Nestapa Bangsa Muda
Syaiful Islam Sabtu, 8-4-2023 | - Dilihat: 18

Oleh: Syaiful Islam
Bangsa ini menurut Prof Salim Said merupakan bangsa yang sedang dalam proses pencarian karakternya, sebab konsep bangsa Indonesia saja baru berhasil ditemukan di abad 20 dan secara formal lahir ketika Sumpah Pemuda 1928. Ini mengindikasikan jika apa yang disebut sebagai “Bangsa Indonesia” ialah entitas yang sama sekali baru saja lahir, bahkan lebih muda 200 tahun dari identitas orang Amerika Serikat yang bermigrasi dari Eropa dan mendirikan koloni di tanah orang Indian.
Jika kita kemudian merujuk pada teori siklus peradaban Ibnu Khaldun maka akan didapati analogi jika sebuah peradaban sama halnya seperti manusia yang lahir, tumbuh, berkembang, masa produktif, dan mati. Peradaban sebagai hasil dari interaksi antar manusia yang saling ketergantungan sebagai bagian dari fitrahnya sebagai makhluk sosial ssebagaimana dinyatakaan oleh Dr. Murtadha Muthahhari, maka hal ini memiliki konsekuensi logis jika sebuah bangsa atau peradaban dapat runtuh atau bangkit oleh sebab adanya kecenderungan kolektif dari manusia-manusia yang menyusun bangs aitu sendiri.
Kecenderungan kolektif dalam sebuah bangsa akan diejawantahkan melalui sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, sistem nilai, hingga adat dan etika. Jika sebuah bangsa memiliki kecenderungan kolektif yang bersifat ihsan, maka akan dengan terang benderang bangsa tersebut akan memiliki sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem nilai, budaya dan etika sebagai cerminan dari kecenderungan kolektif yang ihsan ini.
Melihat bangsa Indonesia dewasa ini menimbulkan sebuah pertanyaan besar di kepala saya. Apa yang sedang terjadi? Sebuah bangsa muda yang penuh nestapa. Pertanyaan dan pernyataan ini jika kemudian ditafsirkan sebagai bentuk pesimistik penulis terhadap kondisi bangsa tentu diperkenankan, meskipun tidak demikian adanya.
Merujuk pada Imam Ghazali, bahwa perangai rakyat itu bergantung pada perangai pemimpinnya, namun patut digarisbawahi makna dari pemimpin disini tidaklah hanya bermaksud pada sosok sentral negara saja seperti Presiden, Perdana Menteri, Emir, Sultan atau lain-lain jabatan semacamnya, namun makna pemimpin disini dimaknai sebagai satu kesatuan kolektif para pemangku kebijakan dan termasuk didalamnya orang-orang yang dipekerjakan untuk melayani hajat hidup orang banyak.
Perangai macam apa yang pemimpin kita contohkan yang kemudian membentuk bangsa Indonesia dewasa ini? Berapa banyak jumlah uang rakyat yang dipunggah kedalam kantong pribadi para pemimpin kita sehingga membentuk mental masyarakat kita yang juga mulai memiliki kecenderungan mentolerir perilaku korup, sehingga ada guyonan “ngambil dua bayar satu” atau hal-hal semacam itu.
Akhir-akhir ini kita dipertontonkan para pemangku kuasa yang dengan tidak segan silu menipu sistem yang mereka buat sendiri, dengan tidak tahu malu memperlihatkan kemegahan dan kekayaan luar biasa diatas penderitaan masyarakat yang rata-rata hidup sekadar hidup, atau dengan tidak punya rasa malu memperlihatkan kecongkakan demi kecongkakan di ruang publik.
Hal semacam diatas secara tidak langsung akan diserap kedalam memori sejarah bangsa ini sebagai perilaku yang lumrah, dan jika sampai ini terjadi sungguh suatu celaka besar bagi bangsa muda ini. Bahkan dalam pemahaman Machiavelli si Bapak Politik Amoral saja, pemimpin itu tetap harus berperilaku dan bermulut bak utusan Tuhan meskipun harus bertindak sebaliknya. Namun dalam teori yang dikatakan paling amoral saja, para pemimpin kita telah gagal memenuhi kriteria ini, sehingga bisa dengan tidak merasa bersalah mengatakan sesuatu yang meskipun benar adanya namun tidak patut dikatakan didepan publik, hal semacam ini bukanlah kejujuran, tapi kesalahan fatal.
Kembali kepada Ibnu Khaldun dalam Muqqadimah-nya, bahwa sesebuah peradaban atau bangsa akan mengalami keruntuhan jika didapatinya tiga gejala, yang pertama ialah pembangunan yang bertumpu hanya pada pembangunan fisik seperti infrasutruktur, ekonomi atau hal-hal kasat mata lainnya, dan disaat bersamaan meninggalkan pembangunan yang bersifat insani, dalam arti kata lain pembangunan sumberdaya manusia.
Soal gejala pertama mari kita bisa berkaca pada pernyataan BKKBN 2022 bahwa indeks pembangunan manusia Indonesia menempati posisi 130 dari 199 negara di dunia. Rendahnya IPM kita ini harus jadi salah satu bahan perenungan bersama tentang pembangunan insan Indonesia, apakah orientasi pembangunan kita sudah salah arah?
Gejala kedua yang dinyatakan oleh Ibnu Khaldun ialah tumpulnya hukum, sebuah bangsa yang didalamnya tidak tertegaknya keadilan akan mempercepat runtuhnya bangsa itu. Sebab sebagaimana hadist Nabi SAW menyatakan bahwa “Kekuasaan itu bertahan bersama kekufuran, namun tidak bersama kezaliman”. Kita melihat banyak pemerintahan dalam sebuah bangsa jatuh, namun sebab yang melatarbelakanginya pastilah karena ketidakadilan pemimpin atas rakyatnya, dimana hukum itu tumpul keatas namun tajam kebawah.
Dalam sejarah, kita melihat bagaimana ketidakadilan para bangsawan Perancis datas rakyat jelata berakhir dengan runtuhnya Dinasti Bourbon dan Raja Louis XVI harus mati mengenaskan dengan kepala dan badan berpisah akibat guillotine, juga kita melihat bagaimana ketidakadilan yang dilakukan Nicholas II dari Rusia yang ujungnya merevolusi Rusia menjadi negara komunis terbesar di zamannya, banyak contoh lain yang penulis rasa tidak akan cukup ditulis tentang contoh implikasi ketidakadilan dalam sejarah manusia.
Dalam konteks Indonesia dewasa ini, tumpulnya hukum dapat tercermin dari putusan-putusan pengadilan bagi para pembesar korup yang putusannya kadang sama berat atau bahkan jauh lebih celaka lagi jauh lebih rendah dari seorang maling ayam di kampung, padahal akibat dari perilakunya itu memiliki tingkat merusak yang sangat besar yang menyentuh segala sendi berbangsa dan bernegara.
Gejala ketiga menurut Ibnu Khaldun ialah lunturnya rasa solidaritas antar individu. Hal ini juga disampaikan oleh Dr. Murtadha Mutahhari, bahwa masyarakat ialah hasil dari ikatan-ikatan antar individu didalamnya sebagai bagian dari konsekuensi logis dari apa yang Adam Smith sebut sebagai homo homini socius, dalam arti kata lain bahwa manusia ialah makhluk yang harus saling terhubung satu sama lain sehingga membentuk bangunan kolektif antar individu yang kemudian disebut juga sebagai bangsa.
Jika kemudian ikatan kebangsaan (ashobiyah) ini luntur oleh sebab-sebab meningkatnya gaya hidup individualis yang mendorong pada sikap hedonisme, maka ikatan-ikatan ini akan perlahan merenggang dan kemudiannya tercerai berai, yang pada ujungnya bangsa tersebut akan runtuh.
Mengakhiri tulisan ini, penulis kembali bertanya apakah bangsa muda ini sedang dalam pencarian karakternya sehingga segala peristiwa ini ialah bagian dari pendewasaan bangsa atau bangs aini memang sudah ada diujung nestapa sehingga waktu ajalnya sudah tidak lama? Jawabannya penulis serahkan kepada pembaca sekalian, sebab pada akhirnya hanya kehendak kolektif kita semua yang akan bisa menentukan bagaimana nasib bangsa ini akan ditulis, apakah dengan tinta darah, tinta emas, diteruskan ceritanya, atau akan dinoktahkan di tengah-tengah.
- Artikel Terpuler -
Nestapa Bangsa Muda
Syaiful Islam Sabtu, 8-4-2023 | - Dilihat: 18

Oleh: Syaiful Islam
Bangsa ini menurut Prof Salim Said merupakan bangsa yang sedang dalam proses pencarian karakternya, sebab konsep bangsa Indonesia saja baru berhasil ditemukan di abad 20 dan secara formal lahir ketika Sumpah Pemuda 1928. Ini mengindikasikan jika apa yang disebut sebagai “Bangsa Indonesia” ialah entitas yang sama sekali baru saja lahir, bahkan lebih muda 200 tahun dari identitas orang Amerika Serikat yang bermigrasi dari Eropa dan mendirikan koloni di tanah orang Indian.
Jika kita kemudian merujuk pada teori siklus peradaban Ibnu Khaldun maka akan didapati analogi jika sebuah peradaban sama halnya seperti manusia yang lahir, tumbuh, berkembang, masa produktif, dan mati. Peradaban sebagai hasil dari interaksi antar manusia yang saling ketergantungan sebagai bagian dari fitrahnya sebagai makhluk sosial ssebagaimana dinyatakaan oleh Dr. Murtadha Muthahhari, maka hal ini memiliki konsekuensi logis jika sebuah bangsa atau peradaban dapat runtuh atau bangkit oleh sebab adanya kecenderungan kolektif dari manusia-manusia yang menyusun bangs aitu sendiri.
Kecenderungan kolektif dalam sebuah bangsa akan diejawantahkan melalui sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, sistem nilai, hingga adat dan etika. Jika sebuah bangsa memiliki kecenderungan kolektif yang bersifat ihsan, maka akan dengan terang benderang bangsa tersebut akan memiliki sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem nilai, budaya dan etika sebagai cerminan dari kecenderungan kolektif yang ihsan ini.
Melihat bangsa Indonesia dewasa ini menimbulkan sebuah pertanyaan besar di kepala saya. Apa yang sedang terjadi? Sebuah bangsa muda yang penuh nestapa. Pertanyaan dan pernyataan ini jika kemudian ditafsirkan sebagai bentuk pesimistik penulis terhadap kondisi bangsa tentu diperkenankan, meskipun tidak demikian adanya.
Merujuk pada Imam Ghazali, bahwa perangai rakyat itu bergantung pada perangai pemimpinnya, namun patut digarisbawahi makna dari pemimpin disini tidaklah hanya bermaksud pada sosok sentral negara saja seperti Presiden, Perdana Menteri, Emir, Sultan atau lain-lain jabatan semacamnya, namun makna pemimpin disini dimaknai sebagai satu kesatuan kolektif para pemangku kebijakan dan termasuk didalamnya orang-orang yang dipekerjakan untuk melayani hajat hidup orang banyak.
Perangai macam apa yang pemimpin kita contohkan yang kemudian membentuk bangsa Indonesia dewasa ini? Berapa banyak jumlah uang rakyat yang dipunggah kedalam kantong pribadi para pemimpin kita sehingga membentuk mental masyarakat kita yang juga mulai memiliki kecenderungan mentolerir perilaku korup, sehingga ada guyonan “ngambil dua bayar satu” atau hal-hal semacam itu.
Akhir-akhir ini kita dipertontonkan para pemangku kuasa yang dengan tidak segan silu menipu sistem yang mereka buat sendiri, dengan tidak tahu malu memperlihatkan kemegahan dan kekayaan luar biasa diatas penderitaan masyarakat yang rata-rata hidup sekadar hidup, atau dengan tidak punya rasa malu memperlihatkan kecongkakan demi kecongkakan di ruang publik.
Hal semacam diatas secara tidak langsung akan diserap kedalam memori sejarah bangsa ini sebagai perilaku yang lumrah, dan jika sampai ini terjadi sungguh suatu celaka besar bagi bangsa muda ini. Bahkan dalam pemahaman Machiavelli si Bapak Politik Amoral saja, pemimpin itu tetap harus berperilaku dan bermulut bak utusan Tuhan meskipun harus bertindak sebaliknya. Namun dalam teori yang dikatakan paling amoral saja, para pemimpin kita telah gagal memenuhi kriteria ini, sehingga bisa dengan tidak merasa bersalah mengatakan sesuatu yang meskipun benar adanya namun tidak patut dikatakan didepan publik, hal semacam ini bukanlah kejujuran, tapi kesalahan fatal.
Kembali kepada Ibnu Khaldun dalam Muqqadimah-nya, bahwa sesebuah peradaban atau bangsa akan mengalami keruntuhan jika didapatinya tiga gejala, yang pertama ialah pembangunan yang bertumpu hanya pada pembangunan fisik seperti infrasutruktur, ekonomi atau hal-hal kasat mata lainnya, dan disaat bersamaan meninggalkan pembangunan yang bersifat insani, dalam arti kata lain pembangunan sumberdaya manusia.
Soal gejala pertama mari kita bisa berkaca pada pernyataan BKKBN 2022 bahwa indeks pembangunan manusia Indonesia menempati posisi 130 dari 199 negara di dunia. Rendahnya IPM kita ini harus jadi salah satu bahan perenungan bersama tentang pembangunan insan Indonesia, apakah orientasi pembangunan kita sudah salah arah?
Gejala kedua yang dinyatakan oleh Ibnu Khaldun ialah tumpulnya hukum, sebuah bangsa yang didalamnya tidak tertegaknya keadilan akan mempercepat runtuhnya bangsa itu. Sebab sebagaimana hadist Nabi SAW menyatakan bahwa “Kekuasaan itu bertahan bersama kekufuran, namun tidak bersama kezaliman”. Kita melihat banyak pemerintahan dalam sebuah bangsa jatuh, namun sebab yang melatarbelakanginya pastilah karena ketidakadilan pemimpin atas rakyatnya, dimana hukum itu tumpul keatas namun tajam kebawah.
Dalam sejarah, kita melihat bagaimana ketidakadilan para bangsawan Perancis datas rakyat jelata berakhir dengan runtuhnya Dinasti Bourbon dan Raja Louis XVI harus mati mengenaskan dengan kepala dan badan berpisah akibat guillotine, juga kita melihat bagaimana ketidakadilan yang dilakukan Nicholas II dari Rusia yang ujungnya merevolusi Rusia menjadi negara komunis terbesar di zamannya, banyak contoh lain yang penulis rasa tidak akan cukup ditulis tentang contoh implikasi ketidakadilan dalam sejarah manusia.
Dalam konteks Indonesia dewasa ini, tumpulnya hukum dapat tercermin dari putusan-putusan pengadilan bagi para pembesar korup yang putusannya kadang sama berat atau bahkan jauh lebih celaka lagi jauh lebih rendah dari seorang maling ayam di kampung, padahal akibat dari perilakunya itu memiliki tingkat merusak yang sangat besar yang menyentuh segala sendi berbangsa dan bernegara.
Gejala ketiga menurut Ibnu Khaldun ialah lunturnya rasa solidaritas antar individu. Hal ini juga disampaikan oleh Dr. Murtadha Mutahhari, bahwa masyarakat ialah hasil dari ikatan-ikatan antar individu didalamnya sebagai bagian dari konsekuensi logis dari apa yang Adam Smith sebut sebagai homo homini socius, dalam arti kata lain bahwa manusia ialah makhluk yang harus saling terhubung satu sama lain sehingga membentuk bangunan kolektif antar individu yang kemudian disebut juga sebagai bangsa.
Jika kemudian ikatan kebangsaan (ashobiyah) ini luntur oleh sebab-sebab meningkatnya gaya hidup individualis yang mendorong pada sikap hedonisme, maka ikatan-ikatan ini akan perlahan merenggang dan kemudiannya tercerai berai, yang pada ujungnya bangsa tersebut akan runtuh.
Mengakhiri tulisan ini, penulis kembali bertanya apakah bangsa muda ini sedang dalam pencarian karakternya sehingga segala peristiwa ini ialah bagian dari pendewasaan bangsa atau bangs aini memang sudah ada diujung nestapa sehingga waktu ajalnya sudah tidak lama? Jawabannya penulis serahkan kepada pembaca sekalian, sebab pada akhirnya hanya kehendak kolektif kita semua yang akan bisa menentukan bagaimana nasib bangsa ini akan ditulis, apakah dengan tinta darah, tinta emas, diteruskan ceritanya, atau akan dinoktahkan di tengah-tengah.
14 Komentar

2024-11-29 16:12:45
Kwwcmy
eriacta member - forzest determine forzest careful

2024-12-05 10:21:19
Kuhjod
indinavir online - confido pill order diclofenac gel online cheap

2024-12-09 03:08:19
Blrxpt
valif pills thousand - sustiva 10mg tablet sinemet 20mg oral

2024-12-11 20:53:57
Idnbqh
modafinil cheap - purchase combivir pills buy combivir

2024-12-16 18:35:20
Ufilaw
ivermectin brand name - generic atacand 8mg order tegretol 400mg pill

2024-12-17 08:55:53
Wtnnln
buy phenergan pill - order ciplox 500 mg pill buy lincocin pills

2024-12-29 17:22:41
Yerymv
buy deltasone 20mg online cheap - order captopril 25 mg for sale capoten uk

2025-01-02 23:09:41
Ponthm
prednisone 40mg for sale - order deltasone 5mg online cheap order capoten 25mg generic

2025-01-16 06:55:49
Knvhmq
order generic accutane 20mg - absorica over the counter brand linezolid 600mg

2025-01-16 22:23:25
Dnyqay
cheap amoxicillin without prescription - buy generic amoxicillin over the counter buy ipratropium 100mcg without prescription

2025-01-29 14:27:48
Qetopg
zithromax 500mg without prescription - buy generic tindamax over the counter buy generic nebivolol online

2025-02-01 09:53:29
Cpxsow
cheap prednisolone pill - buy omnacortil 10mg sale progesterone without prescription

2025-02-08 23:42:46
Hyqmkq
neurontin pills - order gabapentin 800mg order sporanox 100mg without prescription

2025-02-14 04:51:07
Prdgfy
purchase acticlate pills - vibra-tabs usa order glucotrol 10mg generic
14 Komentar
2024-11-29 16:12:45
Kwwcmy
eriacta member - forzest determine forzest careful
2024-12-05 10:21:19
Kuhjod
indinavir online - confido pill order diclofenac gel online cheap
2024-12-09 03:08:19
Blrxpt
valif pills thousand - sustiva 10mg tablet sinemet 20mg oral
2024-12-11 20:53:57
Idnbqh
modafinil cheap - purchase combivir pills buy combivir
2024-12-16 18:35:20
Ufilaw
ivermectin brand name - generic atacand 8mg order tegretol 400mg pill
2024-12-17 08:55:53
Wtnnln
buy phenergan pill - order ciplox 500 mg pill buy lincocin pills
2024-12-29 17:22:41
Yerymv
buy deltasone 20mg online cheap - order captopril 25 mg for sale capoten uk
2025-01-02 23:09:41
Ponthm
prednisone 40mg for sale - order deltasone 5mg online cheap order capoten 25mg generic
2025-01-16 06:55:49
Knvhmq
order generic accutane 20mg - absorica over the counter brand linezolid 600mg
2025-01-16 22:23:25
Dnyqay
cheap amoxicillin without prescription - buy generic amoxicillin over the counter buy ipratropium 100mcg without prescription
2025-01-29 14:27:48
Qetopg
zithromax 500mg without prescription - buy generic tindamax over the counter buy generic nebivolol online
2025-02-01 09:53:29
Cpxsow
cheap prednisolone pill - buy omnacortil 10mg sale progesterone without prescription
2025-02-08 23:42:46
Hyqmkq
neurontin pills - order gabapentin 800mg order sporanox 100mg without prescription
2025-02-14 04:51:07
Prdgfy
purchase acticlate pills - vibra-tabs usa order glucotrol 10mg generic
Tinggalkan Pesan