Ngopi: Budaya dan Makna
M. Alfreda Daib Insan Labib Ahad, 29-1-2023 | - Dilihat: 53

Oleh: M. Alfreda Daib Insan Labib
Ngopi atau meminum kopi adalah kebiasaan masyarakat Indonesia sejak lama. Banyak di antara mereka yang menikmati kopi di pagi hari sembari membaca surat kabar dan menikmati udara segar. Ada pula yang menikmat kopi di malam hari. Selain untuk sekadar melepas penat, kopi juga diyakini dapat membangkitkan semangat setelah bekerja seharian. Otak terasa lebih fresh.
Indonesia terkenal sebagai salah satu negara penghasil dan pengekspor kopi di dunia. Kopi produk Indonesia termasuk dalam jajaran kopi terbaik. Adalah kopi Luwak, salah satu dari berbagai macam kopi produk Indonesia yang memiliki kualitas di atas standar. Selain itu, masih ada kopi Gayo, kopi Klotok, kopi Flores, dan banyak macam kopi lainnya yang kualitasnya tidak kalah dengan kopi Luwak.
Ketika budaya ngopi semakin merebak, para pebisnis bergerak cepat mengambil peluang usaha, mulai dari warung kopi, kedai kopi, hingga kafe-kafe besar. Walhasil, berbagai titik di daerah-daerah Indonesia ramai akan adanya tempat ngopi, bahkan ada adagium yang menyatakan bahwa salah satu daerah di Indonesia, yaitu Aceh merupakan “negeri seribu kedai kopi”.
Bentuk penyajian kopi hari ini pun memiliki cara yang inovatif dan kreatif. Penyajian kopi hari ini berbeda jauh dengan penyajian kopi dimasa lampau yang hanya mencampurkan bubuk kopi dengan gula dan air panas lalu diaduk. Dengan ditemukannya alat alat dan teknik pembuatan kopi, penampilan kopi pun terlihat semakin menarik untuk dicicipi.
Pun dengan varian kopi yang semakin hari semakin berkembang, kelihaian para barista dalam meracik kopi dan memberikan inovasi baru dalam dunia kopi memiliki peranan besar. Hebatnya, dengan skill yang dimiliki oleh barista harga kopi bisa berubah berkali lipat, walapun bahan yang digunakan sama saja. Sehingga benar saja jika mungkin ada yang mengatakan “beda peracik, beda pula rasa kopi yang dihasilkan”
Tradisi ngopi sedikit demi sedikit melebar demi sedikit dari pemaknaan literalnya, saat ini ngopi adalah istilah yang biasa digunakan untuk nongkrong, berkumpul, berdiskusi, bertemu dengan kolega, menghibur satu sama lain, dan masih banyak hal positif lainnya yang dapat dilalukan ketika ngopi.
Tidak hanya pemaknaannya saja yang melebar, dalam produknya pun demikian. Warung kopi, kedai kopi dan kafe-kafe besar saat ini tidak hanya menjajakan aneka varian kopi. Ada banyak menu lain yang sebagai pendukung seperi, susu, teh, juga berbagai macam camilan dan makanan ringan. Kendati demikian, masyarakat tetap menyebut aktivitas mereka dengan ngopi, bukan ngeteh, ataupun nyusu, sekalipun mereka tidak memesan kopi.
Sejatinya, bukan permasalahan kopinya yang menjadi tujuan, tapi perkumpulan, pertemuannya dan interaksi antara dua orang atau lebih lah yang menjadi tujuannya. Ada semboyan yang berkata “mangan ga mangan asal kumpul” yang berarti makan atau tidak yang penting adalah berkumpul bersama. Dari perkumpulan itulah akan muncul kedekatan emosioal antar pihak yang bersangkutan, sehingga hubungan kekerabatanpun akan terasa semakin dekat.
Sayangnya, tradisi ngopi yang seharusnya dapat menghasilkan hal hal positif, malah sebaliknya, hanya digunakan sedekar membuang waktu dan uang, bermain game, transaksi ilegal atau malah berkencan dengan kekasih. Padahal, jika kesempatan ngopi dimaksimalkan sebaik mungkin, akan memberikan dampak positif bagi diri pribadi dan orang orang yang turut berinteraksi dengannya, sehingga momentum ngopi akan terasa berisi dan tidak hambar.
Maka, sebelum aktivitas ngopi itu dilaksanakan, alangkah baiknya jika menyusun hal-hal apa saja yang akan dilakukan ketika ngopi. Mungkin mengerjakan tugas, merumuskan suatu permasalahan, bertemu dengan kolega, atau sekedar bersilaturrahim dengan kawan lama. Sehingga uang, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan untuk ngopi tidak terbuang sia-sia.
