• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Buya Syafii, Kader, dan Keahlian

Azhar Syahida Jum'at, 21-10-2022 | - Dilihat: 211

banner

Oleh: Azhar Syahida

Suatu siang pada pertengahan 2014, di sebuah pendopo asri di Kulonprogo, Buya Ahmad Syafii Maarif berpesan kepada santri-santri Mu’allimin, “Jangan menjadi manusia kepalang tanggung.” Pesan Buya Syafii tersebut terus melekat sampai sekarang di benak saya. Menjadi sumber semangat untuk terus belajar dan mengasah diri. Pesan Buya itu disampaikan saat persamuhan Baitul Arqam santri Mu’allimin kelas 6 aliyah.

Titipan pesan Buya tersebut bukan sembarang pesan. Tapi, sebuah pesan yang datang dari hati. Sebab, kami dianggap sebagai ‘kader-kader’ yang kelak akan meneruskan langkah gerak Muhammadiyah. Saya yakin, Buya juga akan menyampaikan pesan yang sama kepada anak-anak muda Muhammadiyah lainnya, untuk memberi asa bahwa hari depan masih ada celah untuk menjadi lebih baik.

Lantas, apa dan siapa itu kader?

Gampangya, kader adalah orang-orang kunci dalam sebuah organisasi. Oxford dan Cambridge mendefinisikan kader sebagai “the chosen and trained people”. Mengambil definisi seperti ini, maka menjadi kader adalah menjadi orang-orang penting di dalam sebuah pergerakan, sehingga memustukan menjadi kader Muhammadiyah adalah kita menjadi tim-tim inti dari pergerakan Muhammadiyah.

Kalau saya tidak keliru, di depan Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta juga tertulis jelas sebuah tagline: “Sekolah Kader Persyarikatan Muhammadiyah.” Itu artinya, semua santri yang tengah belajar di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta adalah mereka yang telah siap ditempa dan didik menjadi kader-kader persyarikatan; kelak siap terjun ke masyarakat sebagai ‘anak panah’ perjuangan Muhammadiyah, yang salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tantangan Muhammadiyah

Tidak bisa dimungkiri, bahwa ke depan, Muhammadiyah akan menghadapi situasi kebangsaan, keumatan, dan kemanusiaan yang semakin kompleks. Potensi konflik budaya, populisme politik yang memorak-porandakan harmoni sosial masyarakat, makin sulitnya mencapai hidup yang layak bagi masyarakat menengah bawah, dan himpitan ekonomi yang semakin menyulitkan mobilitas sosial di kalangan anak-anak muda, meniscayakan Muhammadiyah perlu menyiapkan diri.

Bukan tidak mungkin, tantangan-tantangan yang akan dihadapi Muhammadiyah di dekade ketiga abad 21 ini juga berkaitan dengan situasi internal Muhammadiyah, misalnya tentang kesejahteraan masyarakat Muhammadiyah, yang setiap saat senantiasa aktif menghidupi Muhammadiyah.

Melihat tantangan-tantangan ke depan yang semakin kompleks tersebut, Muhammadiyah perlu merancang strategi agar mampu menyediakan ekosistem yang mumpuni sebagai lokus lahirnya kader-kader Muhammadiyah yang ahli, berkarakter kuat, berintegritas, dan dapat diandalkan untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Menjadi Ahli   

Kendati demikian, selain Muhammadiyah perlu terus berprogres menjadi lokus yang nyaman atas penempaan dan pengembangan kapasitas kader Muhammadiyah dan anak bangsa Indonesia lainnya, kemauan diri dan semangat untuk bergiat menjadi ahli yang mumpuni juga harus hadir dari diri masing-masing kader Muhammadiyah.

Sebab, pada prinsipnya, pengembangan kapasitas sumber daya manusia itu harus didorong oleh cita-cita dan visi dari masing-masing individu. Kader-kader Muhammadiyah harus membangun kesadaran bahwa menjadi kader Muhammadiyah itu memiliki konsekuensi logis, yakni menjadi seseorang yang unggul dalam bidang yang digeluti, misalnya menjadi ekonom, politikus, psikolog, atau pedagang sukses.

Tentu, jika seorang kader Muhammadiyah ingin menjadi ahli, harus dicanangkan menjadi ahli yang betulan. Tidak sekadar ahli pada level medioker, tetapi ahli yang benar-benar mletek pemikirannya; dipandang di level nasional, syukur-syukur internasional.

Muhammadiyah memang memiliki banyak ahli, tetapi ahli-ahli di dalam Muhammadiyah itu masih cenderung didominasi oleh bidang ilmu tertentu. Di sini, kita juga perlu memikirkan distribusi para kader Muhammadiyah untuk menyebar di segala bidang keprofesian dan menguasai betul bidang yang digelutinya. 

Pengalaman saya pribadi, ketika bekerja sebagai seorang peneliti ekonomi, saya kesulitan mencari tahu, siapa contoh ekonom hebat di Indonesia yang berasal dari rahim Muhammadiyah? Mungkin banyak yang secara profesional bekerja di bidang keprofesian ekonomi, tapi belum ada yang mleteknya itu selevel tokoh ekonomi di Indonesia.

Nah, di sini, perlu menjadi renungan kita bersama. Bahwa kita perlu mendesain ulang visi bermuhammadiyah kita, yakni bagaimana kita menjadi kader yang ahli betul.

Aktualisasi Nilai

Dengan menjadi kader yang ahli di bidang spesifik yang digeluti, boleh jadi akan semakin memudahkan gerak langkah Muhammadiyah dalam mempromosikan semangat kemajuan yang selama ini dibawa Muhammadiyah.

Semangat kemajuan ini tentu juga berkaitan dengan upaya Muhammadiyah membangun majhad berpikir yang mengedepankan semangat keagamaan yang inklusif, nasionalisme yang berkeadaban, dan berkeadilan.

Selain itu, hal itu juga akan memudahkan Muhammadiyah untuk terus bertransformasi menjadi rumah kolaboratif bagi para anak muda untuk berkreasi, dan mengembangkan kapasitas diri.

Akhirnya, pesan Buya Syafii di atas jika dibaca dalam perspektif kebangsaan dan kemanusiaan, tentu menjadi penting dan niscaya. Kader dan keahlian mesti sejalan dalam satu napas. Menjadi seorang kader yang berdaya guna bagi seluas-luasnya. Kader Muhammadiyah untuk bangsa dan dunia.

_____

Azhar Syahida, Alumnus Mu’allimin Tahun 2014, Peneliti Ekonomi di Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute A. Malik Fadjar UMM

Tags
1 Komentar
banner

2022-10-21 08:07:33

Okta

Keren dan inspiratif

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Buya Syafii, Kader, dan Keahlian

Azhar Syahida Jum'at, 21-10-2022 | - Dilihat: 211

banner

Oleh: Azhar Syahida

Suatu siang pada pertengahan 2014, di sebuah pendopo asri di Kulonprogo, Buya Ahmad Syafii Maarif berpesan kepada santri-santri Mu’allimin, “Jangan menjadi manusia kepalang tanggung.” Pesan Buya Syafii tersebut terus melekat sampai sekarang di benak saya. Menjadi sumber semangat untuk terus belajar dan mengasah diri. Pesan Buya itu disampaikan saat persamuhan Baitul Arqam santri Mu’allimin kelas 6 aliyah.

Titipan pesan Buya tersebut bukan sembarang pesan. Tapi, sebuah pesan yang datang dari hati. Sebab, kami dianggap sebagai ‘kader-kader’ yang kelak akan meneruskan langkah gerak Muhammadiyah. Saya yakin, Buya juga akan menyampaikan pesan yang sama kepada anak-anak muda Muhammadiyah lainnya, untuk memberi asa bahwa hari depan masih ada celah untuk menjadi lebih baik.

Lantas, apa dan siapa itu kader?

Gampangya, kader adalah orang-orang kunci dalam sebuah organisasi. Oxford dan Cambridge mendefinisikan kader sebagai “the chosen and trained people”. Mengambil definisi seperti ini, maka menjadi kader adalah menjadi orang-orang penting di dalam sebuah pergerakan, sehingga memustukan menjadi kader Muhammadiyah adalah kita menjadi tim-tim inti dari pergerakan Muhammadiyah.

Kalau saya tidak keliru, di depan Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta juga tertulis jelas sebuah tagline: “Sekolah Kader Persyarikatan Muhammadiyah.” Itu artinya, semua santri yang tengah belajar di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta adalah mereka yang telah siap ditempa dan didik menjadi kader-kader persyarikatan; kelak siap terjun ke masyarakat sebagai ‘anak panah’ perjuangan Muhammadiyah, yang salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tantangan Muhammadiyah

Tidak bisa dimungkiri, bahwa ke depan, Muhammadiyah akan menghadapi situasi kebangsaan, keumatan, dan kemanusiaan yang semakin kompleks. Potensi konflik budaya, populisme politik yang memorak-porandakan harmoni sosial masyarakat, makin sulitnya mencapai hidup yang layak bagi masyarakat menengah bawah, dan himpitan ekonomi yang semakin menyulitkan mobilitas sosial di kalangan anak-anak muda, meniscayakan Muhammadiyah perlu menyiapkan diri.

Bukan tidak mungkin, tantangan-tantangan yang akan dihadapi Muhammadiyah di dekade ketiga abad 21 ini juga berkaitan dengan situasi internal Muhammadiyah, misalnya tentang kesejahteraan masyarakat Muhammadiyah, yang setiap saat senantiasa aktif menghidupi Muhammadiyah.

Melihat tantangan-tantangan ke depan yang semakin kompleks tersebut, Muhammadiyah perlu merancang strategi agar mampu menyediakan ekosistem yang mumpuni sebagai lokus lahirnya kader-kader Muhammadiyah yang ahli, berkarakter kuat, berintegritas, dan dapat diandalkan untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Menjadi Ahli   

Kendati demikian, selain Muhammadiyah perlu terus berprogres menjadi lokus yang nyaman atas penempaan dan pengembangan kapasitas kader Muhammadiyah dan anak bangsa Indonesia lainnya, kemauan diri dan semangat untuk bergiat menjadi ahli yang mumpuni juga harus hadir dari diri masing-masing kader Muhammadiyah.

Sebab, pada prinsipnya, pengembangan kapasitas sumber daya manusia itu harus didorong oleh cita-cita dan visi dari masing-masing individu. Kader-kader Muhammadiyah harus membangun kesadaran bahwa menjadi kader Muhammadiyah itu memiliki konsekuensi logis, yakni menjadi seseorang yang unggul dalam bidang yang digeluti, misalnya menjadi ekonom, politikus, psikolog, atau pedagang sukses.

Tentu, jika seorang kader Muhammadiyah ingin menjadi ahli, harus dicanangkan menjadi ahli yang betulan. Tidak sekadar ahli pada level medioker, tetapi ahli yang benar-benar mletek pemikirannya; dipandang di level nasional, syukur-syukur internasional.

Muhammadiyah memang memiliki banyak ahli, tetapi ahli-ahli di dalam Muhammadiyah itu masih cenderung didominasi oleh bidang ilmu tertentu. Di sini, kita juga perlu memikirkan distribusi para kader Muhammadiyah untuk menyebar di segala bidang keprofesian dan menguasai betul bidang yang digelutinya. 

Pengalaman saya pribadi, ketika bekerja sebagai seorang peneliti ekonomi, saya kesulitan mencari tahu, siapa contoh ekonom hebat di Indonesia yang berasal dari rahim Muhammadiyah? Mungkin banyak yang secara profesional bekerja di bidang keprofesian ekonomi, tapi belum ada yang mleteknya itu selevel tokoh ekonomi di Indonesia.

Nah, di sini, perlu menjadi renungan kita bersama. Bahwa kita perlu mendesain ulang visi bermuhammadiyah kita, yakni bagaimana kita menjadi kader yang ahli betul.

Aktualisasi Nilai

Dengan menjadi kader yang ahli di bidang spesifik yang digeluti, boleh jadi akan semakin memudahkan gerak langkah Muhammadiyah dalam mempromosikan semangat kemajuan yang selama ini dibawa Muhammadiyah.

Semangat kemajuan ini tentu juga berkaitan dengan upaya Muhammadiyah membangun majhad berpikir yang mengedepankan semangat keagamaan yang inklusif, nasionalisme yang berkeadaban, dan berkeadilan.

Selain itu, hal itu juga akan memudahkan Muhammadiyah untuk terus bertransformasi menjadi rumah kolaboratif bagi para anak muda untuk berkreasi, dan mengembangkan kapasitas diri.

Akhirnya, pesan Buya Syafii di atas jika dibaca dalam perspektif kebangsaan dan kemanusiaan, tentu menjadi penting dan niscaya. Kader dan keahlian mesti sejalan dalam satu napas. Menjadi seorang kader yang berdaya guna bagi seluas-luasnya. Kader Muhammadiyah untuk bangsa dan dunia.

_____

Azhar Syahida, Alumnus Mu’allimin Tahun 2014, Peneliti Ekonomi di Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute A. Malik Fadjar UMM

Tags
1 Komentar
banner

2022-10-21 08:07:33

Okta

Keren dan inspiratif

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech