Kebahagiaan di Bulan Ramadhan
Cristoffer Veron Purnomo Kamis, 7-4-2022 | - Dilihat: 30

Oleh: Cristoffer Veron Purnomo
Ramadan kembali hadir, dan segenap umat Islam di seantero buana bergembira untuk menyambutnya. Rasa rindu selama rentang sebelas bulan lamanya terasa terobati dengan paripurna. Senandung doa yang selalu dipanjatkan, Allahumma ballighna Ramadan (Ya Allah sampaikanlah kami ke bulan Ramadan), telah dikabulkan oleh-Nya. Walhasil, tahun ini kita berjumpa kembali dengan Ramadan.
Bergembiranya umat Islam menyambut Ramadan karena terjadi peristiwa pembakaran atas benih-benih dosa kita di masa lampau yang pernah dikerjakan, baik secara eksplisit maupun implisit. Ramadan sebagai bulan pengampunan, kasih sayang Allah, dan pembebasan dari neraka (HR Bukhari dan Muslim). Pantaslah kalua segenap umat Islam sangat bergembira menyambut kedatangan bulan sarat keagungan dan kemuliaan itu.
Dalam bulan Ramadan terdapat ibadah puasa. Puasa (shiyam) bermakna menahan diri (al-imsak). Puasa adalah wahana untuk latihan menahan diri, berupa tidak makan, tidak minum, dan tidak memenuhi kebutuhan biologis sejak terbit fajar hingga menyingsingnya matahari. Lebih dari sekadar itu, kita wajib menahan diri dari berbagai perangai buruk, seperti amarah, angkara, dengki, jemawa, dusta, dan sebagainya.
Puasa mendidik kita untuk bisa lahir sebagai manusia bertakwa (QS Al-Baqarah: 183). Proses pembentukan takwa dimulai dengan melakukan serangkaian amalan-amalan, seperti salat tarawih, tadarus dan tadabur Al-Qur’an, infak, sedekah, sampai iktikaf. Pengejawantahan amalan-amalan tersebut diupayakan dapat membantu dalam membentuk jiwa takwa dalam hati sanubari kita.
Manusia bertakwa niscaya memiliki konektivitas kuat dengan Allah (hablum minallah) dan sesama manusia (hablum minannas) yang baik lagi harmoni. Hidupnya senantiasa dihiasi perangai jujur, adil, amanah, lapang hati, pemaaf, pemurah, kesetiaan, dan bertindak serba positif. Tatkala semua itu dikerjakan dengan kesungguhan hati, hanya karena Allah, maka secara otomatis kita akan merasakan pencerahan dari puasa. Yakni, nurani memancarkan cahaya nan bersinar, hidup adem ayem, dan jiwa ringan dari beban dunia yang mengekang.
Ramadan sarat dengan keberkahan (al-barakah). Untuk mengaktualisasikan keberkahan itu, kita usahakan seoptimal mungkin berbagi kasih antar sesama umat. Tidak ada batasan dalam berbagi, karena sifatnya universal. Allah Maha Pemberi Berkah sungguh telah memberikan ruang bagi kita untuk saling berbagi kepunyaan yang dimiliki kepada orang yang berhak. Ini merupakan kategorisasi dari sedekah yang, kata Nabi Muhammad, dapat menghapus dosa laksana air memadamkan api (HR Tirmidzi).
Atas dasar itu, banyak orang berbondong-bondong berbagi dengan corak yang variatif demi menggapai keutamaan di atas. Berbagi telah menjadi tradisi bangsa Indonesia. Spirit berbagi mesti kita lestarikan Bersama, bukan sekadar di bulan Ramadan belaka, tetapi harus pula sepanjang tahun. Dengan demikian, terciptalah kehidupan kebangsaan yang tenteram lagi mencerahkan semesta.
Akhirnya, mari segenap umat Islam jadikan momen Ramadan kali ini untuk menyemai nilai-nilai kebajikan. Sehingga, seluruh rangkaian ibadah kita dalam bulan Ramadan ini makin berwarna dan bermakna.
_____
Penulis Bekerja di Grha Suara Muhammadiyah Kota Yogyakarta
- Artikel Terpuler -
Kebahagiaan di Bulan Ramadhan
Cristoffer Veron Purnomo Kamis, 7-4-2022 | - Dilihat: 30

Oleh: Cristoffer Veron Purnomo
Ramadan kembali hadir, dan segenap umat Islam di seantero buana bergembira untuk menyambutnya. Rasa rindu selama rentang sebelas bulan lamanya terasa terobati dengan paripurna. Senandung doa yang selalu dipanjatkan, Allahumma ballighna Ramadan (Ya Allah sampaikanlah kami ke bulan Ramadan), telah dikabulkan oleh-Nya. Walhasil, tahun ini kita berjumpa kembali dengan Ramadan.
Bergembiranya umat Islam menyambut Ramadan karena terjadi peristiwa pembakaran atas benih-benih dosa kita di masa lampau yang pernah dikerjakan, baik secara eksplisit maupun implisit. Ramadan sebagai bulan pengampunan, kasih sayang Allah, dan pembebasan dari neraka (HR Bukhari dan Muslim). Pantaslah kalua segenap umat Islam sangat bergembira menyambut kedatangan bulan sarat keagungan dan kemuliaan itu.
Dalam bulan Ramadan terdapat ibadah puasa. Puasa (shiyam) bermakna menahan diri (al-imsak). Puasa adalah wahana untuk latihan menahan diri, berupa tidak makan, tidak minum, dan tidak memenuhi kebutuhan biologis sejak terbit fajar hingga menyingsingnya matahari. Lebih dari sekadar itu, kita wajib menahan diri dari berbagai perangai buruk, seperti amarah, angkara, dengki, jemawa, dusta, dan sebagainya.
Puasa mendidik kita untuk bisa lahir sebagai manusia bertakwa (QS Al-Baqarah: 183). Proses pembentukan takwa dimulai dengan melakukan serangkaian amalan-amalan, seperti salat tarawih, tadarus dan tadabur Al-Qur’an, infak, sedekah, sampai iktikaf. Pengejawantahan amalan-amalan tersebut diupayakan dapat membantu dalam membentuk jiwa takwa dalam hati sanubari kita.
Manusia bertakwa niscaya memiliki konektivitas kuat dengan Allah (hablum minallah) dan sesama manusia (hablum minannas) yang baik lagi harmoni. Hidupnya senantiasa dihiasi perangai jujur, adil, amanah, lapang hati, pemaaf, pemurah, kesetiaan, dan bertindak serba positif. Tatkala semua itu dikerjakan dengan kesungguhan hati, hanya karena Allah, maka secara otomatis kita akan merasakan pencerahan dari puasa. Yakni, nurani memancarkan cahaya nan bersinar, hidup adem ayem, dan jiwa ringan dari beban dunia yang mengekang.
Ramadan sarat dengan keberkahan (al-barakah). Untuk mengaktualisasikan keberkahan itu, kita usahakan seoptimal mungkin berbagi kasih antar sesama umat. Tidak ada batasan dalam berbagi, karena sifatnya universal. Allah Maha Pemberi Berkah sungguh telah memberikan ruang bagi kita untuk saling berbagi kepunyaan yang dimiliki kepada orang yang berhak. Ini merupakan kategorisasi dari sedekah yang, kata Nabi Muhammad, dapat menghapus dosa laksana air memadamkan api (HR Tirmidzi).
Atas dasar itu, banyak orang berbondong-bondong berbagi dengan corak yang variatif demi menggapai keutamaan di atas. Berbagi telah menjadi tradisi bangsa Indonesia. Spirit berbagi mesti kita lestarikan Bersama, bukan sekadar di bulan Ramadan belaka, tetapi harus pula sepanjang tahun. Dengan demikian, terciptalah kehidupan kebangsaan yang tenteram lagi mencerahkan semesta.
Akhirnya, mari segenap umat Islam jadikan momen Ramadan kali ini untuk menyemai nilai-nilai kebajikan. Sehingga, seluruh rangkaian ibadah kita dalam bulan Ramadan ini makin berwarna dan bermakna.
_____
Penulis Bekerja di Grha Suara Muhammadiyah Kota Yogyakarta
0 Komentar
Tinggalkan Pesan