Iman, Ketaatan, dan Ramadhan
Ahmad Aditiya Pratama Kamis, 7-3-2024 | - Dilihat: 43
Oleh: Ahmad Aditiya Pratama
Salah satu ibadah yang Allah SWT turunkan di bulan Ramadhan kepada umat Islam yaitu ibadah puasa. Dalam puasa Ramadhan tidak hanya dilihat dari aspek religiusnya saja, akan tetapi juga terdapat aspek kesehatan yang akan dirasakan oleh pelakunya. Hal ini disampaikan oleh Dr. dr. Probosuseno, Sp.PD-K Ger, FINASIM, SE, MM, Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada bahwa puasa dapat meningkatkan metabolisme dalam tubuh dan dikuatkan penelitian dari Journal of American Heart Association bahwa puasa dapat menurunkan tekanan darah, berat badan, dan kadar lemak tubuh.
Kondisi badan yang tidak sehat dapat mempengaruhi kualitas puasa Ramadhan, sehingga umat Islam dianjurkan untuk mempersiapkan segala kebutuhan dalam mengarungi puasa di bulan Ramadhan, salah satunya persiapannya adalah dengan menjaga kesehatan tubuh. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ " (رواه البخاري)
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Dalam melaksanakan puasa Ramadhan, seorang muslim juga perlu mengetahui pondasi utama yang harus dilakukan untuk mencapai rahmat dan keridhaan dari Allah SWT. Pondasi utama ibadah puasa Ramadhan adalah keimanan dan ketaatan. Kemudian bagaimana peran keimanan dan ketaatan tersebut? Berikut di bawah ini penjelasannya:
Keimanan yang dimaksud dalam pondasi ibadah puasa ini adalah percaya bahwa dengan ibadah puasa yang dilakukan oleh seorang mukmin dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan harapan untuk dicacat sebagai hamba yang bertaqwa, sebagaimana firmannya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah {2}: 183)
Ayat ini ditujukan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Seorang mukmin yang memiliki keimanan kepada Allah SWT di dalam hatinya itu haram untuk meninggalkan ibadah puasa Ramadhan, kecuali terdapat udzur syar’i untuk meninggalkannya. Kita dapat berusaha untuk memunculkan rasa keimanan itu dengan mempersiapakan diri, baik secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadhan, contonya dengan menunaikan puasa sunnah di dua bulan sebelumnnya yaitu bulan Rajab dan Sya’ban.
Keimanan dalam diri seorang hamba itu dapat bertambah dan dapat berkurang. Bertambahnya iman karena ibadah dan berkurangnya iman karena maksiat. Dalam kitab Fathu al-Baari Syarah Shahih Bukhari karya Imam Ibnu Hajar Al-Ashqalani menyebutkan Keimanan yang melekat dalam diri seorang hamba itu seperti sebuah payung, keimanan akan bertambah karena ibadah seperti membukanya payung, dan iman akan berkurang karena maksiat seperti menutupnya payung.
Sedangkan Imam Ath-Tahabari mentakhrij dari jalur Abdullah bin Rawahah, beliau mengatakan bahwa keimanan itu seperti pakaian, iman hilang seperti terlepasnya pakaian dari tubuh dan iman ada seperti terpakainnya pakaian pada tubuh manusia. Oleh karena itu, puasa yang didasari dengan keimanan kepada Allah SWT akan mengantarkan pelakunya kepada jalan rahmat dan keridhaannya.
Selain keimanan pondasi yang lain adalah ketaatan kepada Allah SWT, maksud dari ketakwaan di sini adalah menaati segala perintah dan larangan selama menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tentunya menaati dalam hal ini harus menyertakan kesabaran dalam diri seorang mukmin, jika kesabaran dalam diri seorang mukmin hilang maka hilang pula keimanan dan ketaatan dalam dirinya. Sebagaimana firman Allah SWT tentang pentingnya keimanan dan kesabaran dalam melaksanakan bagi seorang mukmin:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran {3}: 200)
Dalam kitab As-Shabru wa Tsawab ‘Alaih Imam Ibnu Abid Dunya menukil dari sahabat Ali bin Abi Thalib RA bahwasanya kesabaran dibagi menjadi tiga tingkatan: a). Sabar menghadapi musibah; b). Sabar dalam menjalankan ketaatan; c). Sabar dalam menjauhi maksiat. Maka yang kita garis bawahi adalah sabar dalam menjalan ketaatan dari Allah SWT, sebab dalam hal ini menunaikan puasa Ramadhan harus diiringi dengan kesabaran. Contohnya sabar menahan makan dan minum, sabar menjauhi hubungan suami istri, sabar tidak berbicara kotor dan lain sebagainnya.
Oleh kerena itu dalam mengarungi bulan Ramadhan ini, mari kita siapkan keimanan dan ketaatan kita kepada Allah SWT, dengan cara percaya bahwa menunaikan segala ikhtiar ibadah kita di bulan suci Ramadhan ini mendapatkan balasan rahmat dan keridhoan dari Allah SWT.
