Memegang Suluh Merawat Ingatan
Devi Adriyanti Selasa, 30-5-2023 | - Dilihat: 68
Oleh: Devi Adriyanti
Sarang building dan Maarif institute mengadakan acara mengenang setahun meninggalnya Buya Ahmad Syafii Maarif. Acara ini merangsang imajinasi dan mengingatkan kita akan kenangan-kenangan tentang buya ASM. Salah satu acara yang sangat relevan dengan orang-orang yang peduli dalam merawat gagasan dan pemikiran buya ASM adalah memori itu sendiri yang terus memanggil kita.
Cara terbaik untuk merawatnya adalah dengan membangun narasi-narasi tentang pemikiran dan teladan dalam laku harian buya ASM melalui tulisan-tulisan bak jamur ketika berita berpulangnya Buya ASM sudah tersebar.
Kompas, pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2022 menampilkan latar hitam sebagai tanda belasungkawa, luka mendalam. Satu foto besar Ahmad Syafii Maarif serta tulisan yang berjudul ‘Nyala Abadi Suluh Bangsa”.
Judul ini kemudian menjelma menjadi sebuah buku obituari yang melibatkan hampir 50 orang penulis terbaik. Begitu juga buku kedua yang diterbitkan oleh Ib.Times yang berjudul ‘Ahmad Syafii Maarif Guru Bangsa Penembus Batas’ melibatkan sekitar lebih kurang 40 orang penulis.
Selain itu, ada juga buku yang ditulis oleh Riki Dhamparan Putra sastrawan yang terbit pada awal tahun 2022 yang berjudul ‘Berdiang di Perapian Buya Ahmad Syafii Maarif yang berisikan puisi dan kumpulan tulisan reflektifnya tentang pemikiran beliau.
Dari ketiga judul buku ini, terlihat bahwa tulisan para intelektual dan aktivis, jurnalis dan lainnya dalam mengenang buya mereka menuliskan dari tiga sudut pandang:
- Buya sebagai intelektual dan cendikiawan muslim Indonesia yang diakui sebagai guru bangsa.
- Buya sebagai seorang pejuang yang menuliskan kata-kata dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
- Buya sebagai sosok yang tetap bersinar meskipun jasadnya sudah tiada, tapi berhasil memberikan kesadaran kepada kita untuk melihat ketidaksesuaian antara harapan dan realitas sehari-hari dalam berbangsa, beragama dan bermasyarakat.
Buya adalah contoh teladan bagi kita semua, serta bagi siapapun yang memahami pemikiran dan tindakan nyata beliau di Indonesia ini.
Melalui acara ini kita diingatkan agar tidak lengah atau lupa akan cita-cita yang ditanamkan oleh buya ASM. Tugas besar kita sekarang adalah merawat dan melanjutkan benih-benih yang telah beliau tanamkan. Hal ini memerlukan upaya yang besar.
Kita perlu mencari cara untuk menerapkannya dalam perilaku sehari-hari kita, serta menjadikan pemikiran beliau sebagai teladan dengan kehati-hatian yang tinggi. Seperti yang telah diperlihatkan oleh beliau dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hingga akhir hayat beliau.
Perbuatan buya ASM tidak dapat dipisahkan dari pengalaman hidupnya yang luar bisa. Buya banyak melewati berbagai tikungan tajam dalah hidupnya. Dari pengalaman tersebut. beliau berhasil berdamai dengan realitas kehidupan tersebut, sehingga pemikiran progresif lahir dari dalam dirinya.
Ke-Islaman, kemanusiaan, ke-Indonesiaan dan kemuhammadiyahan serta Keminangkabauan yang sangat melekat pada diri buya ASM mencerminkan beliau tidak pernah terlepas dari empat aspek tersebut.
Hal ini terbukti dalam perhatian beliau terhadap persoalan bangsa, seperti ketidakadilan, kemiskinan, persoalan-persoalan lainnya yang mendominasi kaum miskin. Buya tidak pernah lengah dan kemudian lahirlah gagasan pluralisme agama yang dikaitkan dengan nilai-nilai cinta kasih. Buya paham bahwa persoalan politik agama sangat rentan di Indonesia.
Kepergian buya ASM mencerminkan betapa negara dan bangsa kehilangan sosok yang kuat dan berani dalam menyampaikan gagasan serta tidak takut dalam memberikan kritik. Tidak heran jika bangsa Indonesia merasakan luka yang mendalam ketika beliau pergi meninggalkan negeri ini.
Tanpa disadari, orang-orang yang mengenalnya menulis obituari dari berbagai perspektif sesuai dengan pengalaman mereka ketika berinteraksi dengan buya ASM atau membaca karya-karyanya. Tulisan-tulisan ini seperti muncul dengan sukarela dalam menuliskan obituari di media sosial, yang menggambarkan betapa sedihnya hati kehilangan sosok yang sangat berarti bagi masyarakat, terutama kegelisahan beliau dalam membela kaum tertindas, miskin dan didominasi. Buya adalah sosok yang berani memperjuangkan mereka semua.
Jika kita melihat masa kecil Buya ASM, beliau dibesarkan dalam keluarga yang kurang mampu. Namun, keterbasannya tersebut tidak menghentikan semangatnya dalam berjuang dan beliau juga tidak menjadi orang yang dendam terhadap kemiskinan.
Saya melihat bahwa rasa dendam terhadap kemiskinan merupakan bagian yang menakutkan dalam kehidupan. Banyak orang memanfaatkan penderitaan orang lain untuk meraup keuntungan. Seperti korupsi bantuan untuk orang yang terkena bencana. Itu ungkapan beliau yang dituliskan oleh salah satu penulis dalam buku Ahmad Syafii Maarif Guru Bangsa Penembus Batas.
Keberadaan buya ASM sebagai sosok yang kokoh, menjadi menara besar yang menyediakan energi bagi siapapun yang membutuhkannya, bahkan tanpa diminta. Buya mencerminkan hal ini dengan ungkapan, “kebencian atau dendam adalah mentalitas terjajah atau jongos yang diidap oleh sebagian dari kita”.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh salah satu penulis di dalam dua buku tersebut, dendam adalah sikap orang yang merasa kalah. Kekalahan-kekalahan ini mendorong mereka untuk melakukan apapun dan bahkan membenarkan segala cara demi mencapai tujuan mereka.
Dalam ungkapan ini, Buya ASM tampaknya mengkritik masalah yang sangat mendasar dalam kehidupan sehati-hari. Penguasa yang kuat dan sewenang-wenang, yang mendominasi orang lain karena dia dominan, yang kaya menindas yang miskin dan yang pintar memanfaatkan yang bodoh. Seharusnya, yang kuat membela yang lemah, yang dominan memberikan rasa aman, yang kaya berbagi rejeki dan yang cerdas menjadi tempat untuk bertanya dan belajar.
Kalau di Minangkabau ada ungkapan begini, Yang kayo tampaik batenggang, nan bakuaso tampaik balinduang, nan santiang tampek baraja jo batanyo. Yang tidak boleh berlaku adalah apa yang terkandung dalam ungkapan kok kayo inyo aden ndak maminta, kok santiang aden indak ka batanyo. Ini adalah ungkapan orang sombong dan tak mau mengakui kekurangan.
Dengan kesederhanaan beliau, beliau berani saja berkata langsung kepada calon istrinya si kembang desa itu soal kesiapan menjadi istri orang yang tidak jelas penghasilannya dan hidup di negeri orang pula. Sangat gentlement memang. Dengan kesederhanaan ini pula buya ASM mampu membawa pengetahuan yang dimilikinya hingga ke akhir hayatnya, seperti yang diungkapkan oleh Hand Firdaus.
Bagi Buya, pengetahuan bukanlah semata-mata tentang performance dari satu workshop ke workshop lainnya. Pengetahuan merupakan alat untuk menjalin komunikasi yang baik dengan negara untuk terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kemarin setahun sudah beliau pergi untuk selamanya, kita semua merasakan kesedihan itu. Saya sebagai saksi hidup masih membayangkan dan merasakan wajah-wajah sedih umat di Masjid Gedhe Kauman. Menunggu kedatangan Presiden Jokowi umat memang duduk berkelompok-kelompok.