- Artikel Terpuler -
Ngopi: Budaya dan Makna
M. Alfreda Daib Insan Labib Ahad, 29-1-2023 | - Dilihat: 53

Oleh: M. Alfreda Daib Insan Labib
Ngopi atau meminum kopi adalah kebiasaan masyarakat Indonesia sejak lama. Banyak di antara mereka yang menikmati kopi di pagi hari sembari membaca surat kabar dan menikmati udara segar. Ada pula yang menikmat kopi di malam hari. Selain untuk sekadar melepas penat, kopi juga diyakini dapat membangkitkan semangat setelah bekerja seharian. Otak terasa lebih fresh.
Indonesia terkenal sebagai salah satu negara penghasil dan pengekspor kopi di dunia. Kopi produk Indonesia termasuk dalam jajaran kopi terbaik. Adalah kopi Luwak, salah satu dari berbagai macam kopi produk Indonesia yang memiliki kualitas di atas standar. Selain itu, masih ada kopi Gayo, kopi Klotok, kopi Flores, dan banyak macam kopi lainnya yang kualitasnya tidak kalah dengan kopi Luwak.
Ketika budaya ngopi semakin merebak, para pebisnis bergerak cepat mengambil peluang usaha, mulai dari warung kopi, kedai kopi, hingga kafe-kafe besar. Walhasil, berbagai titik di daerah-daerah Indonesia ramai akan adanya tempat ngopi, bahkan ada adagium yang menyatakan bahwa salah satu daerah di Indonesia, yaitu Aceh merupakan “negeri seribu kedai kopi”.
Bentuk penyajian kopi hari ini pun memiliki cara yang inovatif dan kreatif. Penyajian kopi hari ini berbeda jauh dengan penyajian kopi dimasa lampau yang hanya mencampurkan bubuk kopi dengan gula dan air panas lalu diaduk. Dengan ditemukannya alat alat dan teknik pembuatan kopi, penampilan kopi pun terlihat semakin menarik untuk dicicipi.
Pun dengan varian kopi yang semakin hari semakin berkembang, kelihaian para barista dalam meracik kopi dan memberikan inovasi baru dalam dunia kopi memiliki peranan besar. Hebatnya, dengan skill yang dimiliki oleh barista harga kopi bisa berubah berkali lipat, walapun bahan yang digunakan sama saja. Sehingga benar saja jika mungkin ada yang mengatakan “beda peracik, beda pula rasa kopi yang dihasilkan”
Tradisi ngopi sedikit demi sedikit melebar demi sedikit dari pemaknaan literalnya, saat ini ngopi adalah istilah yang biasa digunakan untuk nongkrong, berkumpul, berdiskusi, bertemu dengan kolega, menghibur satu sama lain, dan masih banyak hal positif lainnya yang dapat dilalukan ketika ngopi.
Tidak hanya pemaknaannya saja yang melebar, dalam produknya pun demikian. Warung kopi, kedai kopi dan kafe-kafe besar saat ini tidak hanya menjajakan aneka varian kopi. Ada banyak menu lain yang sebagai pendukung seperi, susu, teh, juga berbagai macam camilan dan makanan ringan. Kendati demikian, masyarakat tetap menyebut aktivitas mereka dengan ngopi, bukan ngeteh, ataupun nyusu, sekalipun mereka tidak memesan kopi.
Sejatinya, bukan permasalahan kopinya yang menjadi tujuan, tapi perkumpulan, pertemuannya dan interaksi antara dua orang atau lebih lah yang menjadi tujuannya. Ada semboyan yang berkata “mangan ga mangan asal kumpul” yang berarti makan atau tidak yang penting adalah berkumpul bersama. Dari perkumpulan itulah akan muncul kedekatan emosioal antar pihak yang bersangkutan, sehingga hubungan kekerabatanpun akan terasa semakin dekat.
Sayangnya, tradisi ngopi yang seharusnya dapat menghasilkan hal hal positif, malah sebaliknya, hanya digunakan sedekar membuang waktu dan uang, bermain game, transaksi ilegal atau malah berkencan dengan kekasih. Padahal, jika kesempatan ngopi dimaksimalkan sebaik mungkin, akan memberikan dampak positif bagi diri pribadi dan orang orang yang turut berinteraksi dengannya, sehingga momentum ngopi akan terasa berisi dan tidak hambar.
Maka, sebelum aktivitas ngopi itu dilaksanakan, alangkah baiknya jika menyusun hal-hal apa saja yang akan dilakukan ketika ngopi. Mungkin mengerjakan tugas, merumuskan suatu permasalahan, bertemu dengan kolega, atau sekedar bersilaturrahim dengan kawan lama. Sehingga uang, waktu, dan tenaga yang dikeluarkan untuk ngopi tidak terbuang sia-sia.
0 Komentar
Tinggalkan Pesan