Dilema Wanita dalam Karir dan Rumah Tangga
Khulanah Kamis, 3-8-2023 | - Dilihat: 96
Oleh: Khulanah
Berbicara tentang wanita memang tak ada habisnya dan apabila dituliskan barangkali akan menghabiskan banyak tinta dan juga kata. Dalam tulisan ini, penulis tidak akan membahas semuanya karena terkesan kemaruk dan khawatir juga tidak bisa menuntaskannya. Maka dalam tulisan ini, penulis akan membahas kegelisahan kaum wanita terhadap pertanyaan masyarakat yang ancapkali diajukan kepadanya.
Dilema terhadap pilihan menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga memang sudah lumrah melanda kaum wanita khususnya masyarakat Indonesia. Mereka mengilhami hal tersebut bukan hanya sebatas kegelisahan pribadi namun juga kerap kali dilontarkan sebagai pertanyaan yang diajukan kepada oranglain atau bahkan hadir sebagai mosi dalam sebuah forum perdebatan. Hal tersebut tentu mengundang pro kontra bagi sebagian orang dan juga menjadi PR bagi kaum wanita.
Fitrah Wanita dalam Islam
Fitrah atau kecenderungan adalah pembawaan atau naluri yang diberikan oleh Allah kepada makhluknya sejak penciptaannya. Adapun fitrah perempuan dalam islam adalah haid (menstruasi), mengandung dan melahirkan. Hal tersebut yang membedakannya dengan laki-laki sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam firmannya Qs. Ali Imran : 36 yang artinya:
“ …Dan tidaklah sama laki-laki dan perempuan.” Adanya perbedaan ini bukanlah untuk merendahkan gender satu dengan yang lain melainkan hal tersebut dimaksudkan bahwa wanita dan pria memiliki keistimewaan masing-masing yang menjadi ciri khas bagi keduanya.
Selain fitrah yang telah disebutkan di atas, fitrah wanita yang lain adalah fitrah untuk beribadah dan mencari ilmu sebagaimana laki-laki. Fitrah beribadah kepada Allah ini bukan hanya berupa ibadah fardu (hablu minallah) seperti sholat dan puasa namun juga termasuk dalam ruang lingkup humanisme (hablu minanas) seperti mengabdikan diri pada umat dan persyarikatan. Selanjutnya adalah fitrah mencari ilmu sebagaimana hadis nabi yang artinya “mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”.
Mencari ilmu itu penting bagi seorang wanita karena kelak ia akan menjadi seorang ibu atau yang sering dikenal dengan istilah madrasatul ‘ula (sekolah pertama) bagi anaknya. Sebab seorang ibu akan mewariskan warisan genetic yang berupa kecerdasan.
Di sinilah peran seorang wanita sangat besar terhadap pola asuh anak, karena ia adalah orang yang pertama kali akan mengajarkan hal-hal penting seperti pemahaman tentang agama, keimanan, tanggung jawab, kemanusiaan dan hal-hal penting lainnya kepada sang anak.
Peran Wanita dalam Keluarga
Selain berperan menjadi seorang ibu, wanita juga memiliki tugas mulia lainnya yaitu menjadi seorang istri bagi pasangannya. adapun tugas istri adalah membantu suami dan mematuhi suami atas dasar ketaatan serta kepatuhan kepada Allah Swt. Kerjasama dan kepemimpinan yang terjalin dalam keluarga haruslah atas dasar pembagian tugas untuk saling melengkapi dan berdasarkan rasa cinta dan kasih sayang.
Hal tersebut tidak lain sebagaimana tujuan pernikahan yang tertuang dalam Qs. Ar-Rūm : 21 yaitu menggapai sakinah, mawaddah wa rahmah. Maka kedudukan suami istri dalam rumah tangga dapat dikatakan bukan sekedar pemimpin dari orang yang dipimpin tetapi partner dalam segala hal kebaikan.
Pilihan menjadi wanita karir ataupun menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan yang sama-sama baik. Semuanya memiliki nilai positif dan juga konsekuensinya masing-masing. Misalnya saat seorang wanita memilih menjadi wanita karir baik menjadi seorang praktisi ataupun akademisi, banyak memiliki manfaat untuk mengembangkan potensi dan mengukir prestasi.
Namun hal tersebut ancapkali dikhawatirkan dapat menghambat perannya menjadi ibu rumah tangga yang dapat menimbulkan terbengkalainya pekerjaan domestic, kewajibannya terhadap suami dan juga waktunya bersama sang anak.
Adapun saat seorang wanita memilih menjadi ibu rumah tangga masyarakat ancapkali menilai dengan sebelah mata. Sebab pilihan tersebut terkadang dianggap kurang berdaya serta mengubur potensi jika misalnya wanita tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang cukup untuk menjadi akademisi atau karir yang lainnya.
Selain itu, asumsi lain memandang wanita yang memilih menjadi ibu rumah tangga perannya hanya sebatas bergelut pada pekerjaan domestic yang berkaitan dengan sumur, kasur dan dapur.
Memilih Menjadi Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga
Sebagaimana disebutkan di awal, hemat penulis jika memandang kedua pilihan tersebut adalah dua pilihan yang sama baiknya dan tidak masalah jika seorang wanita memiliki peran ganda dalam hal itu. Bagi seorang yang dapat mengatur waktu dan prioritas dengan baik, bukanlah sesuatu yang mutahil untuk sukses dalam dua bidang tersebut.
Keduanya adalah pilihan yang tak mudah melihat keduanya memiliki tuntutan dan konsekuensi yang sama beratnya. Maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenal diri sendiri dan mengerti betul apa tujuan hidupnya.
Seorang wanita boleh saja bekerja menjadi wanita karir namun ia harus tetap mengerti tugas dan kewajibannya menjadi seorang istri dan juga ibu bagi anak-anaknya. Misalnya bagi seorang aktivis boleh saja ia berkiprah, mengurusi umat tapi jangan lupa untuk tetap memperhatikan urusan rumah. Sebab urusan rumah adalah urusan yang penting dan tidak bisa begitu saja diwakilkan termasuk tugas mengabdi kepada suami dan tugas mendidik anak.
Adapun saat wanita memilih menjadi ibu rumah tangga hendaknya ia tidak mencukupkan diri dengan berfokus pada pekerjaan rumah saja, tetapi juga harus selalu meng-upgrade diri dengan belajar dan mengikuti forum kajian ataupun diskusi ilmu. Selain itu jika memiliki softskill bisa juga dikembangkan di sela-sela waktu kosong agar terus terasah dan dapat bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
Dalam memilih suatu pilihan, baik akan memilih salah satu ataupun memilih keduanya diharapkan seseorang dapat menimbang manfaat dan mudharatnya terlebih dahulu serta perlunya mawas diri dan menyadari kapasitas dirinya agar tidak menyesal di kemudian hari.
Terlepas dari hal tersebut, perlu adanya diskusi dengan orang sekitar baik orangtua, suami maupun anak agar apapun pilihan yang diambil mendapat dukungan dan juga support. Maka apapun pilihannya diharapkan berporos pada kebaikan dan diharapkan dapat melahirkan kemaslahatan. Wallahu a’lam bisshawwab
_____
Khulanah, Mahasiswi Ilmu Hadis UAD
- Artikel Terpuler -
Dilema Wanita dalam Karir dan Rumah Tangga
Khulanah Kamis, 3-8-2023 | - Dilihat: 96
Oleh: Khulanah
Berbicara tentang wanita memang tak ada habisnya dan apabila dituliskan barangkali akan menghabiskan banyak tinta dan juga kata. Dalam tulisan ini, penulis tidak akan membahas semuanya karena terkesan kemaruk dan khawatir juga tidak bisa menuntaskannya. Maka dalam tulisan ini, penulis akan membahas kegelisahan kaum wanita terhadap pertanyaan masyarakat yang ancapkali diajukan kepadanya.
Dilema terhadap pilihan menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga memang sudah lumrah melanda kaum wanita khususnya masyarakat Indonesia. Mereka mengilhami hal tersebut bukan hanya sebatas kegelisahan pribadi namun juga kerap kali dilontarkan sebagai pertanyaan yang diajukan kepada oranglain atau bahkan hadir sebagai mosi dalam sebuah forum perdebatan. Hal tersebut tentu mengundang pro kontra bagi sebagian orang dan juga menjadi PR bagi kaum wanita.
Fitrah Wanita dalam Islam
Fitrah atau kecenderungan adalah pembawaan atau naluri yang diberikan oleh Allah kepada makhluknya sejak penciptaannya. Adapun fitrah perempuan dalam islam adalah haid (menstruasi), mengandung dan melahirkan. Hal tersebut yang membedakannya dengan laki-laki sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam firmannya Qs. Ali Imran : 36 yang artinya:
“ …Dan tidaklah sama laki-laki dan perempuan.” Adanya perbedaan ini bukanlah untuk merendahkan gender satu dengan yang lain melainkan hal tersebut dimaksudkan bahwa wanita dan pria memiliki keistimewaan masing-masing yang menjadi ciri khas bagi keduanya.
Selain fitrah yang telah disebutkan di atas, fitrah wanita yang lain adalah fitrah untuk beribadah dan mencari ilmu sebagaimana laki-laki. Fitrah beribadah kepada Allah ini bukan hanya berupa ibadah fardu (hablu minallah) seperti sholat dan puasa namun juga termasuk dalam ruang lingkup humanisme (hablu minanas) seperti mengabdikan diri pada umat dan persyarikatan. Selanjutnya adalah fitrah mencari ilmu sebagaimana hadis nabi yang artinya “mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”.
Mencari ilmu itu penting bagi seorang wanita karena kelak ia akan menjadi seorang ibu atau yang sering dikenal dengan istilah madrasatul ‘ula (sekolah pertama) bagi anaknya. Sebab seorang ibu akan mewariskan warisan genetic yang berupa kecerdasan.
Di sinilah peran seorang wanita sangat besar terhadap pola asuh anak, karena ia adalah orang yang pertama kali akan mengajarkan hal-hal penting seperti pemahaman tentang agama, keimanan, tanggung jawab, kemanusiaan dan hal-hal penting lainnya kepada sang anak.
Peran Wanita dalam Keluarga
Selain berperan menjadi seorang ibu, wanita juga memiliki tugas mulia lainnya yaitu menjadi seorang istri bagi pasangannya. adapun tugas istri adalah membantu suami dan mematuhi suami atas dasar ketaatan serta kepatuhan kepada Allah Swt. Kerjasama dan kepemimpinan yang terjalin dalam keluarga haruslah atas dasar pembagian tugas untuk saling melengkapi dan berdasarkan rasa cinta dan kasih sayang.
Hal tersebut tidak lain sebagaimana tujuan pernikahan yang tertuang dalam Qs. Ar-Rūm : 21 yaitu menggapai sakinah, mawaddah wa rahmah. Maka kedudukan suami istri dalam rumah tangga dapat dikatakan bukan sekedar pemimpin dari orang yang dipimpin tetapi partner dalam segala hal kebaikan.
Pilihan menjadi wanita karir ataupun menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan yang sama-sama baik. Semuanya memiliki nilai positif dan juga konsekuensinya masing-masing. Misalnya saat seorang wanita memilih menjadi wanita karir baik menjadi seorang praktisi ataupun akademisi, banyak memiliki manfaat untuk mengembangkan potensi dan mengukir prestasi.
Namun hal tersebut ancapkali dikhawatirkan dapat menghambat perannya menjadi ibu rumah tangga yang dapat menimbulkan terbengkalainya pekerjaan domestic, kewajibannya terhadap suami dan juga waktunya bersama sang anak.
Adapun saat seorang wanita memilih menjadi ibu rumah tangga masyarakat ancapkali menilai dengan sebelah mata. Sebab pilihan tersebut terkadang dianggap kurang berdaya serta mengubur potensi jika misalnya wanita tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang cukup untuk menjadi akademisi atau karir yang lainnya.
Selain itu, asumsi lain memandang wanita yang memilih menjadi ibu rumah tangga perannya hanya sebatas bergelut pada pekerjaan domestic yang berkaitan dengan sumur, kasur dan dapur.
Memilih Menjadi Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga
Sebagaimana disebutkan di awal, hemat penulis jika memandang kedua pilihan tersebut adalah dua pilihan yang sama baiknya dan tidak masalah jika seorang wanita memiliki peran ganda dalam hal itu. Bagi seorang yang dapat mengatur waktu dan prioritas dengan baik, bukanlah sesuatu yang mutahil untuk sukses dalam dua bidang tersebut.
Keduanya adalah pilihan yang tak mudah melihat keduanya memiliki tuntutan dan konsekuensi yang sama beratnya. Maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenal diri sendiri dan mengerti betul apa tujuan hidupnya.
Seorang wanita boleh saja bekerja menjadi wanita karir namun ia harus tetap mengerti tugas dan kewajibannya menjadi seorang istri dan juga ibu bagi anak-anaknya. Misalnya bagi seorang aktivis boleh saja ia berkiprah, mengurusi umat tapi jangan lupa untuk tetap memperhatikan urusan rumah. Sebab urusan rumah adalah urusan yang penting dan tidak bisa begitu saja diwakilkan termasuk tugas mengabdi kepada suami dan tugas mendidik anak.
Adapun saat wanita memilih menjadi ibu rumah tangga hendaknya ia tidak mencukupkan diri dengan berfokus pada pekerjaan rumah saja, tetapi juga harus selalu meng-upgrade diri dengan belajar dan mengikuti forum kajian ataupun diskusi ilmu. Selain itu jika memiliki softskill bisa juga dikembangkan di sela-sela waktu kosong agar terus terasah dan dapat bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
Dalam memilih suatu pilihan, baik akan memilih salah satu ataupun memilih keduanya diharapkan seseorang dapat menimbang manfaat dan mudharatnya terlebih dahulu serta perlunya mawas diri dan menyadari kapasitas dirinya agar tidak menyesal di kemudian hari.
Terlepas dari hal tersebut, perlu adanya diskusi dengan orang sekitar baik orangtua, suami maupun anak agar apapun pilihan yang diambil mendapat dukungan dan juga support. Maka apapun pilihannya diharapkan berporos pada kebaikan dan diharapkan dapat melahirkan kemaslahatan. Wallahu a’lam bisshawwab
_____
Khulanah, Mahasiswi Ilmu Hadis UAD
4 Komentar
2024-12-01 04:46:59
Dzykja
eriacta indeed - sildigra underground forzest clang
2024-12-04 10:37:08
Ejghhb
valif courage - sinemet canada buy sinemet generic
2024-12-06 15:03:09
Xbsqyv
purchase indinavir generic - order voltaren gel voltaren gel where to buy
2024-12-06 18:56:16
Eccdfv
valif online animal - valif pills reader sinemet 10mg generic
4 Komentar
2024-12-01 04:46:59
Dzykja
eriacta indeed - sildigra underground forzest clang
2024-12-04 10:37:08
Ejghhb
valif courage - sinemet canada buy sinemet generic
2024-12-06 15:03:09
Xbsqyv
purchase indinavir generic - order voltaren gel voltaren gel where to buy
2024-12-06 18:56:16
Eccdfv
valif online animal - valif pills reader sinemet 10mg generic
Tinggalkan Pesan