlebihan menyebabkan tubuh menjadi overnutrisi yang mengakibatkan badan gemuk dan membawa berbagai penyakit, seperti kolesterol, kencing manis, ginjal, dan lain-lain.

 Demikian, dan semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

_____

Nasaruddin, Pendidik dan Mubalig di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat

Tags
3 Komentar
banner

2022-04-26 11:18:17

Zainal muthi'in

Alhamdulillah. Semoga berlanjut dengan tulisan-tulisan lainnya ustadz. Insya alllah manfaat

banner

2022-04-26 11:33:25

Abdul Munir

Ilmu yg begitu bermanfaat.

banner

2022-04-26 13:19:57

Saiful

Amin ....sbg referensi awal untuk mehahami keberagaman pengetuan keagamaan msyrat trkait ke Akuan thdp kbnran nilai" yg di yakini...."""lanjuu....t

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech