• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Mengingat Kebesaran Allah

Abdur Rauf Rabu, 5-1-2022 | - Dilihat: 57

banner

Oleh: Abdur Rauf

Bismillah. Mengawali tulisan ini, saya kutip firman Allah: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”, (QS. 3: 190). Pada ayat ini ditegaskan bahwa hanya orang-orang berakal yang dapat mengambil pelajaran (ibrah) dari momen penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam itu.

Keberadaan langit dan bumi sebagai wujud kemegahan dan kekuasaan bagi yang menciptakan. Betapa kuasanya Dia yang menciptakan hamparan alam yang terbentang luas ini. Langit yang kokoh ditinggikan dan bumi yang luas dihamparkan membikin kita takjub atas penciptaan ini. Mahakarya yang sungguh-sungguh dahsyat, yang tidak ada satu pun mampu menandingi kebesaran dan kemegahannya.

Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi untuk kehidupan makhluk-makhluk-Nya. “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu”, (QS. 3: 189). Maka, adalah suatu kedurhakaan yang besar, jika ada di anatara hamba-hamba-Nya yang mengingkari keberadaan-Nya. Dzat-Nya memang tak terjangkau oleh indra kita yang serba terbatas ini, tapi setidaknya kita bisa merasakan kehadiran-Nya lewat mahakarya-Nya yang terbentang luas di jagat raya ini.

Oleh sebab itu, orang-orang yang berakal sajalah yang dapat melihat dan merasakan tanda-tanda kebesaran-Nya. Orang-orang yang berakal sajalah yang dapat mengambil ibrah atas semua kejadian ini. “Yaitu, orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.”, (QS. 3: 191).

Dalam setiap kondisi, hendaknya kita tak melupakan betapa agungnya nikmat-nikmat Allah yang dianugerahkan-Nya untuk kita. Sebagai wujud syukur kita, semestinya hidup kita sepenuhnya haruslah diorientasikan dalam rangka berbakti, mengabdi, dan beribadah hanya kepada-Nya. Bukankah yang demikian itu adalah tujuan penciptaan kita sebagai manusia? “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”, (QS. 51: 56).

Kezaliman terbesar yang dilakukan umat manusia adalah menjadikan yang lain sebagai tempat pengabdian dan peribadatan selain Allah. Betapa kufurnya tingkah manusia tersebut. Mereka lupa dari mana ia berasal dan di tempat milik siapa ia hidup dan mencari kehidupan. Bagaimana akan mempertanggungjawabkan kekufuran ini di hadapan-Nya kelak. Ingatlah, kita semua akan kembali kepada-Nya dan akan dihisab segala amal perbuatan kita di hadapan-Nya.

Renungkan dan resapilah pesan Luqman kepada anaknya ini: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’, (QS. 31: 13). Inilah pesan utama yang tidak boleh kita abaikan. Sebab, keimanan dan ketaatan kita kepada Allah adalah kunci kemenangan dan keberuntungan kita di dunia dan akhirat. Sampaikan pula pesan ini kepada siapa pun dan di mana pun, lebih-lebih lagi kepada karib kerabat kita.

***

Hanya orang-orang berakal sajalah yang dapat mengambil pelajaran pada momen-momen pergantian malam dan siang. Malam dan siang menandakan perubahan dan pergantian waktu. Hal ini mengingatkan kita betapa berharganya setiap detik waktu itu. Detik demi detik waktu yang berlalu tidak boleh kita sia-siakan. Sebab, sebagaimana kata pepatah yang sering kita dengar: “Waktu itu ibarat pedang, kalau engkau tidak menggunakannya dengan baik, maka ia akan memotongmu. Dan jika kamu tidak menyibukkan jiwamu dengan kebenaran, maka ia akan menyibukkan jiwamu dengan kebatilan”.

Demikian juga yang termuat dalam QS. Al-‘Ashr: “Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”, (QS. 103: 1-3). Betapa pentingnya waktu itu sehingga Allah pun bersumpah dengannya. Oleh sebab itu, tidakkah kita memperhatikannya? Momen-momen pergantian waktu itu hendaknya kita jadikan sebagai kesempatan untuk mengevaluasi (muhasabah) dan bertafakur diri.

Sudahkah kita mengisi waktu-waktu itu dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat? Aktivitas-aktivitas yang kita kerjakan dapat dikatakan bermanfaat jika dalam melakukannya disertai dengan iman. Iman menjadi dasar bernilai atau tidaknya suatu aktivitas yang kita kerjakan. Sebab, aktivitas yang disertai iman itulah yang menjadi amal saleh kita. Jika setiap yang kita kerjakan tidak disertai iman, maka belum dapat dikatakan sebagai amal saleh. Maka, rugilah segala sesuatu yang kita kerjakan itu jika ia kosong dari iman. Itulah mengapa, di dalam banyak ayat Al-Qur’an sering kita temukan kata iman selalu digandeng dengan amal saleh.

Semoga ini menjadi bahan renungan kita. Momentum pergantaian malam dan siang, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun, jangan kita lalaikan tanpa muhasabah dan bertafakur diri. Berupayalah untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari masa ke masa. Mantapkan iman dan istikamah dalam beramal saleh. ‘Aidh Al-Qarni dalam buku La Tahzan mengutip perkataan salah seorang ulama salaf: “Wahai anak Adam, hidupmu itu tiga hari saja: Hari kemarin yang telah berlalu, hari esok yang belum datang, dan hari ini di mana Anda harus bertakwa kepada Allah”.

Oleh sebab itu, tak ada gunanya kita membangga-banggakan masa lalu atau menangisi keadaan-keadaan masa lalu, dan tak ada gunanya juga kita memperpanjang angan-angan dan khayalan atau memperbanyak kecemasan di masa-masa yang akan datang. Sesungguhnya kita hidup hanya pada hari ini saja, hari inilah milik kita. Maka, gunakan kesempatan hidup hari ini dengan banyak-banyak memohon ampunan Allah dan beramal saleh. Ingatlah pesan ini: “Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore. Dan jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi”. Bangkit dan optimislah, berbuatlah semaksimal mungkin dan fokuslah dalam melakukan kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat untuk hidup serta kehidupan kita.

Selamat tahun baru 2022!

 

 

 

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Mengingat Kebesaran Allah

Abdur Rauf Rabu, 5-1-2022 | - Dilihat: 57

banner

Oleh: Abdur Rauf

Bismillah. Mengawali tulisan ini, saya kutip firman Allah: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”, (QS. 3: 190). Pada ayat ini ditegaskan bahwa hanya orang-orang berakal yang dapat mengambil pelajaran (ibrah) dari momen penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam itu.

Keberadaan langit dan bumi sebagai wujud kemegahan dan kekuasaan bagi yang menciptakan. Betapa kuasanya Dia yang menciptakan hamparan alam yang terbentang luas ini. Langit yang kokoh ditinggikan dan bumi yang luas dihamparkan membikin kita takjub atas penciptaan ini. Mahakarya yang sungguh-sungguh dahsyat, yang tidak ada satu pun mampu menandingi kebesaran dan kemegahannya.

Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi untuk kehidupan makhluk-makhluk-Nya. “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu”, (QS. 3: 189). Maka, adalah suatu kedurhakaan yang besar, jika ada di anatara hamba-hamba-Nya yang mengingkari keberadaan-Nya. Dzat-Nya memang tak terjangkau oleh indra kita yang serba terbatas ini, tapi setidaknya kita bisa merasakan kehadiran-Nya lewat mahakarya-Nya yang terbentang luas di jagat raya ini.

Oleh sebab itu, orang-orang yang berakal sajalah yang dapat melihat dan merasakan tanda-tanda kebesaran-Nya. Orang-orang yang berakal sajalah yang dapat mengambil ibrah atas semua kejadian ini. “Yaitu, orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.”, (QS. 3: 191).

Dalam setiap kondisi, hendaknya kita tak melupakan betapa agungnya nikmat-nikmat Allah yang dianugerahkan-Nya untuk kita. Sebagai wujud syukur kita, semestinya hidup kita sepenuhnya haruslah diorientasikan dalam rangka berbakti, mengabdi, dan beribadah hanya kepada-Nya. Bukankah yang demikian itu adalah tujuan penciptaan kita sebagai manusia? “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”, (QS. 51: 56).