Semua golongan hadir disana, anak muda (NU dan Muhammadiyah), Katolik, dan kristen, sampai beberapa orang biksu hadir sampai jenazah beliau dibawa ambulance ke pemakaman husnul khatimah milik Muhammadiyah di Nanggulan Kulon Progo.
Ini adalah suatu bukti bahwa gagasan Buya ASM beliau bawa sampai ke liang lahat. Pemikiran buya ASM yang melahirkan toleransi, pluralisme, dan HAM tetap terasa meski saat beliau sudah meninggal dunia. Semua kalangan itu berkumpul di Masjid Gedhe Kauman dan orang-orang itu mencintai buya dan bersama-sama mengantarkan beliau ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Buya dicintai semua kalangan, terutama kaum intelektual muda. Sebagai orang tua beliau tidak pernah merasa menghambat semangat generasi muda. Beliau tidak bersaing dengan anak muda, malah menjadi teman diskusi jadi tidak ada dalam agenda buya pertarungan antara kaum tua dan kaum muda
Buya sangat menghargai kesetaraan, seperti yang digambarkan oleh Hamid dalam tulisan senyum sang mujahid. Beliau menghargai perbedaan. Bahkan dengan senang mendorong generasi muda untuk selalu bersekolah dan melahirkan karya-karya, bahkan kalau perlu beliau sendiri yang memberikan rekomendasi.
Alasan beliau sederhana otak akan menjadi tajam jika selalu diasah, dan akan tumpul jika dibiarkan. Buya dengan tidak sengaja menciptakan dengan membangun ruang publik menjadi masjid Nogotirto sebagai ruang publik itu untuk tempat bertemu dan berdialog dengan semua orang tanpa pandang bulu.
Saya sangat menghargai terbitnya buku-buku ini. buya adalah seseorang yang berhasil mendidik dirinya sendiri, sehingga apa yang beliau katakan menjadi kuat dan terpatri dalam diri serta diwujudkan oleh beliau. Oleh karena itu, ide dan gagasan buya tidak pernah tergoyahkan oleh perubaha rezim sampai akhir hayatnya.
Akhirnya saya menyimpulkan bahwa catatan-catatan sejarah mengenai sosok seorang manusia yang memiliki wawasan dan pengetahuan, jika dituliskan kembali, maka yang paling diingat dan dikenang adalah nilai-nilai etika manusia. Teladan dalam sikap dan kokoh sebagai akademisi serta kaum intelektual dan tidak punya hasrat besar untuk menjadi penguasa.
Mungkin yang menjadi pertanyaan besar dalam diri saya adalah, Buya adalah panggilan orang siak di kampung saya, bagaimana cara beliau mengajar dan mendidik keluarga dalam masalah-masalah keagamaan? Misalkan bagaimana cara beliau mendidik Hafiz sholat dan mendampingi Hafiz saat peralihan masa anak-anak ke masa remaja (masa-masa pubernya) dan bagaimana cara beliau bernegosiasi dengan Hafiz ketika Hafiz menentukan pilihan-pilihan hidupnya, dan bagaimana peran Umi ketika terjadi perbedaan pendapat diantara beliau.
Ini yang belum saya temukan dituliskan orang. Dengan kata lain, saya masih terus mencari bahan bacaan dan informasi yang bisa mengungkapkan sosok Buya Syafii sebagai orang siak, yakni orang yang paham agama Islam minimal untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Sejauh ini informasi yang berlimpah baru berkisar sosok beliau sebagai intelektual Islam dan guru bangsa.
- Artikel Terpuler -
Memegang Suluh Merawat Ingatan
Devi Adriyanti Selasa, 30-5-2023 | - Dilihat: 68
Oleh: Devi Adriyanti
Sarang building dan Maarif institute mengadakan acara mengenang setahun meninggalnya Buya Ahmad Syafii Maarif. Acara ini merangsang imajinasi dan mengingatkan kita akan kenangan-kenangan tentang buya ASM. Salah satu acara yang sangat relevan dengan orang-orang yang peduli dalam merawat gagasan dan pemikiran buya ASM adalah memori itu sendiri yang terus memanggil kita.
Cara terbaik untuk merawatnya adalah dengan membangun narasi-narasi tentang pemikiran dan teladan dalam laku harian buya ASM melalui tulisan-tulisan bak jamur ketika berita berpulangnya Buya ASM sudah tersebar.
Kompas, pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2022 menampilkan latar hitam sebagai tanda belasungkawa, luka mendalam. Satu foto besar Ahmad Syafii Maarif serta tulisan yang berjudul ‘Nyala Abadi Suluh Bangsa”.
Judul ini kemudian menjelma menjadi sebuah buku obituari yang melibatkan hampir 50 orang penulis terbaik. Begitu juga buku kedua yang diterbitkan oleh Ib.Times yang berjudul ‘Ahmad Syafii Maarif Guru Bangsa Penembus Batas’ melibatkan sekitar lebih kurang 40 orang penulis.
Selain itu, ada juga buku yang ditulis oleh Riki Dhamparan Putra sastrawan yang terbit pada awal tahun 2022 yang berjudul ‘Berdiang di Perapian Buya Ahmad Syafii Maarif yang berisikan puisi dan kumpulan tulisan reflektifnya tentang pemikiran beliau.
Dari ketiga judul buku ini, terlihat bahwa tulisan para intelektual dan aktivis, jurnalis dan lainnya dalam mengenang buya mereka menuliskan dari tiga sudut pandang:
- Buya sebagai intelektual dan cendikiawan muslim Indonesia yang diakui sebagai guru bangsa.
- Buya sebagai seorang pejuang yang menuliskan kata-kata dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
- Buya sebagai sosok yang tetap bersinar meskipun jasadnya sudah tiada, tapi berhasil memberikan kesadaran kepada kita untuk melihat ketidaksesuaian antara harapan dan realitas sehari-hari dalam berbangsa, beragama dan bermasyarakat.
Buya adalah contoh teladan bagi kita semua, serta bagi siapapun yang memahami pemikiran dan tindakan nyata beliau di Indonesia ini.
Melalui acara ini kita diingatkan agar tidak lengah atau lupa akan cita-cita yang ditanamkan oleh buya ASM. Tugas besar kita sekarang adalah merawat dan melanjutkan benih-benih yang telah beliau tanamkan. Hal ini memerlukan upaya yang besar.
Kita perlu mencari cara untuk menerapkannya dalam perilaku sehari-hari kita, serta menjadikan pemikiran beliau sebagai teladan dengan kehati-hatian yang tinggi. Seperti yang telah diperlihatkan oleh beliau dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hingga akhir hayat beliau.
Perbuatan buya ASM tidak dapat dipisahkan dari pengalaman hidupnya yang luar bisa. Buya banyak melewati berbagai tikungan tajam dalah hidupnya. Dari pengalaman tersebut. beliau berhasil berdamai dengan realitas kehidupan tersebut, sehingga pemikiran progresif lahir dari dalam dirinya.
Ke-Islaman, kemanusiaan, ke-Indonesiaan dan kemuhammadiyahan serta Keminangkabauan yang sangat melekat pada diri buya ASM mencerminkan beliau tidak pernah terlepas dari empat aspek tersebut.
Hal ini terbukti dalam perhatian beliau terhadap persoalan bangsa, seperti ketidakadilan, kemiskinan, persoalan-persoalan lainnya yang mendominasi kaum miskin. Buya tidak pernah lengah dan kemudian lahirlah gagasan pluralisme agama yang dikaitkan dengan nilai-nilai cinta kasih. Buya paham bahwa persoalan politik agama sangat rentan di Indonesia.
Kepergian buya ASM mencerminkan betapa negara dan bangsa kehilangan sosok yang kuat dan berani dalam menyampaikan gagasan serta tidak takut dalam memberikan kritik. Tidak heran jika bangsa Indonesia merasakan luka yang mendalam ketika beliau pergi meninggalkan negeri ini.
