• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Merawat Taman Kehidupan

Prima Aditya Meinaqi Senin, 8-8-2022 | - Dilihat: 133

banner

Oleh: Prima Aditya Meinaqi

Sejatinya kehidupan adalah taman itu sendiri. Kehidupan layaknya taman yang diisi oleh beranekaragam tumbuhan dengan perbedaan corak yang indah. Tentu bukan sesuatu yang kebetulan atau insidental adanya keanekaragaman corak dalam hidup ini, baik corak Bangsa, corak Kebudayaan, bahkan corak Agama.

Bila dihitung mungkin akan sangat sulit memastikan berapa jumlah corak-corak dalam kehidupan ini, dan banyaknya corak ini bukan untuk dipersempit atau diseragamkan. Biarlah corak ini tumbuh subur dalam taman kehidupan ini untuk menambah keindahannya.

Kadang kala tak semua tumbuhan dalam taman itu tumbuh subur, ada yang terkena penyakit atau mungkin kurang nutrisi sehingga menjadi kering dan akhirnya mati. Ibarat nutrisi bagi tumbuhan, pengetahuan menjadi nutrisi bagi kehidupan. Dengan pengetahuan, kehidupan ini bisa lebih subur, tidak kering, dan terhindar dari penyakit.

Menjadi tugas kita untuk menyuburkannya, dengan membuka seluas-luasnya akses pengetahuan, membuka dialog terbuka untuk saling memahami, dan bahkan menumbuhkan karya-karya kreativitas baru untuk taman kehidupan yang lebih indah. Walaupun memang bukan hal yang mudah, namun penyuburan harus terus diusahakan semaksimal mungkin.

Taman kehidupan ini harus dirawat dengan keterbukaan, dengan saling menyuburkan dan tidak memberangus, dengan usaha bersama menumbuhkan kedamaian dan kemakmuran. Kita tidak mungkin terus hidup dalam taman yang gersang dan membiarkan hancur seiring waktu.

Merawat kehidupan adalah melihat ke depan walaupun sesekali menengok kebelakang sebagai refleksi langkah. Bergerak dalam proses menemukan tumbuhan subur baru yang memberikan harapan kehidupan yang lebih baik.

Kita tentu banyak melihat fenomena yang bagi orang-orang berpikir akan memicu kegelisahan. Hal ini terjadi sangat dekat dengan kita atau bahkan kita sendiri. Bagaimana masih banyak masalah ekonomi, sosial bahkan krisis kebudayaan.

Hal-hal ini yang membuat taman ini, kehidupan kita layaknya tanaman kering yang mudah terbakar bahkan dengan terik matahari. Dan pada akhirnya yang muncul hanyalah perselisihan kosong tanpa solusi, pecah perang yang menyebabkan penderitaan panjang bagi kita sendiri.

Namun kita tak mungkin hanya berdiam diri, mengeluhkan kenyataan, dan berharap juru selamat akan datang dari langit. Kita sendirilah juru selamat itu, juru selamat bagi diri kita, dan bagi kehidupan kita bersama. Menjadi perawat kehidupan yang memiliki keluasan berfikir, keluasan jiwa, dan tentu keluasan hati.

Tak mudah memang menemukan pikiran, jiwa, dan hati yang luas. Berawal dari diri kita adalah langkah paling mudah untuk mewujudkannya dan meyelaraskan dengan kehidupan bersama.

Terkadang kehidupan memang berseliweran riuh-rendah ego, ambisi, sampai kompetisi. Semua itu diperlukan adanya bukan untuk dimatikan tapi dijaga nyalanya agar tak membakar sekitar.

Layaknya mesin yang bekerja karena adanya nyala api pada piston yang dikendalikan sehingga mejadikannya energi gerak yang bisa menggerakkan kemana saja kita ingin menuju.

Mungkin menjadi hal yang baik bila kita sejenak menaruh semua atribut diri kita, mulai dari ego sampai ambisi untuk sejenak memikirkan taman kita bersama. Taman hakikatnya adalah tempat yang menyenangkan dan menggembirakan, tentu harus kita rawat dengan cara yang menyenangkan dan menggembirakan pula.

Ada hama kecil kita singkirkan pelan-pelan, tidak langsung menyalakan api dan membakarnya. Justru ini yang akan membakar taman ini. Merawat Kehidupan adalah merawat kegembiraan bersama.

Tags
2 Komentar
banner

2022-08-08 10:06:39

Mumu

Menentramkan

banner

2022-08-08 16:35:11

Er

Mencerahkan akal budi. Tulisan yg keren!

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Merawat Taman Kehidupan

Prima Aditya Meinaqi Senin, 8-8-2022 | - Dilihat: 133

banner

Oleh: Prima Aditya Meinaqi

Sejatinya kehidupan adalah taman itu sendiri. Kehidupan layaknya taman yang diisi oleh beranekaragam tumbuhan dengan perbedaan corak yang indah. Tentu bukan sesuatu yang kebetulan atau insidental adanya keanekaragaman corak dalam hidup ini, baik corak Bangsa, corak Kebudayaan, bahkan corak Agama.

Bila dihitung mungkin akan sangat sulit memastikan berapa jumlah corak-corak dalam kehidupan ini, dan banyaknya corak ini bukan untuk dipersempit atau diseragamkan. Biarlah corak ini tumbuh subur dalam taman kehidupan ini untuk menambah keindahannya.

Kadang kala tak semua tumbuhan dalam taman itu tumbuh subur, ada yang terkena penyakit atau mungkin kurang nutrisi sehingga menjadi kering dan akhirnya mati. Ibarat nutrisi bagi tumbuhan, pengetahuan menjadi nutrisi bagi kehidupan. Dengan pengetahuan, kehidupan ini bisa lebih subur, tidak kering, dan terhindar dari penyakit.

Menjadi tugas kita untuk menyuburkannya, dengan membuka seluas-luasnya akses pengetahuan, membuka dialog terbuka untuk saling memahami, dan bahkan menumbuhkan karya-karya kreativitas baru untuk taman kehidupan yang lebih indah. Walaupun memang bukan hal yang mudah, namun penyuburan harus terus diusahakan semaksimal mungkin.

Taman kehidupan ini harus dirawat dengan keterbukaan, dengan saling menyuburkan dan tidak memberangus, dengan usaha bersama menumbuhkan kedamaian dan kemakmuran. Kita tidak mungkin terus hidup dalam taman yang gersang dan membiarkan hancur seiring waktu.

Merawat kehidupan adalah melihat ke depan walaupun sesekali menengok kebelakang sebagai refleksi langkah. Bergerak dalam proses menemukan tumbuhan subur baru yang memberikan harapan kehidupan yang lebih baik.

Kita tentu banyak melihat fenomena yang bagi orang-orang berpikir akan memicu kegelisahan. Hal ini terjadi sangat dekat dengan kita atau bahkan kita sendiri. Bagaimana masih banyak masalah ekonomi, sosial bahkan krisis kebudayaan.

Hal-hal ini yang membuat taman ini, kehidupan kita layaknya tanaman kering yang mudah terbakar bahkan dengan terik matahari. Dan pada akhirnya yang muncul hanyalah perselisihan kosong tanpa solusi, pecah perang yang menyebabkan penderitaan panjang bagi kita sendiri.

Namun kita tak mungkin hanya berdiam diri, mengeluhkan kenyataan, dan berharap juru selamat akan datang dari langit. Kita sendirilah juru selamat itu, juru selamat bagi diri kita, dan bagi kehidupan kita bersama. Menjadi perawat kehidupan yang memiliki keluasan berfikir, keluasan jiwa, dan tentu keluasan hati.

Tak mudah memang menemukan pikiran, jiwa, dan hati yang luas. Berawal dari diri kita adalah langkah paling mudah untuk mewujudkannya dan meyelaraskan dengan kehidupan bersama.

Terkadang kehidupan memang berseliweran riuh-rendah ego, ambisi, sampai kompetisi. Semua itu diperlukan adanya bukan untuk dimatikan tapi dijaga nyalanya agar tak membakar sekitar.

Layaknya mesin yang bekerja karena adanya nyala api pada piston yang dikendalikan sehingga mejadikannya energi gerak yang bisa menggerakkan kemana saja kita ingin menuju.

Mungkin menjadi hal yang baik bila kita sejenak menaruh semua atribut diri kita, mulai dari ego sampai ambisi untuk sejenak memikirkan taman kita bersama. Taman hakikatnya adalah tempat yang menyenangkan dan menggembirakan, tentu harus kita rawat dengan cara yang menyenangkan dan menggembirakan pula.

Ada hama kecil kita singkirkan pelan-pelan, tidak langsung menyalakan api dan membakarnya. Justru ini yang akan membakar taman ini. Merawat Kehidupan adalah merawat kegembiraan bersama.

Tags
2 Komentar
banner

2022-08-08 10:06:39

Mumu

Menentramkan

banner

2022-08-08 16:35:11

Er

Mencerahkan akal budi. Tulisan yg keren!

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech