Kaum Marginal dalam Kacamata Islam
Faiz Arwi Assalimi Senin, 15-8-2022 | - Dilihat: 98
Oleh: Faiz Arwi Assalimi
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama ?. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.” (Q.S. Al-Ma’un ayat 1-3)
Dalam keyakinan umat Muslim, agama Islam muncul sebagai penyempurna agama sebelumnya, sekaligus penyempurna akhlak dan tatanan umat manusia di muka bumi. Islam terhitung sebagai agama samawi yang lebih muda daripada keyakinan lain yang populer di dunia ini, seperti ajaran Agama Yahudi, Katolik, Protestan, Hindu, maupun Budha.
Islam muncul berselang dua ribu tahun lebih dari kemunculan Yahudi. Sementara, agama Nasrani ada terlebih dahulu kisaran seribu tahun sebelum Islam dibawakan oleh Muhammad Saw. Walaupun Islam merupakan keyakinan yang terhitung lebih muda, namun kini pengikutnya terhitung sangat besar seantero bumi.
Kendati pun menjadi agama yang memiliki pengikut yang besar, namun tak menjamin pemeluk dan lingkungan sekitarnya memperoleh kedamaian dan kesejahteraan hidup. Sungguh ironi memang, Islam sebagai agama yang kaffah dengan mengajarkan perdamaian dan kepedulian terhadap sesama, namun masyarakatnya masih banyak yang mengalami ketertindasan dan kemiskinan di dalamnya. Mereka termarginalkan oleh sistem dan budaya yang terbentuk dalam status quo negara.
Mungkin kita akan bertanya-tanya, siapa sajakah yang dikategorikan sebagai kaum marginal? Ini pertanyaan yang terlebih dulu penting dipahami, agar mengerti hubungan antara Islam dan mereka kaum marginal.
Apa Itu Kaum Marginal ?
Kelompok marginal merupakan orang-orang yang tinggal di tepi masyarakat (Ilham, 2019). Makna tepi bukan hanya sekedar letak geografis, tetapi juga mencangkup berbagai aspek kehidupan. Menurut Robert Chambers, pengertian masyarakat marginal disebut sebagai deprivation trap atau perangkap kemiskinan, yang secara rinci terdiri dari lima unsur, yaitu: Kemiskinan itu sendiri, Kelemahan fisik, Keterasingan atau kadar isolasi, Kerentanan, dan Ketidakberdayaan (Suyanto, 2005: 167).
Nasib Kaum Marginal
Begitupun konteksnya di Indonesia, negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia, justru memperlihatkan secara gamblang wujud marginalisasi dengan potret kemiskinan, mahalnya pendidikan, korupsi, dan teror kemanusiaan dalam wajah penindasan. Padahal, Islam sangat menekankan anti-kemiskinan dan eksploitasi secara berlebih terhadap sesama makhluk.
Nabi menyamakan kemiskinan dengan kufur dan berdo’a supaya terlindung dari keduanya (Ali, 2009). Nabi dengan jelas menerangkan di dalam Hadist yang diriwayatkan Abu Na’im, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda “Kemiskinan itu dekat dengan Kekufuran”. Dalam hadist lain dijelaskan bahwa sebuah negara dapat bertahan hidup walaupun negerinya banyak kekufuran, namun tidak akan bertahan jika di dalamnya terdapat zulm (Baca: Penindasan).
Hablun Minnallah Wa Hablun Minnannas
Islam tak sekadar agama yang mengajarkan hubungan baik secara vertikal saja kepada Tuhan, namun juga ikatannya terhadap sesama makhluk. Ajaran yang juga mengatur hubungannya dengan keluarga, tetangga, siyasah, hingga masalah pembelaan dan kepedulian terhadap mereka yang tertindas dan termarjinalkan.
Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang penjelasannya disejajarkan dan menyandingkan antara akhlak kepada Allah (hablum minallah) dan akhlak terhadap sesama manusia (hablum minannas). Ketaatan dalam menjalankan kewajiban ibadah secara ritualitas kepada Allah, harus dibarengi dengan sakramen berupa kepedulian terhadap sesama.
Sebagaimana dalam ayat suci Al-Qur’an, Surah Al-Ma’un ayat 1-3 yang dikutip diawal tadi, bahwa taruhan bagi mereka yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin berupa sesuatu yang substantif, yakni mempertanyakan kembali keislamannya. Dalam ayat tersebut mereka dianggap sebagao pembohong agama.
Islam Agama Pembebas
Penjelasan tersebut jelas menyuratkan bahwa agama yang dibawa oleh Muhammad SAW merupakan ajaran pembebas bagi mereka yang tertindas dan termarjinalkan, merubah masyarakat yang berkelas menjadi lebih egaliter, serta tatanan yang tidak berkeadilan menjadi keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakatnya.
Semasa Nabi Muhammad SAW masih hidup dan beberapa dekade setelahnya, Islam menjadi kekuatan yang progresif dan revolusioner. Bayangkan, kota Makkah kala itu merupakan pusat peribadatan berhala di wilayah Jazirah Arab. Distrik ini menjadi semakin ramai dengan mata air zam-zam sebagai sumber kehidupan utama masyarakatnya.
Tak heran jika tempat ini menjadi peristirahatan yang nyaman bagi para saudagar dari Yaman yang hendak pergi ke Syam maupun sebaliknya. Potensi ini tentu yang paling diuntungkan ialah para oligark, pemilik kuasa ekonomi-politik daerah tersebut, yang kala itu masyarakatnya masih terbagi-bagi dalam suku-suku yang berkelas.
Suku Quraisy sebagai kelas tertinggi yang berkuasa, pengusaha patung berhala, pemuka keyakinan animisme dan dinamisme, mereka sangat diuntungkan dengan keramian kota dan masyarakat berkelas tersebut.
Tiba-tiba Muhammad datang menyerukan agama Islam yang mengajarkan ketauhidan, menolak tatanan masyarakat yang diskriminatif dan menindas. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu,” (Q.S. Al-Hujurat: 13).
Kemuliaan yang Hakiki
Kemuliaan tidak memandang dari kekayaan, suku, kelas yang dimiliki, namun ketakwaan yang menjadi tolok ukurnya. Padahal, tingkat ketakwaan dan keimanan seorang hamba, hanya Allah lah yang megetahuinya. Maka, ketika konteksnya sesama manusia, haruslah memperlakukannya secara adil dan egaliter.
Pada saat itu, Islam sangat menolak penindasan yang sengaja dilanggengkan kaum Quraisy Mekkah (Wahyuddin, 2016). Tak mengherankan jika pada awal dakwah Nabi Muhammad SAW, mereka yang pertama kali masuk Islam kebanyakan dari masyarakat miskin, suku terendah dan para budak yang dimerdekakan. Nabi sebagai utusan Allah menggulirkan tantangan dan aturan yang bertentangan dengan kepentingan saudagar kaya di mekah (Ali, 2009).
Keniscayaan bagi pemeluk agama Islam untuk selalu peduli, membela mereka para kaum yang teraniaya dan termarjinalkan. Sebab, keadilan dan kepedulian ini menjadi ajaran yang inheren berada didalamnya. Tidak akan tercipta masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dengan kehidupan umat yang adil dan makmur.
Jika dalam suatu masyarakat masih terus terjadi marjinalisasi dan pemiskinan. Dan perlu dipertanyakan kembali Keislamannya, mereka yang tak peduli dan melanggengkan penindasan dalam tatanan masyarakat.
_____
Faiz Arwi Assalimi & Amirudein Al Hibbi, Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik, UNY
- Artikel Terpuler -
Kaum Marginal dalam Kacamata Islam
Faiz Arwi Assalimi Senin, 15-8-2022 | - Dilihat: 98
Oleh: Faiz Arwi Assalimi
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama ?. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.” (Q.S. Al-Ma’un ayat 1-3)
Dalam keyakinan umat Muslim, agama Islam muncul sebagai penyempurna agama sebelumnya, sekaligus penyempurna akhlak dan tatanan umat manusia di muka bumi. Islam terhitung sebagai agama samawi yang lebih muda daripada keyakinan lain yang populer di dunia ini, seperti ajaran Agama Yahudi, Katolik, Protestan, Hindu, maupun Budha.
Islam muncul berselang dua ribu tahun lebih dari kemunculan Yahudi. Sementara, agama Nasrani ada terlebih dahulu kisaran seribu tahun sebelum Islam dibawakan oleh Muhammad Saw. Walaupun Islam merupakan keyakinan yang terhitung lebih muda, namun kini pengikutnya terhitung sangat besar seantero bumi.
Kendati pun menjadi agama yang memiliki pengikut yang besar, namun tak menjamin pemeluk dan lingkungan sekitarnya memperoleh kedamaian dan kesejahteraan hidup. Sungguh ironi memang, Islam sebagai agama yang kaffah dengan mengajarkan perdamaian dan kepedulian terhadap sesama, namun masyarakatnya masih banyak yang mengalami ketertindasan dan kemiskinan di dalamnya. Mereka termarginalkan oleh sistem dan budaya yang terbentuk dalam status quo negara.
Mungkin kita akan bertanya-tanya, siapa sajakah yang dikategorikan sebagai kaum marginal? Ini pertanyaan yang terlebih dulu penting dipahami, agar mengerti hubungan antara Islam dan mereka kaum marginal.
Apa Itu Kaum Marginal ?
Kelompok marginal merupakan orang-orang yang tinggal di tepi masyarakat (Ilham, 2019). Makna tepi bukan hanya sekedar letak geografis, tetapi juga mencangkup berbagai aspek kehidupan. Menurut Robert Chambers, pengertian masyarakat marginal disebut sebagai deprivation trap atau perangkap kemiskinan, yang secara rinci terdiri dari lima unsur, yaitu: Kemiskinan itu sendiri, Kelemahan fisik, Keterasingan atau kadar isolasi, Kerentanan, dan Ketidakberdayaan (Suyanto, 2005: 167).
Nasib Kaum Marginal
Begitupun konteksnya di Indonesia, negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia, justru memperlihatkan secara gamblang wujud marginalisasi dengan potret kemiskinan, mahalnya pendidikan, korupsi, dan teror kemanusiaan dalam wajah penindasan. Padahal, Islam sangat menekankan anti-kemiskinan dan eksploitasi secara berlebih terhadap sesama makhluk.
Nabi menyamakan kemiskinan dengan kufur dan berdo’a supaya terlindung dari keduanya (Ali, 2009). Nabi dengan jelas menerangkan di dalam Hadist yang diriwayatkan Abu Na’im, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda “Kemiskinan itu dekat dengan Kekufuran”. Dalam hadist lain dijelaskan bahwa sebuah negara dapat bertahan hidup walaupun negerinya banyak kekufuran, namun tidak akan bertahan jika di dalamnya terdapat zulm (Baca: Penindasan).
Hablun Minnallah Wa Hablun Minnannas
Islam tak sekadar agama yang mengajarkan hubungan baik secara vertikal saja kepada Tuhan, namun juga ikatannya terhadap sesama makhluk. Ajaran yang juga mengatur hubungannya dengan keluarga, tetangga, siyasah, hingga masalah pembelaan dan kepedulian terhadap mereka yang tertindas dan termarjinalkan.
Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang penjelasannya disejajarkan dan menyandingkan antara akhlak kepada Allah (hablum minallah) dan akhlak terhadap sesama manusia (hablum minannas). Ketaatan dalam menjalankan kewajiban ibadah secara ritualitas kepada Allah, harus dibarengi dengan sakramen berupa kepedulian terhadap sesama.
Sebagaimana dalam ayat suci Al-Qur’an, Surah Al-Ma’un ayat 1-3 yang dikutip diawal tadi, bahwa taruhan bagi mereka yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin berupa sesuatu yang substantif, yakni mempertanyakan kembali keislamannya. Dalam ayat tersebut mereka dianggap sebagao pembohong agama.
Islam Agama Pembebas
Penjelasan tersebut jelas menyuratkan bahwa agama yang dibawa oleh Muhammad SAW merupakan ajaran pembebas bagi mereka yang tertindas dan termarjinalkan, merubah masyarakat yang berkelas menjadi lebih egaliter, serta tatanan yang tidak berkeadilan menjadi keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakatnya.
Semasa Nabi Muhammad SAW masih hidup dan beberapa dekade setelahnya, Islam menjadi kekuatan yang progresif dan revolusioner. Bayangkan, kota Makkah kala itu merupakan pusat peribadatan berhala di wilayah Jazirah Arab. Distrik ini menjadi semakin ramai dengan mata air zam-zam sebagai sumber kehidupan utama masyarakatnya.
Tak heran jika tempat ini menjadi peristirahatan yang nyaman bagi para saudagar dari Yaman yang hendak pergi ke Syam maupun sebaliknya. Potensi ini tentu yang paling diuntungkan ialah para oligark, pemilik kuasa ekonomi-politik daerah tersebut, yang kala itu masyarakatnya masih terbagi-bagi dalam suku-suku yang berkelas.
Suku Quraisy sebagai kelas tertinggi yang berkuasa, pengusaha patung berhala, pemuka keyakinan animisme dan dinamisme, mereka sangat diuntungkan dengan keramian kota dan masyarakat berkelas tersebut.
Tiba-tiba Muhammad datang menyerukan agama Islam yang mengajarkan ketauhidan, menolak tatanan masyarakat yang diskriminatif dan menindas. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu,” (Q.S. Al-Hujurat: 13).
Kemuliaan yang Hakiki
Kemuliaan tidak memandang dari kekayaan, suku, kelas yang dimiliki, namun ketakwaan yang menjadi tolok ukurnya. Padahal, tingkat ketakwaan dan keimanan seorang hamba, hanya Allah lah yang megetahuinya. Maka, ketika konteksnya sesama manusia, haruslah memperlakukannya secara adil dan egaliter.
Pada saat itu, Islam sangat menolak penindasan yang sengaja dilanggengkan kaum Quraisy Mekkah (Wahyuddin, 2016). Tak mengherankan jika pada awal dakwah Nabi Muhammad SAW, mereka yang pertama kali masuk Islam kebanyakan dari masyarakat miskin, suku terendah dan para budak yang dimerdekakan. Nabi sebagai utusan Allah menggulirkan tantangan dan aturan yang bertentangan dengan kepentingan saudagar kaya di mekah (Ali, 2009).
Keniscayaan bagi pemeluk agama Islam untuk selalu peduli, membela mereka para kaum yang teraniaya dan termarjinalkan. Sebab, keadilan dan kepedulian ini menjadi ajaran yang inheren berada didalamnya. Tidak akan tercipta masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dengan kehidupan umat yang adil dan makmur.
Jika dalam suatu masyarakat masih terus terjadi marjinalisasi dan pemiskinan. Dan perlu dipertanyakan kembali Keislamannya, mereka yang tak peduli dan melanggengkan penindasan dalam tatanan masyarakat.
_____
Faiz Arwi Assalimi & Amirudein Al Hibbi, Mahasiswa Ilmu Administrasi Publik, UNY
9 Komentar
2024-12-01 20:00:24
Ucdavo
eriacta dig - zenegra pills armor forzest action
2024-12-04 04:26:31
Stoxnb
valif blanket - buy secnidazole without prescription order sinemet 20mg without prescription
2024-12-05 19:58:18
Aixjye
valif online interest - sinemet order where to buy sinemet without a prescription
2024-12-07 10:23:35
Ctixlb
buy crixivan generic - buy confido order diclofenac gel online
2024-12-13 07:51:55
Iffvzf
modafinil 200mg without prescription - order duricef 250mg online cheap brand epivir
2024-12-13 07:56:23
Vjydhq
order phenergan pill - order ciplox pill purchase lincomycin online
2024-12-18 14:19:27
Syfeed
ivermectin 3mg over counter - atacand price carbamazepine 400mg sale
2024-12-27 06:56:50
Krpcsu
buy deltasone 20mg without prescription - order nateglinide 120mg order capoten 25mg generic
2024-12-31 08:04:13
Xxwokz
deltasone 5mg oral - starlix 120mg without prescription purchase capoten
9 Komentar
2024-12-01 20:00:24
Ucdavo
eriacta dig - zenegra pills armor forzest action
2024-12-04 04:26:31
Stoxnb
valif blanket - buy secnidazole without prescription order sinemet 20mg without prescription
2024-12-05 19:58:18
Aixjye
valif online interest - sinemet order where to buy sinemet without a prescription
2024-12-07 10:23:35
Ctixlb
buy crixivan generic - buy confido order diclofenac gel online
2024-12-13 07:51:55
Iffvzf
modafinil 200mg without prescription - order duricef 250mg online cheap brand epivir
2024-12-13 07:56:23
Vjydhq
order phenergan pill - order ciplox pill purchase lincomycin online
2024-12-18 14:19:27
Syfeed
ivermectin 3mg over counter - atacand price carbamazepine 400mg sale
2024-12-27 06:56:50
Krpcsu
buy deltasone 20mg without prescription - order nateglinide 120mg order capoten 25mg generic
2024-12-31 08:04:13
Xxwokz
deltasone 5mg oral - starlix 120mg without prescription purchase capoten
Tinggalkan Pesan