Buah Kejujuran dari Surat Izin
Syafiq Abdillah Senin, 27-1-2025 | - Dilihat: 52

Oleh: Syafiq Abdillah
Pernahkah kamu merasa bahwa terkadang hidup ini penuh dengan godaan untuk mengambil jalan pintas? Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, kita sering kali merasa perlu mencari cara agar segala sesuatu berjalan lebih mudah. Tak jarang kita lebih memilih solusi instan meski harus mengorbankan nilai-nilai moral yang penting dalam kehidupan. Namun, ada satu hal yang tak pernah berubah, yaitu kekuatan dari kejujuran dan amanah.
Suatu hari, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, saya mengalami sebuah momen yang mengingatkan diri ini betapa berharganya kejujuran dalam hidup kita. Pada jam pelajaran pertama di kelas yang penuh dengan semangat pagi, tanpa diduga sebuah percakapan sederhana tentang surat izin sakit justru memberikan pelajaran yang jauh lebih dalam daripada yang saya bayangkan.
Bukan tentang selembar kertas izin yang ditandatangani, tapi tentang nilai moral yang jauh lebih kuat daripada itu. Di sini, saya menyadari betapa pentingnya untuk tidak sekadar jujur, tetapi juga untuk menjadi pribadi yang bisa dipercaya di dalam makna sebuah kesaksian.
Hari itu, seperti biasa, suasana kelas terasa santai. Guru kami memulai pelajaran dengan membacakan daftar presensi. Satu per satu nama kami dipanggil, hingga akhirnya sampai pada nama teman saya yang kebetulan tidak masuk kelas dikarenakan sakit. Tiba-tiba, suasana kelas jadi sedikit lebih serius.
Guru kami pun bertanya, "Kenapa si Fulan tidak masuk sekolah?" Semua mata tertuju pada teman saya yang duduk di depan. Teman saya itu dengan tenang menjawab, "Si Fulan sedang sakit, Ustaz. Sekarang dia sedang istirahat di asrama. Ini surat izinnya." Diberikanlah surat izin yang dia pegang.
Guru kami mengangguk seraya mengambil surat izin yang dibawakan teman saya. Tapi, tak lama setelah itu, beliau bertanya kembali, "Adakah di antara kalian yang menjadi saksi kalau si Fulan itu sakit?"
Beberapa detik terjadi keheningan, dan akhirnya salah satu teman saya mengangkat tangan. "Saya, Ustaz. Saya menyaksikan dia sakit," jawabnya.
Di sini, saya mulai merasa ada suasana yang berbeda. Kenapa harus menanyakan saksi? Kenapa surat izin yang sudah ada harus diperiksa lagi oleh seorang saksi? Inilah yang kemudian membuat saya semakin penasaran.
Mengapa Kesaksian Itu Lebih Penting?
Ustaz kami kemudian menjelaskan dengan bijak. Ternyata, beliau ingin mengajarkan kepada kami tentang pentingnya arti kejujuran dan amanah. Tidak hanya sekadar surat izin yang bisa ditulis oleh siapapun, tetapi kesaksian seorang Mukmin yang taat itu lebih kuat, lebih bisa dipercaya, dan lebih mencerminkan nilai-nilai agama Islam dan moral yang kita anut.
"Seorang Mukmin yang taat, jujur, dan bisa dipercaya, itu lebih bernilai daripada sekadar selembar kertas," ujar ustaz kami. Sontak, saya terdiam. Beliau melanjutkan, "Moralitas, etika, dan mental seseorang bisa dilihat dari seberapa besar tanggung jawab dan kejujuran yang dia pegang dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal-hal kecil seperti ini."
Ternyata, kejujuran tidak hanya soal apa yang kita katakan, tapi juga tentang bagaimana kita memegang amanah. Jika kita bisa dipercaya, maka nilai moral kita pun menjadi lebih tinggi. Sementara itu, surat izin hanyalah sebuah dokumen administratif yang tidak memiliki kekuatan moral seperti kesaksian seorang teman yang amanah. Terlebih seorang Mukmin yang taat.
Kejujuran dan Amanah untuk Anak Muda
Sebagai anak muda, seringkali kita dihadapkan dengan situasi yang menguji sejauh mana kita bisa menjaga kejujuran dan amanah. Kadang, kita cenderung untuk mencari jalan pintas agar segala urusan cepat selesai. Misalnya, saat izin sakit, kita bisa saja membuat surat izin tanpa kebenaran. Namun, apakah itu yang ingin kita ajarkan pada diri kita sendiri?
Pesan yang ingin disampaikan oleh ustaz kami sangat jelas. Kejujuran itu bukan hanya soal berbicara apa adanya, tetapi juga soal bagaimana kita memegang amanah. Jika kita bisa diandalkan, maka orang lain akan lebih menghargai dan menghormati kita. Kalau kita sudah bisa diandalkan, kepercayaan orang lain terhadap kita pun akan semakin besar.
Rasul kita tidak pernah mengatakan dirinya adalah orang yang paling amanah. Namun pernyataan itu muncul dan diucapkan dari pengakuan semua orang kepadanya, bahkan dari orang yang memusuhinya. Sebelum diangkat menjadi nabi, Muhammad dikenal dengan gelar al-Amin, yang berarti "sang terpercaya." Gelar ini menggambarkan sifat jujur dan dapat diandalkan yang diakui oleh masyarakat Mekkah pada masa itu.
Bangsa Ini Jangan Sampai Krisis Kejujuran
Kejujuran itu mungkin tampak sederhana, bahkan sepele bagi sebagian orang. Namun, di balik kata-kata dan tindakan kita, ada sesuatu yang lebih besar yang dipertaruhkan: kepercayaan. Kepercayaan adalah harta yang sangat berharga, dan hanya orang-orang yang mampu menjaga kejujuran dengan sepenuh hati yang layak mendapatkannya. Setiap kali kita berkata atau bertindak dengan jujur, kita sedang membangun fondasi yang kuat, bukan hanya untuk diri kita, tetapi juga untuk hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Momen di kelas itu mungkin terlihat biasa saja, hanya perkara surat izin sakit. Namun, dalam kesederhanaannya, itu mengingatkan kita pada satu hal penting: hidup ini bukan hanya tentang apa yang bisa kita dapatkan, tetapi tentang siapa kita ketika tak ada yang melihat. Apakah kita tetap bisa dipercaya, meski tak ada yang mengawasi? Apakah kita bisa tetap berpegang pada nilai-nilai moral meski situasi menuntut kita untuk mengambil jalan pintas?
Kejujuran bukan hanya tentang menghindari kebohongan, tetapi tentang menciptakan dunia di mana orang lain merasa aman dan nyaman untuk mempercayai kita. Dunia yang penuh dengan kejujuran adalah dunia di mana hubungan saling menghargai dan saling mendukung tumbuh dengan subur. Sejatinya, itu yang kita inginkan. Bukan hanya untuk diri kita, melainkan juga untuk generasi setelah kita.
Kejujuran dan amanah bukan hanya untuk hari ini, tapi akan menjadi warisan mahal yang kita tinggalkan untuk generasi yang akan datang. Jadilah pribadi yang tak hanya bisa dipercaya, tetapi juga membawa kebaikan bagi lingkungan sekitar. Karena sejatinya, dunia ini butuh lebih banyak orang yang berani jujur, memegang amanah, dan menjadi contoh yang baik, terutama di tengah zaman yang kadang terasa penuh dengan tipu daya
____
Syafiq Abdillah, Kader tingkat VI Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta
- Artikel Terpuler -
Buah Kejujuran dari Surat Izin
Syafiq Abdillah Senin, 27-1-2025 | - Dilihat: 52

Oleh: Syafiq Abdillah
Pernahkah kamu merasa bahwa terkadang hidup ini penuh dengan godaan untuk mengambil jalan pintas? Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, kita sering kali merasa perlu mencari cara agar segala sesuatu berjalan lebih mudah. Tak jarang kita lebih memilih solusi instan meski harus mengorbankan nilai-nilai moral yang penting dalam kehidupan. Namun, ada satu hal yang tak pernah berubah, yaitu kekuatan dari kejujuran dan amanah.
Suatu hari, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, saya mengalami sebuah momen yang mengingatkan diri ini betapa berharganya kejujuran dalam hidup kita. Pada jam pelajaran pertama di kelas yang penuh dengan semangat pagi, tanpa diduga sebuah percakapan sederhana tentang surat izin sakit justru memberikan pelajaran yang jauh lebih dalam daripada yang saya bayangkan.
Bukan tentang selembar kertas izin yang ditandatangani, tapi tentang nilai moral yang jauh lebih kuat daripada itu. Di sini, saya menyadari betapa pentingnya untuk tidak sekadar jujur, tetapi juga untuk menjadi pribadi yang bisa dipercaya di dalam makna sebuah kesaksian.
Hari itu, seperti biasa, suasana kelas terasa santai. Guru kami memulai pelajaran dengan membacakan daftar presensi. Satu per satu nama kami dipanggil, hingga akhirnya sampai pada nama teman saya yang kebetulan tidak masuk kelas dikarenakan sakit. Tiba-tiba, suasana kelas jadi sedikit lebih serius.
Guru kami pun bertanya, "Kenapa si Fulan tidak masuk sekolah?" Semua mata tertuju pada teman saya yang duduk di depan. Teman saya itu dengan tenang menjawab, "Si Fulan sedang sakit, Ustaz. Sekarang dia sedang istirahat di asrama. Ini surat izinnya." Diberikanlah surat izin yang dia pegang.
Guru kami mengangguk seraya mengambil surat izin yang dibawakan teman saya. Tapi, tak lama setelah itu, beliau bertanya kembali, "Adakah di antara kalian yang menjadi saksi kalau si Fulan itu sakit?"
Beberapa detik terjadi keheningan, dan akhirnya salah satu teman saya mengangkat tangan. "Saya, Ustaz. Saya menyaksikan dia sakit," jawabnya.
Di sini, saya mulai merasa ada suasana yang berbeda. Kenapa harus menanyakan saksi? Kenapa surat izin yang sudah ada harus diperiksa lagi oleh seorang saksi? Inilah yang kemudian membuat saya semakin penasaran.
Mengapa Kesaksian Itu Lebih Penting?
Ustaz kami kemudian menjelaskan dengan bijak. Ternyata, beliau ingin mengajarkan kepada kami tentang pentingnya arti kejujuran dan amanah. Tidak hanya sekadar surat izin yang bisa ditulis oleh siapapun, tetapi kesaksian seorang Mukmin yang taat itu lebih kuat, lebih bisa dipercaya, dan lebih mencerminkan nilai-nilai agama Islam dan moral yang kita anut.
"Seorang Mukmin yang taat, jujur, dan bisa dipercaya, itu lebih bernilai daripada sekadar selembar kertas," ujar ustaz kami. Sontak, saya terdiam. Beliau melanjutkan, "Moralitas, etika, dan mental seseorang bisa dilihat dari seberapa besar tanggung jawab dan kejujuran yang dia pegang dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal-hal kecil seperti ini."
Ternyata, kejujuran tidak hanya soal apa yang kita katakan, tapi juga tentang bagaimana kita memegang amanah. Jika kita bisa dipercaya, maka nilai moral kita pun menjadi lebih tinggi. Sementara itu, surat izin hanyalah sebuah dokumen administratif yang tidak memiliki kekuatan moral seperti kesaksian seorang teman yang amanah. Terlebih seorang Mukmin yang taat.
Kejujuran dan Amanah untuk Anak Muda
Sebagai anak muda, seringkali kita dihadapkan dengan situasi yang menguji sejauh mana kita bisa menjaga kejujuran dan amanah. Kadang, kita cenderung untuk mencari jalan pintas agar segala urusan cepat selesai. Misalnya, saat izin sakit, kita bisa saja membuat surat izin tanpa kebenaran. Namun, apakah itu yang ingin kita ajarkan pada diri kita sendiri?
Pesan yang ingin disampaikan oleh ustaz kami sangat jelas. Kejujuran itu bukan hanya soal berbicara apa adanya, tetapi juga soal bagaimana kita memegang amanah. Jika kita bisa diandalkan, maka orang lain akan lebih menghargai dan menghormati kita. Kalau kita sudah bisa diandalkan, kepercayaan orang lain terhadap kita pun akan semakin besar.
Rasul kita tidak pernah mengatakan dirinya adalah orang yang paling amanah. Namun pernyataan itu muncul dan diucapkan dari pengakuan semua orang kepadanya, bahkan dari orang yang memusuhinya. Sebelum diangkat menjadi nabi, Muhammad dikenal dengan gelar al-Amin, yang berarti "sang terpercaya." Gelar ini menggambarkan sifat jujur dan dapat diandalkan yang diakui oleh masyarakat Mekkah pada masa itu.
Bangsa Ini Jangan Sampai Krisis Kejujuran
Kejujuran itu mungkin tampak sederhana, bahkan sepele bagi sebagian orang. Namun, di balik kata-kata dan tindakan kita, ada sesuatu yang lebih besar yang dipertaruhkan: kepercayaan. Kepercayaan adalah harta yang sangat berharga, dan hanya orang-orang yang mampu menjaga kejujuran dengan sepenuh hati yang layak mendapatkannya. Setiap kali kita berkata atau bertindak dengan jujur, kita sedang membangun fondasi yang kuat, bukan hanya untuk diri kita, tetapi juga untuk hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Momen di kelas itu mungkin terlihat biasa saja, hanya perkara surat izin sakit. Namun, dalam kesederhanaannya, itu mengingatkan kita pada satu hal penting: hidup ini bukan hanya tentang apa yang bisa kita dapatkan, tetapi tentang siapa kita ketika tak ada yang melihat. Apakah kita tetap bisa dipercaya, meski tak ada yang mengawasi? Apakah kita bisa tetap berpegang pada nilai-nilai moral meski situasi menuntut kita untuk mengambil jalan pintas?
Kejujuran bukan hanya tentang menghindari kebohongan, tetapi tentang menciptakan dunia di mana orang lain merasa aman dan nyaman untuk mempercayai kita. Dunia yang penuh dengan kejujuran adalah dunia di mana hubungan saling menghargai dan saling mendukung tumbuh dengan subur. Sejatinya, itu yang kita inginkan. Bukan hanya untuk diri kita, melainkan juga untuk generasi setelah kita.
Kejujuran dan amanah bukan hanya untuk hari ini, tapi akan menjadi warisan mahal yang kita tinggalkan untuk generasi yang akan datang. Jadilah pribadi yang tak hanya bisa dipercaya, tetapi juga membawa kebaikan bagi lingkungan sekitar. Karena sejatinya, dunia ini butuh lebih banyak orang yang berani jujur, memegang amanah, dan menjadi contoh yang baik, terutama di tengah zaman yang kadang terasa penuh dengan tipu daya
____
Syafiq Abdillah, Kader tingkat VI Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta
0 Komentar
Tinggalkan Pesan