Tanpa disadari, orang-orang yang mengenalnya menulis obituari dari berbagai perspektif sesuai dengan pengalaman mereka ketika berinteraksi dengan buya ASM atau membaca karya-karyanya. Tulisan-tulisan ini seperti muncul dengan sukarela dalam menuliskan obituari di media sosial, yang menggambarkan betapa sedihnya hati kehilangan sosok yang sangat berarti bagi masyarakat, terutama kegelisahan beliau dalam membela kaum tertindas, miskin dan didominasi. Buya adalah sosok yang berani memperjuangkan mereka semua.
Jika kita melihat masa kecil Buya ASM, beliau dibesarkan dalam keluarga yang kurang mampu. Namun, keterbasannya tersebut tidak menghentikan semangatnya dalam berjuang dan beliau juga tidak menjadi orang yang dendam terhadap kemiskinan.
Saya melihat bahwa rasa dendam terhadap kemiskinan merupakan bagian yang menakutkan dalam kehidupan. Banyak orang memanfaatkan penderitaan orang lain untuk meraup keuntungan. Seperti korupsi bantuan untuk orang yang terkena bencana. Itu ungkapan beliau yang dituliskan oleh salah satu penulis dalam buku Ahmad Syafii Maarif Guru Bangsa Penembus Batas.
Keberadaan buya ASM sebagai sosok yang kokoh, menjadi menara besar yang menyediakan energi bagi siapapun yang membutuhkannya, bahkan tanpa diminta. Buya mencerminkan hal ini dengan ungkapan, “kebencian atau dendam adalah mentalitas terjajah atau jongos yang diidap oleh sebagian dari kita”.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh salah satu penulis di dalam dua buku tersebut, dendam adalah sikap orang yang merasa kalah. Kekalahan-kekalahan ini mendorong mereka untuk melakukan apapun dan bahkan membenarkan segala cara demi mencapai tujuan mereka.
Dalam ungkapan ini, Buya ASM tampaknya mengkritik masalah yang sangat mendasar dalam kehidupan sehati-hari. Penguasa yang kuat dan sewenang-wenang, yang mendominasi orang lain karena dia dominan, yang kaya menindas yang miskin dan yang pintar memanfaatkan yang bodoh. Seharusnya, yang kuat membela yang lemah, yang dominan memberikan rasa aman, yang kaya berbagi rejeki dan yang cerdas menjadi tempat untuk bertanya dan belajar.
Kalau di Minangkabau ada ungkapan begini, Yang kayo tampaik batenggang, nan bakuaso tampaik balinduang, nan santiang tampek baraja jo batanyo. Yang tidak boleh berlaku adalah apa yang terkandung dalam ungkapan kok kayo inyo aden ndak maminta, kok santiang aden indak ka batanyo. Ini adalah ungkapan orang sombong dan tak mau mengakui kekurangan.
Dengan kesederhanaan beliau, beliau berani saja berkata langsung kepada calon istrinya si kembang desa itu soal kesiapan menjadi istri orang yang tidak jelas penghasilannya dan hidup di negeri orang pula. Sangat gentlement memang. Dengan kesederhanaan ini pula buya ASM mampu membawa pengetahuan yang dimilikinya hingga ke akhir hayatnya, seperti yang diungkapkan oleh Hand Firdaus.
Bagi Buya, pengetahuan bukanlah semata-mata tentang performance dari satu workshop ke workshop lainnya. Pengetahuan merupakan alat untuk menjalin komunikasi yang baik dengan negara untuk terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kemarin setahun sudah beliau pergi untuk selamanya, kita semua merasakan kesedihan itu. Saya sebagai saksi hidup masih membayangkan dan merasakan wajah-wajah sedih umat di Masjid Gedhe Kauman. Menunggu kedatangan Presiden Jokowi umat memang duduk berkelompok-kelompok.
Semua golongan hadir disana, anak muda (NU dan Muhammadiyah), Katolik, dan kristen, sampai beberapa orang biksu hadir sampai jenazah beliau dibawa ambulance ke pemakaman husnul khatimah milik Muhammadiyah di Nanggulan Kulon Progo.
Ini adalah suatu bukti bahwa gagasan Buya ASM beliau bawa sampai ke liang lahat. Pemikiran buya ASM yang melahirkan toleransi, pluralisme, dan HAM tetap terasa meski saat beliau sudah meninggal dunia. Semua kalangan itu berkumpul di Masjid Gedhe Kauman dan orang-orang itu mencintai buya dan bersama-sama mengantarkan beliau ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Buya dicintai semua kalangan, terutama kaum intelektual muda. Sebagai orang tua beliau tidak pernah merasa menghambat semangat generasi muda. Beliau tidak bersaing dengan anak muda, malah menjadi teman diskusi jadi tidak ada dalam agenda buya pertarungan antara kaum tua dan kaum muda
Buya sangat menghargai kesetaraan, seperti yang digambarkan oleh Hamid dalam tulisan senyum sang mujahid. Beliau menghargai perbedaan. Bahkan dengan senang mendorong generasi muda untuk selalu bersekolah dan melahirkan karya-karya, bahkan kalau perlu beliau sendiri yang memberikan rekomendasi.
Alasan beliau sederhana otak akan menjadi tajam jika selalu diasah, dan akan tumpul jika dibiarkan. Buya dengan tidak sengaja menciptakan dengan membangun ruang publik menjadi masjid Nogotirto sebagai ruang publik itu untuk tempat bertemu dan berdialog dengan semua orang tanpa pandang bulu.
Saya sangat menghargai terbitnya buku-buku ini. buya adalah seseorang yang berhasil mendidik dirinya sendiri, sehingga apa yang beliau katakan menjadi kuat dan terpatri dalam diri serta diwujudkan oleh beliau. Oleh karena itu, ide dan gagasan buya tidak pernah tergoyahkan oleh perubaha rezim sampai akhir hayatnya.
Akhirnya saya menyimpulkan bahwa catatan-catatan sejarah mengenai sosok seorang manusia yang memiliki wawasan dan pengetahuan, jika dituliskan kembali, maka yang paling diingat dan dikenang adalah nilai-nilai etika manusia. Teladan dalam sikap dan kokoh sebagai akademisi serta kaum intelektual dan tidak punya hasrat besar untuk menjadi penguasa.
Mungkin yang menjadi pertanyaan besar dalam diri saya adalah, Buya adalah panggilan orang siak di kampung saya, bagaimana cara beliau mengajar dan mendidik keluarga dalam masalah-masalah keagamaan? Misalkan bagaimana cara beliau mendidik Hafiz sholat dan mendampingi Hafiz saat peralihan masa anak-anak ke masa remaja (masa-masa pubernya) dan bagaimana cara beliau bernegosiasi dengan Hafiz ketika Hafiz menentukan pilihan-pilihan hidupnya, dan bagaimana peran Umi ketika terjadi perbedaan pendapat diantara beliau.
Ini yang belum saya temukan dituliskan orang. Dengan kata lain, saya masih terus mencari bahan bacaan dan informasi yang bisa mengungkapkan sosok Buya Syafii sebagai orang siak, yakni orang yang paham agama Islam minimal untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Sejauh ini informasi yang berlimpah baru berkisar sosok beliau sebagai intelektual Islam dan guru bangsa.
3 Komentar
2024-12-02 07:35:27
Ccdlpr
eriacta pursue - eriacta grant forzest museum
2024-12-07 04:03:19
Coirme
valif online still - buy sinemet 10mg generic sinemet medication
2024-12-08 00:39:33
Stxrpv
buy indinavir - buy confido paypal purchase voltaren gel cheap
3 Komentar
2024-12-02 07:35:27
Ccdlpr
eriacta pursue - eriacta grant forzest museum
2024-12-07 04:03:19
Coirme
valif online still - buy sinemet 10mg generic sinemet medication
2024-12-08 00:39:33
Stxrpv
buy indinavir - buy confido paypal purchase voltaren gel cheap
Tinggalkan Pesan