Hujan dan Tawanya
Rifa'i Hilmy Arrasyid Kamis, 11-1-2024 | - Dilihat: 93

Oleh: Rifa'i Hilmy Arrasyid
“Pelajaran yang membosankan…..huh” Kataku dalam hati. Bahasa Indonesia menjadi salah satu pelajaran yang menururtku sangat aneh, Mengapa? Coba, ada waktu, guru Bahasa Indonesia kami sangat lucu sampai seluruh kelas ramai penuh gelak tawa oleh setiap orang dan ada juga waktu dimana guru kami ini sangat serius sekali sampai-sampai seperempat dari kelasku tertidur lelap mengurusi mimpinya masing-masing, yap itulah Pak Steven, guru Bahasa Indonesia kami. Dengan perawakan berkacamata nulat berwarna hitam, seragam guru yang lengkap, dan hal yang paling membuatnya terkenal adalah Jokes-jokesnya.
~
Aku melihat keuar jendela, kelas sebelah sedang ada Pelajaran Oahraga atau yang sering kita kenal dengan PJOK. Mereka melakukan bermacam-macam olahraga seperti bermain bola kasti, Badminton, Adu Sprint, bahkan hingga ompat tali (untuk yang ini khanya khusus perempuan). Hffftttt…..aku menghela nafas Panjang. Kali ini, Pak Steven sedang serius dengan pelajarannya, kantukkupun menyerang dan aku akhirnya terlelap mengikuti beberapa temanku yang sudah tepar di atas buku tulis mereka, bahkan ada yang sampai ngiler, iuhhhh.
~ ~ ~ ~
“Woi Rak!!!” Teriak teman-temanku. Akupun langsung terbangun sambal mengerjapkan mata yang mana baru saja arwahku masuk kedalam tubuhku dan itu perlu waktu untuk sadar sempurna.
“Istirahat bre,” Shino, teman karibku itu menepuk pundakku, “ Iya,iya entaran”.
Kini mataku sempurna terbuka, kulihat para cewe-cewe sedang asyik merumpi ceria yang ditemani oleh snack mereka masing-masing, Adapun disisi cowo-cowo mereka sedang main bareng game Nasional sekolahku, apalagi selain Mobile Legends. Aku berjalan pelan melewati mereka dan aku menghampiri Shino yang sedang sibuk dengan Handphonenya.
“Shin, Jajan ga?“ Tanyaku singkat.
“Jajaninlah, hahaha,” Tawanya.
“Iya,iya cepet gih, keburu masuk,” Ajakku dengan raut muka menyesal. Coba, manusia mana yang kalua seorang temannya meminta untuk membeikan jajan kepada kita? Pastilah ada rasa-rasa seperti “Aih, males banget woi!!”, Tapi ya sudahlah, Namanya juga teman, toh suatu saat nanti pasti akan dibalas, percaya itu.
Kami berjalan pean sambal berbincang sambal berbincang satu-dua hal tentang kegiatan sekolah akhir akhir ini yang sudah mulai banyak kegiatan-kegiatan dari sekolah. Pak Udin, pemilik gerobak Bakwan Kawi itu menjadi tujuan kami untuk menyantap Bakwan Kawi yang sangat super duper lezatnya, asli.
~
Selepas menyantap Bakwan Kawi terenak disekolahkami, kami berbincang Kembali, kali ini tentang Pak Steven yang tadi mengajar di kelas kami.
“Serius dah, Pak Steven kalo udah masukmode pelajarannya, bikin ngantuk sumpah dah, cumin orang-orang serius atau orang yang memang lagi ga ngantuk aja yang bisa bertahan, hahahahah,” Ucapku mengawali pembicaraan.
“Betul, tapi aneh banget hari ini, aku ga tidur woiii! Pas pelajarannya dia,” Pungkas Shino.
“Hahay, bener juga, kamu lho yang nyadarin aku”
“Lagian, tidurku pulas bet dah kayaknya,” Hanya meringis saja yang bisa aku tapakkan ke Shino. Tak lama kemudian, Bel pun berbunyi….. Aku dan Shino pun bergegas menuju kelas melanjutkan pelajaran selanjutnya, Sejarah.
~
Pak Pras, guru pengampu Mata Peajaran Sejarah ini sungguh enak bukan main kaau dia mengajar. Semua ilmu yang dia ajarkan kepada kami, pasti masuk ke otak kami walaupun selevel anak yang masa sekalipun, entah jurus apa yang dia pakai. Materi pada pertemuan kali ini membahsa tentang Tokoh-Tokoh Nasional dan Prokamasi kemerdekaan, tapi yang tidak aku suka dari dia adalah saat dia sudah berkata “Oke semuanya, kali ini kita mencongak ya!! tulis nomor satu sampe 1-30, sudah? Yok, nomor 1,” Hffft, baru dapat info saja kami langsung disuruh cekatan untuk langsung mengerjakan yang dengan pengetahuan yang berbeda-beda disetiap orang. Sebenarnya, itu juga melatih kita secara tidak langsung perihal “Cekatan”, begitu juga Guru-guru lainnya. Tapi, tentu hal itu selalu kita nikmati saja setiap apa yang kita lakukan saat kita-
DHUARR…..DLARRRR….DERRRR
Eh? Aku melirik ke arah luar jendela, kok mendung? Aghhh, aku tidak bawa payung!! aku melirik ke teman-temanku. Shino, haishhh… sudah jelas anak itu mana mau ribet-ribet ke sekolah bawa payung apalagi mantel?. Mita, dia pasti menunggu hujan sampai reda, pasti itu, sabar sudah menjadi ciri sifatnya Mita itu sendiri. Aku melirik ke bagian bangku belakang dan Hei?? aku lupa dia yang biasanya selalu bawa payung 2, entah apa alasannya anak ini membawa payung 2, aku pun tak tau.
“Ssssttt…..Lia,” Kupanggil Lia dengan ber-Ssst pean berharap ia menydarainya.
“Oi!”
Lia akhirnya menyadari itu dan menimpaiku, “Kenapa Rak?”
“Kamu punya payung 2 apa-ngga?” Gayaku sambil menggambarkan dengan tanganku sebuah payung dan angka 2 dengan 2 jariku.
“Hahhhh? Apa??” Ucapnya pelan sembari mendekatkan telinganya kearahku.
“P-A-Y-U-N-G, kamu ba-
Pletak….
Penghapus papan tulis melayang mengenai kepalaku. Ternyata Pak Pras menyadari obrolanku dengan Lia.
“Kamu ngapain Rak?” Tanya Pak Pras dengan nada lumayan kencang. Otomatis seluruh kelas dan sepasang mata mereka angsung megarah kepasdaku.
“Ma-maaf, Pak,” Aku berdiri dan menundukkan kepalaku
“Kamu ini!! jangan ngobrol saat pelajaran saya!” Gertak Pak Pras.
“I-I-iya pak, siap,” jawabku dengan hormat sambil melirik ke arah Lia “Dasar, kenapa aku doang yang kena? Pak Pras pilih kasih!” batinku. Ya, Lia hanya tertawa menindas melihat memohon maaf dan culunku. Cewe emang selalu gitu ya?
Tak lama seteah kejadian penghapus papan tulis itu melayang dan mengenai kepalaku, Pak Pras menutup kelas dan tanpa fa-fi-fu separuh kelas langsung bergegas pulang berharap hujan belum terlalu deras, aku menghampiri Lia yang masih sibuk dengan buku-bukunya.
“Kamu paham gak sih maksudku tadi?” Aku menepuk pundaknya.
“Hahahaha, tau,tau, sengaja aja aku tanya lagi, eh malah kamu dimarahin kamunya,” Jawabnya diakhiri dengan tawa yang sangat menindas.
“Dasar, sakit tau!!” Balasku sambil menunjukan bekas lemparan tadi.
“Makanya, gak usah ngobrol,” Timpal Lia. Dia merogoh tasnya dan memberikan satu payung miliknya kepadaku, “Nih, pake dulu aja”.
“Nah gini lho, Makasih ya,” Kondisi mukaku seketika berubah menggambarkan kata-kata terima kasih, “Mau pulang bareng ga?”.
“Boleh, yuk, mumpung hujannya belum deres bangett,” Ajaknya sembari mendorongku menuju keluar kelas .
Lia, teman kecil , ya walaupun kami tidak terlalu senang bermain denganku, entah karena faktor antara cewe dan cowo atau memang dia malas saja bermain denganku. Lia pernah satu SD denganku saat itu dan ditengah perjalanannya di kelas 5, dia pindah kota dan otomatis sekolahnya pun ikut pindah. Tapi, Alhamdulilahnya saat masuk SMA , kami dipertemukan lagi dan kami masih mengenail satu sama lain, padahal ya, sudah jelas perbandingan saat SD dengan saat SMA ada banyak sekali perbedaan, salah satunya penampilan fisik.
~
Kami berjalan tidak pelan dan tidak pula cepat, karena hujan ini yang semakin kesini, semakin banyak butir-butir air yang berjatuhan. CTARRR… Petir mulai muncul dan angin berhembus kencang membuat rambut dan dasiku terangkat mengikuti arah angin itu berhembus.
“Rak, kayaknya mending kita neduh dulu deh. Firasatku ga enak asli. Mendungnya dah parah banget ini,” Cemas Lia.
“Ah, Udahlah terobos aja kali, ini juga ga deres,deres amat,” Bantahku.
“IHHHH…. ga deres dari mana coba? Ini aja udah berangin gede ini!” Ucapnya marah sambil sambil mendorong payungku dengan payungnya berharap aku terkana hujan.
“Halah palingan kamu tu ta-
BRESSSSS….BYIURRR…
Hujan deras akhirnya turun dengan cepat beberapa detik setelah aku mengucapkan kata-kata itu barusan.
“EHHHH…. Ayo Li!! ke pondok itu dulu!” Teriakku sambil menggandeng tangan Lia menuju pondok.
“EHHHH bentar, bentar,” Lia berteriak karena aku langsung menariknya.
Aku dan Lia akhirnya berteduh di sebuah pondok, payung yang kami bawa, kami lipat.
“Huhh, aku kan dah bilang apa tadi, ngeyel sih,” Ucap Lia, “Hehehe”.
Aku dan Lia duduk berdua menikmati derasnya huajn. Butir-butir air itu seperti berbiacara dengan permukaan tanah dan menimbulkan suara yang begitu keras. Entah kenapa suasana ini mengingatkanku kembai pada hari itu dan itu………
“Rak?” Ucap Lia memecah kelamunanku.
“Ya?” Aku pun tersadar.
“Ada masalah?” Tanyanya.
“Ngga, sama sekali ngga,” Bantahku, “Tapi, hujan ini mengingatkankupada sesuatu”.
“Apaan?” Lia penasaran.
“Ini semua tentang Ayahku,” Aku memulai cerita, “Kamu tau kan berita saat itu?”.
“Ohhh, ya, aku masih ingat berita itu, aku turuh berduka, Rak,” Jawab Lia dengan raut wajah sedih.
“Iya, makasih ya. Hffft…. Dulu aku masih ingat, tepatnya saat aku kelas 3 SD, Aku dan Ayahku berlarian kesana kemari bermain hujan, Dia menggendong dan mengajakku mengelilingi desa tanpa ada malu sedikitpun. Tertawa kencangku menuar ke Ayah, kami berdua merasakan dunia ini seperti hanya ada kami berdua. Lalu kami lomba hari……Hahahaha….. lucu sekali waktu itu.aku merasa seperti akulah pelari tercepat sedunia, padahal Ayah sengaja melambatkan larinya agar aku bisa melaju kencang mencapai garis finish, yap pondok iniah garis finishnya,” Aku meghembuskan nafas sejenak.
“EHHHHHHH!!!” Lia terkejut, “Terus,terus?”
“Aku berteriak kencang seraya berkata, “Lihat Yah!!! aku sampai lebih dulu daripada Ayah, wleeee,”. Lalu Ayahku berhenti sejenak karena nafasnya teresengal-senga. Ayahku pub langsung mengajakku berteduh di pondok ini, aku ingat betul kata-katanya, “Rakha, dah gede ya, Ayah bersyukur banget punya anak kayak kamu, semoga kamu selalu jadi anak yang berbakti ya, Rakha…. Itu pesan Ayah”. Ayah tertawa bahagia dan memelukku serta mengelus-elus rambut yang basah. Ayah seorang yang sangat hebat kalo kamu tau Lin, Dia mampu bersosialisasi dan memiliki banyak teman, makanya Ayahku selalu diajak kerja sama sana sini dan kunci yang bisa kuambil dari sifat Ayah adalah Sabar,Li. Sabar jika ia berada dibawah, Sabar saat dia dikhianati oleh seseorang, Sabar jikalau ada orang yang menyakitinya, baik fisik maupun batin, dan hebatnya lagi, Ayahku tuh Baik kepada semua orang, Selalu tersenyum lebar dan mengombinasikan dengan sifat Sabarnya, behhhh, terbaik pokoknya,” Aku menyambung ceritaku.
“Wihhh, hebat juga ya Ayahmu,” Puji Lia.
“Hahahaha pasti itu!, tapi ya sampai sekarang aku hanya bisa mendoakannya yang terbaik, dan itu adaah kenagan terindah saat Ayahku masih ada seperti di posisimu saat ini,”
Lia mengikuti alur raut wajahku, kadang lesu, kadang bersemangat, “Ayahmu tuh hebat kok, Rak. Pasti Ayahmu ditempatkan di tempat yang diimpi-impikan semua orang, pasti itu,” Lia menepuk pundakku dengan maksud memberi semangat kepadaku.
“Makasih ya, Li,” Ucapku.
Aku mengeha nafas dan memberikan senyuman kepadanya, Terima Kasih, “ Tapi Episode yang kita jalani sekarang masih dalam proses pelatihan, mana mungkin aku bisa langsung bisa jadi seperti Ayah. Aku masih belum bisa Percaya Diri, Belum bisa terlalu jago dalam Bersosialisasi dengan orang yang baru aku kenal dan belum bisa mengontrol emosiku”.
“Kamu bisa kok, Asal terus dilatih aja sih, aku pun juga gitu. Masa yang kita hadapi sekarang itu Masa diana kita sedang mencari Jati Diri kita masing-masing,” Jelasnya. “Pulang yuk Rak, dah reda nih”.
“Lah, iya, aku ga nyadar lho dari tadi,” Sadarku.
“Iyalah, kamu dari tadi asyik cerita sih, ya udah gih ayok,” Ajaknya.
~~
Kami berjalan diantara genangan-genangan air, sesekali aku usil mencipratkan salah satu genangan dan ahasil, air yang ada digenangan air tersebut mengenai celana Lia. Sudah pasti Lia marah dan akhirnya mengejarku dengan sepatu yang berada di tangannya, siap melempar kapan pun dia mau.
“RAKKKKKKHAAAA!!!” Lia melempar sepatunya dan dia mengenaiku.
“Aduh” Aku mengaduh pelan.
Tak kami sadari di ujung simpang empat sana ada beberapa anak kecil yang sedang bermain-main. Kami pun langsung serentak mejaga “Image” kami sebagai anak SMA.
Salah satu anak kecil itu menyadari kehadiran kami, “Eh Rud, liat tuh, ada orang pacaran!!! kiw,kiw,” Yang lain menyaut, “Widiw, Cie cieeee, kayak yang di tipi-tipi itu, Sal!” Yang satunya menjawab, “Iya Den, Hahahahah lucu banget “.
Tak terbendung, muka kami berdua seketika memerah, Lia yang tak terima memberi ancang-ancang seperti ingin melempar sepatu kearah mereka, “NGAWURRR KALIAN, SINI!!!!!”.
“KABURRRRR” Ketiga anak kecil itu lari tunggang langgang menjauhi Lia.
Aku menepuk jidatku, “Hadehhhh…. Dasar bocil-bocil itu maah bilang gitu,” Ucapku dalam hati.
TAMAT
- Artikel Terpuler -
Hujan dan Tawanya
Rifa'i Hilmy Arrasyid Kamis, 11-1-2024 | - Dilihat: 93

Oleh: Rifa'i Hilmy Arrasyid
“Pelajaran yang membosankan…..huh” Kataku dalam hati. Bahasa Indonesia menjadi salah satu pelajaran yang menururtku sangat aneh, Mengapa? Coba, ada waktu, guru Bahasa Indonesia kami sangat lucu sampai seluruh kelas ramai penuh gelak tawa oleh setiap orang dan ada juga waktu dimana guru kami ini sangat serius sekali sampai-sampai seperempat dari kelasku tertidur lelap mengurusi mimpinya masing-masing, yap itulah Pak Steven, guru Bahasa Indonesia kami. Dengan perawakan berkacamata nulat berwarna hitam, seragam guru yang lengkap, dan hal yang paling membuatnya terkenal adalah Jokes-jokesnya.
~
Aku melihat keuar jendela, kelas sebelah sedang ada Pelajaran Oahraga atau yang sering kita kenal dengan PJOK. Mereka melakukan bermacam-macam olahraga seperti bermain bola kasti, Badminton, Adu Sprint, bahkan hingga ompat tali (untuk yang ini khanya khusus perempuan). Hffftttt…..aku menghela nafas Panjang. Kali ini, Pak Steven sedang serius dengan pelajarannya, kantukkupun menyerang dan aku akhirnya terlelap mengikuti beberapa temanku yang sudah tepar di atas buku tulis mereka, bahkan ada yang sampai ngiler, iuhhhh.
~ ~ ~ ~
“Woi Rak!!!” Teriak teman-temanku. Akupun langsung terbangun sambal mengerjapkan mata yang mana baru saja arwahku masuk kedalam tubuhku dan itu perlu waktu untuk sadar sempurna.
“Istirahat bre,” Shino, teman karibku itu menepuk pundakku, “ Iya,iya entaran”.
Kini mataku sempurna terbuka, kulihat para cewe-cewe sedang asyik merumpi ceria yang ditemani oleh snack mereka masing-masing, Adapun disisi cowo-cowo mereka sedang main bareng game Nasional sekolahku, apalagi selain Mobile Legends. Aku berjalan pelan melewati mereka dan aku menghampiri Shino yang sedang sibuk dengan Handphonenya.
“Shin, Jajan ga?“ Tanyaku singkat.
“Jajaninlah, hahaha,” Tawanya.
“Iya,iya cepet gih, keburu masuk,” Ajakku dengan raut muka menyesal. Coba, manusia mana yang kalua seorang temannya meminta untuk membeikan jajan kepada kita? Pastilah ada rasa-rasa seperti “Aih, males banget woi!!”, Tapi ya sudahlah, Namanya juga teman, toh suatu saat nanti pasti akan dibalas, percaya itu.
Kami berjalan pean sambal berbincang sambal berbincang satu-dua hal tentang kegiatan sekolah akhir akhir ini yang sudah mulai banyak kegiatan-kegiatan dari sekolah. Pak Udin, pemilik gerobak Bakwan Kawi itu menjadi tujuan kami untuk menyantap Bakwan Kawi yang sangat super duper lezatnya, asli.
~
Selepas menyantap Bakwan Kawi terenak disekolahkami, kami berbincang Kembali, kali ini tentang Pak Steven yang tadi mengajar di kelas kami.
“Serius dah, Pak Steven kalo udah masukmode pelajarannya, bikin ngantuk sumpah dah, cumin orang-orang serius atau orang yang memang lagi ga ngantuk aja yang bisa bertahan, hahahahah,” Ucapku mengawali pembicaraan.
“Betul, tapi aneh banget hari ini, aku ga tidur woiii! Pas pelajarannya dia,” Pungkas Shino.
“Hahay, bener juga, kamu lho yang nyadarin aku”
“Lagian, tidurku pulas bet dah kayaknya,” Hanya meringis saja yang bisa aku tapakkan ke Shino. Tak lama kemudian, Bel pun berbunyi….. Aku dan Shino pun bergegas menuju kelas melanjutkan pelajaran selanjutnya, Sejarah.
~
Pak Pras, guru pengampu Mata Peajaran Sejarah ini sungguh enak bukan main kaau dia mengajar. Semua ilmu yang dia ajarkan kepada kami, pasti masuk ke otak kami walaupun selevel anak yang masa sekalipun, entah jurus apa yang dia pakai. Materi pada pertemuan kali ini membahsa tentang Tokoh-Tokoh Nasional dan Prokamasi kemerdekaan, tapi yang tidak aku suka dari dia adalah saat dia sudah berkata “Oke semuanya, kali ini kita mencongak ya!! tulis nomor satu sampe 1-30, sudah? Yok, nomor 1,” Hffft, baru dapat info saja kami langsung disuruh cekatan untuk langsung mengerjakan yang dengan pengetahuan yang berbeda-beda disetiap orang. Sebenarnya, itu juga melatih kita secara tidak langsung perihal “Cekatan”, begitu juga Guru-guru lainnya. Tapi, tentu hal itu selalu kita nikmati saja setiap apa yang kita lakukan saat kita-
DHUARR…..DLARRRR….DERRRR
Eh? Aku melirik ke arah luar jendela, kok mendung? Aghhh, aku tidak bawa payung!! aku melirik ke teman-temanku. Shino, haishhh… sudah jelas anak itu mana mau ribet-ribet ke sekolah bawa payung apalagi mantel?. Mita, dia pasti menunggu hujan sampai reda, pasti itu, sabar sudah menjadi ciri sifatnya Mita itu sendiri. Aku melirik ke bagian bangku belakang dan Hei?? aku lupa dia yang biasanya selalu bawa payung 2, entah apa alasannya anak ini membawa payung 2, aku pun tak tau.
“Ssssttt…..Lia,” Kupanggil Lia dengan ber-Ssst pean berharap ia menydarainya.
“Oi!”
Lia akhirnya menyadari itu dan menimpaiku, “Kenapa Rak?”
“Kamu punya payung 2 apa-ngga?” Gayaku sambil menggambarkan dengan tanganku sebuah payung dan angka 2 dengan 2 jariku.
“Hahhhh? Apa??” Ucapnya pelan sembari mendekatkan telinganya kearahku.
“P-A-Y-U-N-G, kamu ba-
Pletak….
Penghapus papan tulis melayang mengenai kepalaku. Ternyata Pak Pras menyadari obrolanku dengan Lia.
“Kamu ngapain Rak?” Tanya Pak Pras dengan nada lumayan kencang. Otomatis seluruh kelas dan sepasang mata mereka angsung megarah kepasdaku.
“Ma-maaf, Pak,” Aku berdiri dan menundukkan kepalaku
“Kamu ini!! jangan ngobrol saat pelajaran saya!” Gertak Pak Pras.
“I-I-iya pak, siap,” jawabku dengan hormat sambil melirik ke arah Lia “Dasar, kenapa aku doang yang kena? Pak Pras pilih kasih!” batinku. Ya, Lia hanya tertawa menindas melihat memohon maaf dan culunku. Cewe emang selalu gitu ya?
Tak lama seteah kejadian penghapus papan tulis itu melayang dan mengenai kepalaku, Pak Pras menutup kelas dan tanpa fa-fi-fu separuh kelas langsung bergegas pulang berharap hujan belum terlalu deras, aku menghampiri Lia yang masih sibuk dengan buku-bukunya.
“Kamu paham gak sih maksudku tadi?” Aku menepuk pundaknya.
“Hahahaha, tau,tau, sengaja aja aku tanya lagi, eh malah kamu dimarahin kamunya,” Jawabnya diakhiri dengan tawa yang sangat menindas.
“Dasar, sakit tau!!” Balasku sambil menunjukan bekas lemparan tadi.
“Makanya, gak usah ngobrol,” Timpal Lia. Dia merogoh tasnya dan memberikan satu payung miliknya kepadaku, “Nih, pake dulu aja”.
“Nah gini lho, Makasih ya,” Kondisi mukaku seketika berubah menggambarkan kata-kata terima kasih, “Mau pulang bareng ga?”.
“Boleh, yuk, mumpung hujannya belum deres bangett,” Ajaknya sembari mendorongku menuju keluar kelas .
Lia, teman kecil , ya walaupun kami tidak terlalu senang bermain denganku, entah karena faktor antara cewe dan cowo atau memang dia malas saja bermain denganku. Lia pernah satu SD denganku saat itu dan ditengah perjalanannya di kelas 5, dia pindah kota dan otomatis sekolahnya pun ikut pindah. Tapi, Alhamdulilahnya saat masuk SMA , kami dipertemukan lagi dan kami masih mengenail satu sama lain, padahal ya, sudah jelas perbandingan saat SD dengan saat SMA ada banyak sekali perbedaan, salah satunya penampilan fisik.
~
Kami berjalan tidak pelan dan tidak pula cepat, karena hujan ini yang semakin kesini, semakin banyak butir-butir air yang berjatuhan. CTARRR… Petir mulai muncul dan angin berhembus kencang membuat rambut dan dasiku terangkat mengikuti arah angin itu berhembus.
“Rak, kayaknya mending kita neduh dulu deh. Firasatku ga enak asli. Mendungnya dah parah banget ini,” Cemas Lia.
“Ah, Udahlah terobos aja kali, ini juga ga deres,deres amat,” Bantahku.
“IHHHH…. ga deres dari mana coba? Ini aja udah berangin gede ini!” Ucapnya marah sambil sambil mendorong payungku dengan payungnya berharap aku terkana hujan.
“Halah palingan kamu tu ta-
BRESSSSS….BYIURRR…
Hujan deras akhirnya turun dengan cepat beberapa detik setelah aku mengucapkan kata-kata itu barusan.
“EHHHH…. Ayo Li!! ke pondok itu dulu!” Teriakku sambil menggandeng tangan Lia menuju pondok.
“EHHHH bentar, bentar,” Lia berteriak karena aku langsung menariknya.
Aku dan Lia akhirnya berteduh di sebuah pondok, payung yang kami bawa, kami lipat.
“Huhh, aku kan dah bilang apa tadi, ngeyel sih,” Ucap Lia, “Hehehe”.
Aku dan Lia duduk berdua menikmati derasnya huajn. Butir-butir air itu seperti berbiacara dengan permukaan tanah dan menimbulkan suara yang begitu keras. Entah kenapa suasana ini mengingatkanku kembai pada hari itu dan itu………
“Rak?” Ucap Lia memecah kelamunanku.
“Ya?” Aku pun tersadar.
“Ada masalah?” Tanyanya.
“Ngga, sama sekali ngga,” Bantahku, “Tapi, hujan ini mengingatkankupada sesuatu”.
“Apaan?” Lia penasaran.
“Ini semua tentang Ayahku,” Aku memulai cerita, “Kamu tau kan berita saat itu?”.
“Ohhh, ya, aku masih ingat berita itu, aku turuh berduka, Rak,” Jawab Lia dengan raut wajah sedih.
“Iya, makasih ya. Hffft…. Dulu aku masih ingat, tepatnya saat aku kelas 3 SD, Aku dan Ayahku berlarian kesana kemari bermain hujan, Dia menggendong dan mengajakku mengelilingi desa tanpa ada malu sedikitpun. Tertawa kencangku menuar ke Ayah, kami berdua merasakan dunia ini seperti hanya ada kami berdua. Lalu kami lomba hari……Hahahaha….. lucu sekali waktu itu.aku merasa seperti akulah pelari tercepat sedunia, padahal Ayah sengaja melambatkan larinya agar aku bisa melaju kencang mencapai garis finish, yap pondok iniah garis finishnya,” Aku meghembuskan nafas sejenak.
“EHHHHHHH!!!” Lia terkejut, “Terus,terus?”
“Aku berteriak kencang seraya berkata, “Lihat Yah!!! aku sampai lebih dulu daripada Ayah, wleeee,”. Lalu Ayahku berhenti sejenak karena nafasnya teresengal-senga. Ayahku pub langsung mengajakku berteduh di pondok ini, aku ingat betul kata-katanya, “Rakha, dah gede ya, Ayah bersyukur banget punya anak kayak kamu, semoga kamu selalu jadi anak yang berbakti ya, Rakha…. Itu pesan Ayah”. Ayah tertawa bahagia dan memelukku serta mengelus-elus rambut yang basah. Ayah seorang yang sangat hebat kalo kamu tau Lin, Dia mampu bersosialisasi dan memiliki banyak teman, makanya Ayahku selalu diajak kerja sama sana sini dan kunci yang bisa kuambil dari sifat Ayah adalah Sabar,Li. Sabar jika ia berada dibawah, Sabar saat dia dikhianati oleh seseorang, Sabar jikalau ada orang yang menyakitinya, baik fisik maupun batin, dan hebatnya lagi, Ayahku tuh Baik kepada semua orang, Selalu tersenyum lebar dan mengombinasikan dengan sifat Sabarnya, behhhh, terbaik pokoknya,” Aku menyambung ceritaku.
“Wihhh, hebat juga ya Ayahmu,” Puji Lia.
“Hahahaha pasti itu!, tapi ya sampai sekarang aku hanya bisa mendoakannya yang terbaik, dan itu adaah kenagan terindah saat Ayahku masih ada seperti di posisimu saat ini,”
Lia mengikuti alur raut wajahku, kadang lesu, kadang bersemangat, “Ayahmu tuh hebat kok, Rak. Pasti Ayahmu ditempatkan di tempat yang diimpi-impikan semua orang, pasti itu,” Lia menepuk pundakku dengan maksud memberi semangat kepadaku.
“Makasih ya, Li,” Ucapku.
Aku mengeha nafas dan memberikan senyuman kepadanya, Terima Kasih, “ Tapi Episode yang kita jalani sekarang masih dalam proses pelatihan, mana mungkin aku bisa langsung bisa jadi seperti Ayah. Aku masih belum bisa Percaya Diri, Belum bisa terlalu jago dalam Bersosialisasi dengan orang yang baru aku kenal dan belum bisa mengontrol emosiku”.
“Kamu bisa kok, Asal terus dilatih aja sih, aku pun juga gitu. Masa yang kita hadapi sekarang itu Masa diana kita sedang mencari Jati Diri kita masing-masing,” Jelasnya. “Pulang yuk Rak, dah reda nih”.
“Lah, iya, aku ga nyadar lho dari tadi,” Sadarku.
“Iyalah, kamu dari tadi asyik cerita sih, ya udah gih ayok,” Ajaknya.
~~
Kami berjalan diantara genangan-genangan air, sesekali aku usil mencipratkan salah satu genangan dan ahasil, air yang ada digenangan air tersebut mengenai celana Lia. Sudah pasti Lia marah dan akhirnya mengejarku dengan sepatu yang berada di tangannya, siap melempar kapan pun dia mau.
“RAKKKKKKHAAAA!!!” Lia melempar sepatunya dan dia mengenaiku.
“Aduh” Aku mengaduh pelan.
Tak kami sadari di ujung simpang empat sana ada beberapa anak kecil yang sedang bermain-main. Kami pun langsung serentak mejaga “Image” kami sebagai anak SMA.
Salah satu anak kecil itu menyadari kehadiran kami, “Eh Rud, liat tuh, ada orang pacaran!!! kiw,kiw,” Yang lain menyaut, “Widiw, Cie cieeee, kayak yang di tipi-tipi itu, Sal!” Yang satunya menjawab, “Iya Den, Hahahahah lucu banget “.
Tak terbendung, muka kami berdua seketika memerah, Lia yang tak terima memberi ancang-ancang seperti ingin melempar sepatu kearah mereka, “NGAWURRR KALIAN, SINI!!!!!”.
“KABURRRRR” Ketiga anak kecil itu lari tunggang langgang menjauhi Lia.
Aku menepuk jidatku, “Hadehhhh…. Dasar bocil-bocil itu maah bilang gitu,” Ucapku dalam hati.
TAMAT
16 Komentar

2024-11-29 19:54:02
Gybpwq
eriacta stroke - zenegra online lord forzest unit

2024-12-04 07:29:50
Ppdylt
valif pills shadowy - valif online shape sinemet over the counter

2024-12-05 18:30:58
Xynknd
crixivan over the counter - confido over the counter purchase diclofenac gel cheap

2024-12-06 06:12:37
Nlxmvn
valif online knowledge - valif pills limb where can i buy sinemet

2024-12-12 00:14:38
Aqdcxn
provigil 200mg us - buy provigil for sale order lamivudine without prescription

2024-12-13 18:48:34
Psknbs
phenergan order - purchase phenergan online cheap buy lincomycin 500mg for sale

2024-12-16 21:13:51
Knivuu
buy oral stromectol - buy tegretol 400mg for sale carbamazepine 200mg sale

2024-12-27 14:49:55
Amwgjt
deltasone 10mg without prescription - deltasone 40mg canada buy capoten pills for sale

2024-12-31 16:11:16
Nqryob
buy deltasone 10mg online - nateglinide 120mg canada capoten 25 mg sale

2025-01-16 07:41:39
Ruxdss
oral isotretinoin 20mg - buy generic decadron zyvox online buy

2025-01-16 23:11:20
Umwtvm
amoxicillin pills - valsartan without prescription buy generic ipratropium for sale

2025-01-29 15:30:26
Mmikow
buy zithromax 250mg pills - buy tinidazole 300mg without prescription order bystolic 5mg for sale

2025-02-01 10:33:06
Wbaykd
cheap prednisolone 10mg - purchase progesterone generic progesterone online order

2025-02-09 00:13:29
Ywtbcq
gabapentin 800mg sale - buy clomipramine generic buy sporanox without prescription

2025-02-09 14:26:23
Ykklwx
order furosemide 40mg pill - order piracetam for sale buy generic betnovate 20gm

2025-02-14 05:13:00
Gleamy
buy monodox pills - acticlate for sale buy glucotrol 5mg sale
16 Komentar
2024-11-29 19:54:02
Gybpwq
eriacta stroke - zenegra online lord forzest unit
2024-12-04 07:29:50
Ppdylt
valif pills shadowy - valif online shape sinemet over the counter
2024-12-05 18:30:58
Xynknd
crixivan over the counter - confido over the counter purchase diclofenac gel cheap
2024-12-06 06:12:37
Nlxmvn
valif online knowledge - valif pills limb where can i buy sinemet
2024-12-12 00:14:38
Aqdcxn
provigil 200mg us - buy provigil for sale order lamivudine without prescription
2024-12-13 18:48:34
Psknbs
phenergan order - purchase phenergan online cheap buy lincomycin 500mg for sale
2024-12-16 21:13:51
Knivuu
buy oral stromectol - buy tegretol 400mg for sale carbamazepine 200mg sale
2024-12-27 14:49:55
Amwgjt
deltasone 10mg without prescription - deltasone 40mg canada buy capoten pills for sale
2024-12-31 16:11:16
Nqryob
buy deltasone 10mg online - nateglinide 120mg canada capoten 25 mg sale
2025-01-16 07:41:39
Ruxdss
oral isotretinoin 20mg - buy generic decadron zyvox online buy
2025-01-16 23:11:20
Umwtvm
amoxicillin pills - valsartan without prescription buy generic ipratropium for sale
2025-01-29 15:30:26
Mmikow
buy zithromax 250mg pills - buy tinidazole 300mg without prescription order bystolic 5mg for sale
2025-02-01 10:33:06
Wbaykd
cheap prednisolone 10mg - purchase progesterone generic progesterone online order
2025-02-09 00:13:29
Ywtbcq
gabapentin 800mg sale - buy clomipramine generic buy sporanox without prescription
2025-02-09 14:26:23
Ykklwx
order furosemide 40mg pill - order piracetam for sale buy generic betnovate 20gm
2025-02-14 05:13:00
Gleamy
buy monodox pills - acticlate for sale buy glucotrol 5mg sale
Tinggalkan Pesan