_____
Ahmad Aditiya Pratama, Thalabah PUTM & Founder Dakwah Sawa As-Sabil
- Artikel Terpuler -
Iman, Ketaatan, dan Ramadhan
Ahmad Aditiya Pratama Kamis, 7-3-2024 | - Dilihat: 43
Oleh: Ahmad Aditiya Pratama
Salah satu ibadah yang Allah SWT turunkan di bulan Ramadhan kepada umat Islam yaitu ibadah puasa. Dalam puasa Ramadhan tidak hanya dilihat dari aspek religiusnya saja, akan tetapi juga terdapat aspek kesehatan yang akan dirasakan oleh pelakunya. Hal ini disampaikan oleh Dr. dr. Probosuseno, Sp.PD-K Ger, FINASIM, SE, MM, Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada bahwa puasa dapat meningkatkan metabolisme dalam tubuh dan dikuatkan penelitian dari Journal of American Heart Association bahwa puasa dapat menurunkan tekanan darah, berat badan, dan kadar lemak tubuh.
Kondisi badan yang tidak sehat dapat mempengaruhi kualitas puasa Ramadhan, sehingga umat Islam dianjurkan untuk mempersiapkan segala kebutuhan dalam mengarungi puasa di bulan Ramadhan, salah satunya persiapannya adalah dengan menjaga kesehatan tubuh. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ " (رواه البخاري)
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Dalam melaksanakan puasa Ramadhan, seorang muslim juga perlu mengetahui pondasi utama yang harus dilakukan untuk mencapai rahmat dan keridhaan dari Allah SWT. Pondasi utama ibadah puasa Ramadhan adalah keimanan dan ketaatan. Kemudian bagaimana peran keimanan dan ketaatan tersebut? Berikut di bawah ini penjelasannya:
Keimanan yang dimaksud dalam pondasi ibadah puasa ini adalah percaya bahwa dengan ibadah puasa yang dilakukan oleh seorang mukmin dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan harapan untuk dicacat sebagai hamba yang bertaqwa, sebagaimana firmannya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah {2}: 183)
Ayat ini ditujukan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beriman untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Seorang mukmin yang memiliki keimanan kepada Allah SWT di dalam hatinya itu haram untuk meninggalkan ibadah puasa Ramadhan, kecuali terdapat udzur syar’i untuk meninggalkannya. Kita dapat berusaha untuk memunculkan rasa keimanan itu dengan mempersiapakan diri, baik secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadhan, contonya dengan menunaikan puasa sunnah di dua bulan sebelumnnya yaitu bulan Rajab dan Sya’ban.
Keimanan dalam diri seorang hamba itu dapat bertambah dan dapat berkurang. Bertambahnya iman karena ibadah dan berkurangnya iman karena maksiat. Dalam kitab Fathu al-Baari Syarah Shahih Bukhari karya Imam Ibnu Hajar Al-Ashqalani menyebutkan Keimanan yang melekat dalam diri seorang hamba itu seperti sebuah payung, keimanan akan bertambah karena ibadah seperti membukanya payung, dan iman akan berkurang karena maksiat seperti menutupnya payung.
Sedangkan Imam Ath-Tahabari mentakhrij dari jalur Abdullah bin Rawahah, beliau mengatakan bahwa keimanan itu seperti pakaian, iman hilang seperti terlepasnya pakaian dari tubuh dan iman ada seperti terpakainnya pakaian pada tubuh manusia. Oleh karena itu, puasa yang didasari dengan keimanan kepada Allah SWT akan mengantarkan pelakunya kepada jalan rahmat dan keridhaannya.
Selain keimanan pondasi yang lain adalah ketaatan kepada Allah SWT, maksud dari ketakwaan di sini adalah menaati segala perintah dan larangan selama menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tentunya menaati dalam hal ini harus menyertakan kesabaran dalam diri seorang mukmin, jika kesabaran dalam diri seorang mukmin hilang maka hilang pula keimanan dan ketaatan dalam dirinya. Sebagaimana firman Allah SWT tentang pentingnya keimanan dan kesabaran dalam melaksanakan bagi seorang mukmin:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran {3}: 200)
Dalam kitab As-Shabru wa Tsawab ‘Alaih Imam Ibnu Abid Dunya menukil dari sahabat Ali bin Abi Thalib RA bahwasanya kesabaran dibagi menjadi tiga tingkatan: a). Sabar menghadapi musibah; b). Sabar dalam menjalankan ketaatan; c). Sabar dalam menjauhi maksiat. Maka yang kita garis bawahi adalah sabar dalam menjalan ketaatan dari Allah SWT, sebab dalam hal ini menunaikan puasa Ramadhan harus diiringi dengan kesabaran. Contohnya sabar menahan makan dan minum, sabar menjauhi hubungan suami istri, sabar tidak berbicara kotor dan lain sebagainnya.
Oleh kerena itu dalam mengarungi bulan Ramadhan ini, mari kita siapkan keimanan dan ketaatan kita kepada Allah SWT, dengan cara percaya bahwa menunaikan segala ikhtiar ibadah kita di bulan suci Ramadhan ini mendapatkan balasan rahmat dan keridhoan dari Allah SWT.
_____
Ahmad Aditiya Pratama, Thalabah PUTM & Founder Dakwah Sawa As-Sabil
0 Komentar
Tinggalkan Pesan