Kezaliman terbesar yang dilakukan umat manusia adalah menjadikan yang lain sebagai tempat pengabdian dan peribadatan selain Allah. Betapa kufurnya tingkah manusia tersebut. Mereka lupa dari mana ia berasal dan di tempat milik siapa ia hidup dan mencari kehidupan. Bagaimana akan mempertanggungjawabkan kekufuran ini di hadapan-Nya kelak. Ingatlah, kita semua akan kembali kepada-Nya dan akan dihisab segala amal perbuatan kita di hadapan-Nya.

Renungkan dan resapilah pesan Luqman kepada anaknya ini: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’, (QS. 31: 13). Inilah pesan utama yang tidak boleh kita abaikan. Sebab, keimanan dan ketaatan kita kepada Allah adalah kunci kemenangan dan keberuntungan kita di dunia dan akhirat. Sampaikan pula pesan ini kepada siapa pun dan di mana pun, lebih-lebih lagi kepada karib kerabat kita.

***

Hanya orang-orang berakal sajalah yang dapat mengambil pelajaran pada momen-momen pergantian malam dan siang. Malam dan siang menandakan perubahan dan pergantian waktu. Hal ini mengingatkan kita betapa berharganya setiap detik waktu itu. Detik demi detik waktu yang berlalu tidak boleh kita sia-siakan. Sebab, sebagaimana kata pepatah yang sering kita dengar: “Waktu itu ibarat pedang, kalau engkau tidak menggunakannya dengan baik, maka ia akan memotongmu. Dan jika kamu tidak menyibukkan jiwamu dengan kebenaran, maka ia akan menyibukkan jiwamu dengan kebatilan”.

Demikian juga yang termuat dalam QS. Al-‘Ashr: “Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”, (QS. 103: 1-3). Betapa pentingnya waktu itu sehingga Allah pun bersumpah dengannya. Oleh sebab itu, tidakkah kita memperhatikannya? Momen-momen pergantian waktu itu hendaknya kita jadikan sebagai kesempatan untuk mengevaluasi (muhasabah) dan bertafakur diri.

Sudahkah kita mengisi waktu-waktu itu dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat? Aktivitas-aktivitas yang kita kerjakan dapat dikatakan bermanfaat jika dalam melakukannya disertai dengan iman. Iman menjadi dasar bernilai atau tidaknya suatu aktivitas yang kita kerjakan. Sebab, aktivitas yang disertai iman itulah yang menjadi amal saleh kita. Jika setiap yang kita kerjakan tidak disertai iman, maka belum dapat dikatakan sebagai amal saleh. Maka, rugilah segala sesuatu yang kita kerjakan itu jika ia kosong dari iman. Itulah mengapa, di dalam banyak ayat Al-Qur’an sering kita temukan kata iman selalu digandeng dengan amal saleh.

Semoga ini menjadi bahan renungan kita. Momentum pergantaian malam dan siang, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun, jangan kita lalaikan tanpa muhasabah dan bertafakur diri. Berupayalah untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari masa ke masa. Mantapkan iman dan istikamah dalam beramal saleh. ‘Aidh Al-Qarni dalam buku La Tahzan mengutip perkataan salah seorang ulama salaf: “Wahai anak Adam, hidupmu itu tiga hari saja: Hari kemarin yang telah berlalu, hari esok yang belum datang, dan hari ini di mana Anda harus bertakwa kepada Allah”.

Oleh sebab itu, tak ada gunanya kita membangga-banggakan masa lalu atau menangisi keadaan-keadaan masa lalu, dan tak ada gunanya juga kita memperpanjang angan-angan dan khayalan atau memperbanyak kecemasan di masa-masa yang akan datang. Sesungguhnya kita hidup hanya pada hari ini saja, hari inilah milik kita. Maka, gunakan kesempatan hidup hari ini dengan banyak-banyak memohon ampunan Allah dan beramal saleh. Ingatlah pesan ini: “Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore. Dan jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi”. Bangkit dan optimislah, berbuatlah semaksimal mungkin dan fokuslah dalam melakukan kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat untuk hidup serta kehidupan kita.

Selamat tahun baru 2022!

 

 

 

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech