Menjadikan Masjid Lebih Menarik

Raychan Assabiq Rabu, 10-5-2023 | - Dilihat: 2

Oleh: Raychan Assabiq

Dekade trakhir ini masjid-masjid lebih sering dikunjungi oleh orang-orang tua dibandingkan pemuda, itupun hanya melaksanakan sholat wajib lima waktu dan di selingi dengan kajian keislaman seminggu sekali yang hanya sebagai objek kajian semata, bukan instrumen pemikiran yang berarti bagi pembaharuan Islam.

Berkaca dari baginda Rasulullah Saw, dahulu ketika beliau dan para sahabat mendirikan masjid Nabawi bukan hanya untuk melakukan ritual ibadah saja melainkan masjid sebagai tempat musyawarah bahkan dijadikan istana negara yang di pimpin langsung oleh baginda Rasulullah Saw, apapun masalah yang sekiranya harus di musyawarahkan kembali ke masjid.

Menjadi  sebuah pertanyaan besar mengapa sekarang fungsi masjid terlalu di kredilkan untuk melakukan ritual ibadah dan kajian saja, tidak menutup kemungkinan apabila anggapan orang-orang bahwa masjid hanya tempat ibadah saja bukan untuk nongkrong dan berdiskusi, tak heran jika pemuda lebih memilih cofeeshop untuk sekedar nongkrong daripada di masjid

Penulis sebagai pemuda pun merasakan bahwasanya nongkrong di cofeeshop lebih nyaman daripada di masjid karena masjid kurang menfasilitasi untuk kami para pemuda untuk menikmati kopi dan berdiskusi agar lebih nyaman, maka dari itu masjid-masjid harus berupaya untuk terlihat lebih menarik sehingga dapat dikunjungi oleh semua kalangan dan bukalah masjid selama 24 jam seperti cofeeshop, “bagaimana mau ngopi dan berdiskusi di masjid, jika setelah sholat isya masjid ditutup dan di kunci rapat” ujar para pemuda yang suka ngopi sampai larut malam.

Akan menjadi diskursus apabila masjid-masjid selain menjadi tempat ibadah juga menjadi tempat ngopi para pemuda, bayangkan sehabis ngopi dan berdiskusi kita tidur sejenak lalu dilanjutkan bangun sepertiga malam lalu di lanjutkan sholat subuh.

Sudah tidak asing lagi kita sering mendengar penceramah yang mengkhawatirkan apabila masjidnya sepi dan orangnya itu melulu dan seringkali menyalahkan  cofeeshop karena lebih ramai dikunjungi pemuda daripada masjid, mari kita berkaca bersama, bahwa pemuda sekarang lebih suka nongkrong berdiskusi, ngopi bermain game dll, inilah yang disebut Gen-z

Sebenarnya tidak perlu koar-koar dan menyalahkan para pemuda karena jarang kemasjid, masjidlah yang harus membikin pemuda tertarik agar mreka datang ke masjid, adakanlah kajian khusus pemuda dan disitu ada objek yang disukai anak muda gen-z.  misalkan pada suka musik, panggilah seorang penceramah sepesialis gen-z sekaligus di iringi musik-musik(konser) yang memeriahkan suasana pengajian

Musik bisa dijadikan metode berdakwah agar anak muda lebih tertarik mengikuti kajian di masjid, dakwah dibagi menjadi dua konten dan konteks, konten adalah pembahasan intinya atau yang disampaikan oleh penceramah. Sedangkan konteks adalah metode dakwah agar orang tertarik untuk menghadiri kajian dan pembahasanya pun jangan terlalu berat cukup mengangkat masalah gen-z dan cara untuk mengatasinya, banyak pemuda sekarang yang sering mengalami overthinking solusinya kajian stoikisme misal seperti itu, tema-tema yang diangkat juga sesuai kondisi para pemuda-pemudi kita, jadi mererka punya tempat pelarian yang tepat yaitu masjid, bukan lagi pergi ke bar dan mabuk-mabukan untuk menenangkan pikiran

Apapun Masalahnya Masjid Solusinya

Teknologi semakin berkembang hiruk pikuk kendaraan lalulalang dijalan raya sesekali berhenti sekedar menjalankan kewajiban dan istirahat sejenak kemana lagi kalua bukan dimasjid solusinya, apalagi terdapat teh hangat atau kopi sebagai salah satu fasilitas masjid kepada para musafir, jadi masjid yang buka 24 jam sangatlah menjadi solusi, bukan malah ditempeli tulisan “dilarang tidur di masjid”

Justru masjid adalah ruang aman untuk beristirahat sekaligus sambal menunggu waktu sholat sambo; menikmati segelas kopi hangat yang di sediakan di masjid untuk para musafir dan bagi siapapun yang berkeinginan untuk menikmati segelas kopi dan sambal menunggu waktu sholat.

Masjid menjadi manfaat terutama bagi orang-orang sekitar berikut manfaatnya:

Pertama, masjid sebagai upaya untuk meningkatkan ekonomi dan umkm, hal ini bisa sangat terlaksana apabila pedang-pedagang yang bejualan di persilahkan untuk berdagang  di sekitar masjid lantaran saling menguntungkan antara jamaah dan pedagang

Kedua, masjid sebagai pusat diskusi dan musyawarah banyak sekali masalah di negeri kita terutama masalah kemiskinan dan ketimpangan sosial, hal ini bis akita musyawarahkan di masjid sekaligus memberikan solusinnya, seminggu sekali memberikan sembako tapi dengan syarat melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid, karena pedagang sayur di pasar dari sebelum subuh sudah standy di lokasi

Ketiga, sebagai instrumen pembaharuan bukan hanya terfokus pada objek kajian semata.

Harapan besar penulis dan sebagai salah satu pemuda yang merasakan keresahan semoga dari masjid kita bangkit dan menumbuhkan kebermanfaatan bagi umat, marilah bersama-sama menciptakan kemesraan di masjid, saling tolong-menolong sesame umat manusia, karena sejatinya kebaikan yang kita lakukan akan kembali ke diri kita semuanya tergantung kuasa Allah SWT. Wallahualam

_____

Raychan Assabiq, Mahasiswa S1 Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.