Movie Review: The Killer
Fadhil Raihan Hakim Senin, 27-11-2023 | - Dilihat: 18
Oleh: Fadhil Raihan Hakim
Cerita soal pembunuh bayaran udah sering kita denger dan kita tonton berulang kali. Genre semacam itu sangat bersahabat dengan kita. Tapi bagaimana pembunuh bayaran yang kita kenal punya kapabilitas yang baik punya figur yang perfect melakukan kesalahan kecil dan berujung pada konsekuensi yang berat buat dirinya? kurang lebih premis itu yang di sajikan oleh the killer garapan David Fincher.
Aku sangat setuju it’s not the best movie from Fincher. Bisa aku bilang di antara film fincher ini yang paling membosankan secara plot, film ini sangat linear ga ada belak-beloknya. Tapi satu hal yang bisa dipuji dan terbaik dari film ini ialah treatment narasi yang kuat dan gaya penceritaan yang deep mengenai arc character dari protagonist kita.
Kalau tidak salah hitung, protagonis kita tidak mengeluarkan dialog sama sekali sampai menit ke-20an, dan sisanya juga dilanjutkan oleh narasi. Tapi narasi inilah yang membuat film ini berhasil banget menciptakan suasana kelamnya. Tragic Flaw di film ini clarity nya sangat sangat bold, bagaimana irony dan moral di-deliver dengan clear tanpa ada noise.
Protagonist kita di awal sudah salah dan tidak berhasil membunuh orang yang menjadi misi utamanya. Consequences-nya adalah keluarganya yang di-terror akibat dari kesalahan yang ia buat. Client ga mau tau kalau kamu gagal kamu harus dapat concequences nya. Akhirnya, gara-gara ini film ini mencapai turning point-nya yang sebelumnya misi pembunuhan menjadi misi balas dendam.
Rule nomor 2 dalam tragic flaw “make it central to the story” revenge adalah kata yang langsung keluar di fikiran kita setelah melihat incident itu. Dengan itu mendeclare satu-satunya tujuan protagonist kita adalah mempunish semua orang yang mengganggu keluarganya in the end emang akhirnya mati semua.
Nah, aku suka David Fincher di sini selalu ngasih satu kalimat yang menjadi breadcrumbs yang menimbulkan persepsi apakah protagonist kita akan melakukan kesalahan lagi. Kalimatnya kurang lebih seperti ini “focus on your goal dont improvise”. Kata-kata ini selalu muncul di keadaan yang mendorong dia harus improvisasi.
Narasi yang tampilkan Fincher ini bener-bener medium untuk menuntun kita memahami isi kepala sang protagonist yang ga pernah ngomong lucu kan? The next level film indosiar yang selalu bicara dalam hati kalo kata aku.
Lagi-lagi dengan treatment ini Fincher berhasil memberikan suguhan yang tidak biasa. Dengan cara yang tidak biasa juga diksi “killer” “revenge” itu sudah sangat mudah ditebak menjadi sosok yang presisi dan persistance. Kalo mau doin something di film ini di buat “seakan” persistence tapi nyatanya tidak. kegagalan demi kegagalan yang di-deliver secara elegant sekaligus mendukung protagonist kita ini memenuhi arc-nya itu yang unik apalagi ini disajikan oleh sang maestro David Fincher.
Rule terakhir yaitu chance the change. Ada another principle soal menjadi the killer, yaitu “don't empathize” rule yang selalu diulang-ulang di fikirannya yang in the end. Aku merasa bahwa ini justru menjadi ketakutan killer karena dia sadar dia gampang empati sama orang multitafsir kan? tapi itu hebatnya Fincher. Dari semua runutan yang ada The Killer.
The Brute, The Client, The Lawyer, dan The Expert dia selalu berhasil membunuh orang yang berkaitan erat dengan orang yang melukai pasangannya. Tapi irony-nya orang yang bertanggung jawab atas semua itu akhirnya tidak dibunuh. Ini menarik banget, ini bukan sekedar misi pembalasan dendam tapi jauh lebih deep dibanding itu.
Overall, the Killer menyajikkan dialog batin, konflik batin, dan keresehan apa saja yang dialami oleh sang killer. Yang kita hanya tau bahwa seorang killer itu objektifnya satu, ya bunuh orang pengen dapat duit, atau mau balas dendam karena mau berhenti dari kerjaan tapi ga bisa atau semacam nya. Tapi lebih details dari pada itu, sesimple mereka juga bosan dengan pekerjaannya yang setiap hari memiliki rutinitas yang sama kayak orang kantoran pada umumnya, tapi berhasil dijelaskan oleh Fincher dengan method yang rumitnya kayak labirin.
- Artikel Terpuler -
Movie Review: The Killer
Fadhil Raihan Hakim Senin, 27-11-2023 | - Dilihat: 18
Oleh: Fadhil Raihan Hakim
Cerita soal pembunuh bayaran udah sering kita denger dan kita tonton berulang kali. Genre semacam itu sangat bersahabat dengan kita. Tapi bagaimana pembunuh bayaran yang kita kenal punya kapabilitas yang baik punya figur yang perfect melakukan kesalahan kecil dan berujung pada konsekuensi yang berat buat dirinya? kurang lebih premis itu yang di sajikan oleh the killer garapan David Fincher.
Aku sangat setuju it’s not the best movie from Fincher. Bisa aku bilang di antara film fincher ini yang paling membosankan secara plot, film ini sangat linear ga ada belak-beloknya. Tapi satu hal yang bisa dipuji dan terbaik dari film ini ialah treatment narasi yang kuat dan gaya penceritaan yang deep mengenai arc character dari protagonist kita.
Kalau tidak salah hitung, protagonis kita tidak mengeluarkan dialog sama sekali sampai menit ke-20an, dan sisanya juga dilanjutkan oleh narasi. Tapi narasi inilah yang membuat film ini berhasil banget menciptakan suasana kelamnya. Tragic Flaw di film ini clarity nya sangat sangat bold, bagaimana irony dan moral di-deliver dengan clear tanpa ada noise.
Protagonist kita di awal sudah salah dan tidak berhasil membunuh orang yang menjadi misi utamanya. Consequences-nya adalah keluarganya yang di-terror akibat dari kesalahan yang ia buat. Client ga mau tau kalau kamu gagal kamu harus dapat concequences nya. Akhirnya, gara-gara ini film ini mencapai turning point-nya yang sebelumnya misi pembunuhan menjadi misi balas dendam.
Rule nomor 2 dalam tragic flaw “make it central to the story” revenge adalah kata yang langsung keluar di fikiran kita setelah melihat incident itu. Dengan itu mendeclare satu-satunya tujuan protagonist kita adalah mempunish semua orang yang mengganggu keluarganya in the end emang akhirnya mati semua.
Nah, aku suka David Fincher di sini selalu ngasih satu kalimat yang menjadi breadcrumbs yang menimbulkan persepsi apakah protagonist kita akan melakukan kesalahan lagi. Kalimatnya kurang lebih seperti ini “focus on your goal dont improvise”. Kata-kata ini selalu muncul di keadaan yang mendorong dia harus improvisasi.
Narasi yang tampilkan Fincher ini bener-bener medium untuk menuntun kita memahami isi kepala sang protagonist yang ga pernah ngomong lucu kan? The next level film indosiar yang selalu bicara dalam hati kalo kata aku.
Lagi-lagi dengan treatment ini Fincher berhasil memberikan suguhan yang tidak biasa. Dengan cara yang tidak biasa juga diksi “killer” “revenge” itu sudah sangat mudah ditebak menjadi sosok yang presisi dan persistance. Kalo mau doin something di film ini di buat “seakan” persistence tapi nyatanya tidak. kegagalan demi kegagalan yang di-deliver secara elegant sekaligus mendukung protagonist kita ini memenuhi arc-nya itu yang unik apalagi ini disajikan oleh sang maestro David Fincher.
Rule terakhir yaitu chance the change. Ada another principle soal menjadi the killer, yaitu “don't empathize” rule yang selalu diulang-ulang di fikirannya yang in the end. Aku merasa bahwa ini justru menjadi ketakutan killer karena dia sadar dia gampang empati sama orang multitafsir kan? tapi itu hebatnya Fincher. Dari semua runutan yang ada The Killer.
The Brute, The Client, The Lawyer, dan The Expert dia selalu berhasil membunuh orang yang berkaitan erat dengan orang yang melukai pasangannya. Tapi irony-nya orang yang bertanggung jawab atas semua itu akhirnya tidak dibunuh. Ini menarik banget, ini bukan sekedar misi pembalasan dendam tapi jauh lebih deep dibanding itu.
Overall, the Killer menyajikkan dialog batin, konflik batin, dan keresehan apa saja yang dialami oleh sang killer. Yang kita hanya tau bahwa seorang killer itu objektifnya satu, ya bunuh orang pengen dapat duit, atau mau balas dendam karena mau berhenti dari kerjaan tapi ga bisa atau semacam nya. Tapi lebih details dari pada itu, sesimple mereka juga bosan dengan pekerjaannya yang setiap hari memiliki rutinitas yang sama kayak orang kantoran pada umumnya, tapi berhasil dijelaskan oleh Fincher dengan method yang rumitnya kayak labirin.
3 Komentar
2024-11-29 19:06:35
Inmvka
eriacta vein - apcalis north forzest log
2024-11-30 02:32:56
Ljtnxq
гѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓі жµ·е¤–йЂљиІ© - プレドニンジェネリック йЂљиІ© г‚ўг‚ュテイン е‰ЇдЅњз”Ё
2024-12-05 17:49:26
Zsmvwi
crixivan uk - order voltaren gel cheap purchase voltaren gel online
3 Komentar
2024-11-29 19:06:35
Inmvka
eriacta vein - apcalis north forzest log
2024-11-30 02:32:56
Ljtnxq
гѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓі жµ·е¤–йЂљиІ© - プレドニンジェネリック йЂљиІ© г‚ўг‚ュテイン е‰ЇдЅњз”Ё
2024-12-05 17:49:26
Zsmvwi
crixivan uk - order voltaren gel cheap purchase voltaren gel online
Tinggalkan Pesan