• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Mewujudkan Pendidikan Humanis

Akmal Basyir Sabtu, 30-7-2022 | - Dilihat: 75

banner

Oleh: Akmal Basyir

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia, khususnya bagi orang Islam. Sumber utama ajaran Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah, sehingga orang-orang yang berpedoman padanya niscaya akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk memahami ajaran Islam dengan baik, perlu adanya pendidikan  yang baik di setiap sistem dan kurikulum sekolah serta madrasah.

Dalam hidup, manusia sangat membutuhkan pendidikan. Pendidikan, yang sangat dibutuhkan manusia harus mampu membuat manusia selalu siap hidup dalam perubahan. Sehingga manusia mampu menyesuaikan setiap zaman dalam kehidupan dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri serta hidup bersama masyarakat.

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadikan manusia seutuhnya. Maksudnya, taat pada Tuhan, berperilaku baik, berilmu, terampil, sehat jasmani rohani, cakap, mandiri, dan tanggung jawab pada masyarakat dan bangsa.

Untuk mencapai tujuan Pendidikan tersebut, perlu adanya sarana yang mampu mengantarkannya. Sarana yang ada dalam pendidikan tersebut biasa disebut sebagai kurikulum.

Kurikulum adalah sarana untuk mencapai tujuan Pendidikan. Dengan menggunakan kurikulum yang bisa menjadi buku panduan dalam proses pembelajaran pada semua jenis tingkat pendidikan.

Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena itu adalah formulasi yang penting dalam pendidikan. Proses pembuatan kurikulum di dalamnya terdapat aspek keagamaan, norma, nilai, budaya, dan lain sebagainya.

Dengan Pendidikan dan kurikulum diharapkan manusia mampu untuk tidak bersikap egois dalam setiap tindakan. Melalui itu semua diharapkan mampu berperilaku dengan humanis. Konsep sosial-humanis merupakan pemikiran yang terkait dengan perilaku manusia dengan manusia lainnya.

Konsep humanis yang terdapat dalam Islam, bahwa ibadah tidak semata-mata hanya sebatas mahdah. Tetapi juga ghairu mahdah, yaitu kepada manusia serta kepada alam semesta. Apa gunanya seorang muslim melakukan ibadah haji tetapi tidak mengerti esensi haji yang berkaitan dengan perjuangan.

Percuma juga seorang muslim melakukan puasa, zakat, dan shalat tetapi tidak mengetahui nilai hak asasi manusia. Posisi manusia di mata Tuhan adalah sama, dan yang membedakan adalah takwa.

Pendidikan Humanis

Jika merujuk pada al-Qur'an sebagai dasar dari pendidikan Islam yang humanis, barangkali surah al-Ma'un adalah surah yang di antaranya membahas tentang hal tersebut. Arti dari al-Ma'un itu sendiri adalah bantuan yang penting atau suatu hal yang berguna.

Berkaitan dengan penting dan berguna selaras dengan memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Tak perlu membunuh, membuang al-Qur'an atau mencaci maki Tuhan, ketika seorang muslim tidak memberi makan kepada anak yatim dan tidak memberi bantuan kepada siapa yang membutuhkan itu saja sudah mendustakan agama.

Perintah untuk menyempurnakan shalat sebagai amalan berkelanjutan untuk berbuat baik tidak hanya tercantum dalam surah al-Ma'un. Tetapi juga tercantum dalam rukun Islam yaitu zakat. Dalam zakat tidak hanya sekadar membayar menggunakan uang atau menyerahkan beras lalu pulang. Kita juga dilatih untuk memberi secara ikhlas tanpa paksaan, mensucikan harta, dan menyayangi anak yatim.

Dalam tataran negara, Indonesia juga mengharuskan kita untuk berlaku adil, tidak sekehendak bebas, dan menghargai orang lain. Pernyataan tersebut tertuang dalam ideologi pancasila kita.

Dalam agama, terutama agama Islam, beribadah dan menyembah Allah serta taat kepada perintah-Nya adalah hal yang penting. Akan tetapi kepentingannya tidak hanya sampai pada wilayah ritual peribadatan saja. Lebih dari itu, bagaimana cara kita sebagai umat pemeluk agama Islam tidak hanya beribadah di masjid tetapi juga bisa bermanfaat bagi orang lain terutama para kaum yang tertindas. Di sinilah peran penting untuk memahami lebih dalam tentang kaidah dan refleksi terhadap surah al-maun.

Tujuan pendidikan agama Islam adalah dimaksudkan untuk mengusahakan sumber daya manusia yang mempunyai akhlak mulia sehingga bisa patuh kepada Tuhannya dan mampu untuk melaksanakan atau berperilaku adil dan baik kepada makhluk yang lain.

Maka dari itu untuk mewujudkannya membutuhkan peran tenaga pendidik, orang yang bekerja dalam ranah pendidikan memiliki sifat dan sikap humanis. Sehingga selain mengajarkannya melalui materi yang ada di ruang kelas, juga bisa mengajarkan contoh perilaku secara langsung baik di dalam maupun di luar kelas. 

Strategi Perubahan

Selaras dengan perubahan dan perkembangan zaman, pendidikan Islam harus mampu menjadikan dan menghasilkan para lulusan yang mempunyai akhlak baik, iman yang kuat, sikap profesional dan cakap ilmu selain juga untuk persiapan kebutuhan kriteria tenaga kerja. Pendidikan Islam dan muslim harus mampu bersifat dinamis karena manusia dan pendidikan Islam mempunyai fitrah untuk mengetahui sesuatu yang baru.

Dalam praktiknya, Soedjatmoko memberikan arah pandang sebagai berikut. Pertama, para ahli agama harus mampu mencari persoalan dan masalah yang ada di dalamnya. Kemudian ketika ketentuan etis, moral tradisonal tidak mewadahi, seharusnya yang dilakukan adalah penalaran atau ijtihad.

Kedua, harus mampu mencarikan jawaban masalah yang baru saja terjadi dengan prinsip, nilai, dan kaidah sesuai dengan agama dan budaya. Ketiga, harus mampu untuk melepaskan diri dari belenggu kebiasaan yang sudah lama dan tidak relevan dalam memimpin umat dewasa ini.

Pendidikan adalah suatu aktifitas yang bersifat fundamental bagi setiap individu yang lahir. Proses pembelajaran adalah sebagai kegiatan inti dalam proses pendidikan. Untuk membentuk proses pendidikan yang efektif dibutuhkan sikap yang humanis.

Pendidikan agama Islam dimaksudkan untuk membentuk masyarakat yang taat kepada Tuhan dan mampu berbuat kebaikan untuk makhluk yang lain. Mengingat sikap dan sifat humanis yang saat ini hanya pada terori tanpa praktik yang jelas.

Nilai-nilai luhur agama masih dalam tataran yang lebih umum. Masih berbentuk sekolah, kampus, lembaga pendidikan, kementrian agama dan lain sebagainya. Yang dibutuhkan masyarakat adalah bagaimana nilai luhur tersebut dapat bertransformasi menjadi tindakan yang jelas sehingga tidak membuat bingung dalam bersikap.

Tags
1 Komentar
banner

2022-09-26 21:41:30

Ainun

Good

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Mewujudkan Pendidikan Humanis

Akmal Basyir Sabtu, 30-7-2022 | - Dilihat: 75

banner

Oleh: Akmal Basyir

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia, khususnya bagi orang Islam. Sumber utama ajaran Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah, sehingga orang-orang yang berpedoman padanya niscaya akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk memahami ajaran Islam dengan baik, perlu adanya pendidikan  yang baik di setiap sistem dan kurikulum sekolah serta madrasah.

Dalam hidup, manusia sangat membutuhkan pendidikan. Pendidikan, yang sangat dibutuhkan manusia harus mampu membuat manusia selalu siap hidup dalam perubahan. Sehingga manusia mampu menyesuaikan setiap zaman dalam kehidupan dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri serta hidup bersama masyarakat.

Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadikan manusia seutuhnya. Maksudnya, taat pada Tuhan, berperilaku baik, berilmu, terampil, sehat jasmani rohani, cakap, mandiri, dan tanggung jawab pada masyarakat dan bangsa.

Untuk mencapai tujuan Pendidikan tersebut, perlu adanya sarana yang mampu mengantarkannya. Sarana yang ada dalam pendidikan tersebut biasa disebut sebagai kurikulum.

Kurikulum adalah sarana untuk mencapai tujuan Pendidikan. Dengan menggunakan kurikulum yang bisa menjadi buku panduan dalam proses pembelajaran pada semua jenis tingkat pendidikan.

Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena itu adalah formulasi yang penting dalam pendidikan. Proses pembuatan kurikulum di dalamnya terdapat aspek keagamaan, norma, nilai, budaya, dan lain sebagainya.

Dengan Pendidikan dan kurikulum diharapkan manusia mampu untuk tidak bersikap egois dalam setiap tindakan. Melalui itu semua diharapkan mampu berperilaku dengan humanis. Konsep sosial-humanis merupakan pemikiran yang terkait dengan perilaku manusia dengan manusia lainnya.

Konsep humanis yang terdapat dalam Islam, bahwa ibadah tidak semata-mata hanya sebatas mahdah. Tetapi juga ghairu mahdah, yaitu kepada manusia serta kepada alam semesta. Apa gunanya seorang muslim melakukan ibadah haji tetapi tidak mengerti esensi haji yang berkaitan dengan perjuangan.

Percuma juga seorang muslim melakukan puasa, zakat, dan shalat tetapi tidak mengetahui nilai hak asasi manusia. Posisi manusia di mata Tuhan adalah sama, dan yang membedakan adalah takwa.

Pendidikan Humanis

Jika merujuk pada al-Qur'an sebagai dasar dari pendidikan Islam yang humanis, barangkali surah al-Ma'un adalah surah yang di antaranya membahas tentang hal tersebut. Arti dari al-Ma'un itu sendiri adalah bantuan yang penting atau suatu hal yang berguna.

Berkaitan dengan penting dan berguna selaras dengan memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Tak perlu membunuh, membuang al-Qur'an atau mencaci maki Tuhan, ketika seorang muslim tidak memberi makan kepada anak yatim dan tidak memberi bantuan kepada siapa yang membutuhkan itu saja sudah mendustakan agama.

Perintah untuk menyempurnakan shalat sebagai amalan berkelanjutan untuk berbuat baik tidak hanya tercantum dalam surah al-Ma'un. Tetapi juga tercantum dalam rukun Islam yaitu zakat. Dalam zakat tidak hanya sekadar membayar menggunakan uang atau menyerahkan beras lalu pulang. Kita juga dilatih untuk memberi secara ikhlas tanpa paksaan, mensucikan harta, dan menyayangi anak yatim.

Dalam tataran negara, Indonesia juga mengharuskan kita untuk berlaku adil, tidak sekehendak bebas, dan menghargai orang lain. Pernyataan tersebut tertuang dalam ideologi pancasila kita.

Dalam agama, terutama agama Islam, beribadah dan menyembah Allah serta taat kepada perintah-Nya adalah hal yang penting. Akan tetapi kepentingannya tidak hanya sampai pada wilayah ritual peribadatan saja. Lebih dari itu, bagaimana cara kita sebagai umat pemeluk agama Islam tidak hanya beribadah di masjid tetapi juga bisa bermanfaat bagi orang lain terutama para kaum yang tertindas. Di sinilah peran penting untuk memahami lebih dalam tentang kaidah dan refleksi terhadap surah al-maun.

Tujuan pendidikan agama Islam adalah dimaksudkan untuk mengusahakan sumber daya manusia yang mempunyai akhlak mulia sehingga bisa patuh kepada Tuhannya dan mampu untuk melaksanakan atau berperilaku adil dan baik kepada makhluk yang lain.

Maka dari itu untuk mewujudkannya membutuhkan peran tenaga pendidik, orang yang bekerja dalam ranah pendidikan memiliki sifat dan sikap humanis. Sehingga selain mengajarkannya melalui materi yang ada di ruang kelas, juga bisa mengajarkan contoh perilaku secara langsung baik di dalam maupun di luar kelas. 

Strategi Perubahan

Selaras dengan perubahan dan perkembangan zaman, pendidikan Islam harus mampu menjadikan dan menghasilkan para lulusan yang mempunyai akhlak baik, iman yang kuat, sikap profesional dan cakap ilmu selain juga untuk persiapan kebutuhan kriteria tenaga kerja. Pendidikan Islam dan muslim harus mampu bersifat dinamis karena manusia dan pendidikan Islam mempunyai fitrah untuk mengetahui sesuatu yang baru.

Dalam praktiknya, Soedjatmoko memberikan arah pandang sebagai berikut. Pertama, para ahli agama harus mampu mencari persoalan dan masalah yang ada di dalamnya. Kemudian ketika ketentuan etis, moral tradisonal tidak mewadahi, seharusnya yang dilakukan adalah penalaran atau ijtihad.

Kedua, harus mampu mencarikan jawaban masalah yang baru saja terjadi dengan prinsip, nilai, dan kaidah sesuai dengan agama dan budaya. Ketiga, harus mampu untuk melepaskan diri dari belenggu kebiasaan yang sudah lama dan tidak relevan dalam memimpin umat dewasa ini.

Pendidikan adalah suatu aktifitas yang bersifat fundamental bagi setiap individu yang lahir. Proses pembelajaran adalah sebagai kegiatan inti dalam proses pendidikan. Untuk membentuk proses pendidikan yang efektif dibutuhkan sikap yang humanis.

Pendidikan agama Islam dimaksudkan untuk membentuk masyarakat yang taat kepada Tuhan dan mampu berbuat kebaikan untuk makhluk yang lain. Mengingat sikap dan sifat humanis yang saat ini hanya pada terori tanpa praktik yang jelas.

Nilai-nilai luhur agama masih dalam tataran yang lebih umum. Masih berbentuk sekolah, kampus, lembaga pendidikan, kementrian agama dan lain sebagainya. Yang dibutuhkan masyarakat adalah bagaimana nilai luhur tersebut dapat bertransformasi menjadi tindakan yang jelas sehingga tidak membuat bingung dalam bersikap.

Tags
1 Komentar
banner

2022-09-26 21:41:30

Ainun

Good

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech