Belajar Proses Pendewasaan dari Film Inside Out 2
Fadhil Raihan Hakim Jum'at, 19-7-2024 | - Dilihat: 52
Oleh: Fadhil Raihan Hakim
Jika sebelumnya kisah Riley bercerita tentang perjalanan emosinya sebagai anak kecil, di sequel ini bercerita bagaimana Riley bisa menemukan jati dirinya. Aku pribadi sangat suka film-film Disney Pixar yang punya visi untuk menyampaikan moral value dan relate dengan kita.
Inside Out 2 ini berhasil menggambarkan secara nyata bagaimana sih seorang remaja yang puber bukan hanya mengalami perubahan secara fisik, tapi juga secara emosional yang mendalam bakalan mendriving tingkah laku di masa depan.
Film ini bercerita secara spesifik masa Riley ketika mendapatkan kesempatan untuk ikut camp olah raga hoki bersama teman-teman nya. Masa-masa remaja yang berbicara soal pertemanan, sekolah, gengsi, dan ambisi. That’s why menjadi momentum sempurna untuk mengunlock emosi baru yang sekaligus menjadi PR besar untuk Joy.
Di sini lagi-lagi Joy akan harus mendamaikan emosi baru sekaligus mendamaikan emosi dia sendiri. Serunya dia tidak sendiri. Sederhananya, dalam masa pubertas ini, Joy, Sadness, Disgust, Anger, dan Fear bersatu melawan emosi baru yaitu Anxiety, Envy, Ennui, dan Embarrassment. Mereka sama-sama bergulat untuk mengatur riley agar bisa mendapatkan masa pubertas yang menyenangkan dan sukses.
Joy dan teman-temannya yang sudah punya pengalaman mengenai hal itu, tentu merasa tahu apa yang diinginkan oleh Riley bukan hanya itu. Joy juga yang selalu menjaga Riley dengan “jati dirinya” terus-menerus menekankan bahwa Joy adalah anak yang baik.
Jati diri inilah yang mendriving dia untuk memiliki empati pada semua orang. Hal inilah yang membuat dia dicintai oleh orang tua dan teman teman nya. Hal inilah yang membuat dia bisa berhasil mendapatkan kesempatan mengikuti camp hoki yang bergengsi.
Tetapi Anxiety datang untuk mengambil seluruh meja kerja mereka dengan dalih bahwa Anxiety punya rencana panjang yang harus ia lakukan sendiri tanpa bantuan Joy dan teman-teman nya. Maksud Anxiety baik kok. Dia merasa bahwa yang dibutuhkan Riley saat ini ya dia.
Aku suka bagaimana film ini penuh dengan logika yang rasional. Dalam hidup, kita sering kali terlalu ambisius terhadap sesuatu. Mencoba segala cara agar sesuatu yang ingin kita dapatkan, bisa kita gapai, tapi mengorbankan hal-hal lain.
Setelah Joy dan teman-temannya dikurung dalam tempat yang disebut “rahasia terdalam” oleh Riley, ternyata berisi tentang hal-hal yang menyenangkan bagi Riley. Ia mengenang masa kecil. Aku sadar betapa film ini juga suka memainkan sarcasticnya dengan cara yang sangat halus.
Bagaimana rahasia terdalam kita berisikan hal yang membuat kita bahagia, tapi kita coba tutupi karena diri kita gengsi untuk mengekspresikan hal itu pada lingkungan kita? Apakah hal itu tidak asing di realita kita?
Adegan yang sebenarnya penuh makna ini dieksekusi dengan treatment yang super lucu dan menyenangkan. Ketika kita nonton, kita tidak perlu berpikir sedalam itu. Cukup dinikmati. Tapi setelah itu kita akan sadar bahwa maknanya sedalam itu.
Perjuangan Joy dan teman-temannya adalah bisa kembali ke ruang kerja mereka dan mengambil alih meja kerja yang dikuasai Anxiety. Tetapi dalam perjalanannya, Joy ingin membawa “jati diri” Riley juga ke ruangan itu. Seperti biasa, Joy selalu ingin Riley bahagia. Dia orang yang paling percaya dengan Riley.
Nah, momen inilah yang sangat mengharukan. Kapan waktu yang tepat bagi kita untuk mengingat kesalahan? Kapan waktu yang tepat untuk membuat kita realize bahwa apa yang kita lakukan merugikan orang lain, jahat, dan tidak seharusnya dilakukan? Atau bahkan lebih buruk, hal yang membuat kita tidak bahagia?
Di sinilah intro dari sebuah perjalanan emosi yang sempurna. Scene di mana Riley mencoba secara diam-diam masuk ke dalam ruang pelatihnya agar tahu penilaian untuk Riley. Apakah layak atau tidak masuk tim. Hal ini membawa Joy dan teman-temannya berhasil kembali ke ruangan itu.
Ketika kita berhadapan dengan masalah, kita harus mampu menghadapi dan menyelesaikan itu. Biasanya ada hal indah di belakangnya ketika kita mampu menghadapi masalah itu dengan baik.
Setelah diam-diam melihat hasilnya, ternyata hasilnya mengecewakan Riley. Dia belum layak masuk tim. Lalu dia mencari ide agar bisa berhasil dalam test yang akan dilaksanakan esok harinya. Alhasil, dia lebih ambisius, merugikan, dan merendahkan orang lain.
Sampai pada saat dia menabrak sahabatnya sendiri dengan sengaja. Sampai membuat temannya jatuh dan terluka. Momen ini membuat Anxiety kalang kabut karena tidak sesuai dengan harapan.
Di sisi lain, Riley juga bingung dan terkenak panick attack. Dia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Tidak ada yang bisa menghentikan Anxiety. Hanya joy yang selalu berusaha mencoba melepaskan Anxiety dari Riley.
Setelah kejadian itu, Riley mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Sebenarnya Riley adalah anak yang baik. Ia sangat menyesal atas perbuatannya dan tidak mempermasalahkan kalau temannya tidak ingin berteman lagi dengan dia. Menskipun teman-temannya percaya bahwa Riley masih bisa menjadi orang yang baik.
Momen ini mengajarkan kepada kita bahwa di setiap masalah dalam hidup, ada saja kekuatan untuk menghadapinya. Joy mengajarkan optimisme. Kita hanya butuh percaya diri. Kebahagiaan akan selalu ada di setiap momen kehidupan. Cukup percaya, perjuangkan, dan pasrahkan.
Terima kasih Inside Out 2. Aku sadar bahwa kita harus hidup berdampingan dengan Anxiety, tapi let happiness guide you, always.
- Artikel Terpuler -
Belajar Proses Pendewasaan dari Film Inside Out 2
Fadhil Raihan Hakim Jum'at, 19-7-2024 | - Dilihat: 52
Oleh: Fadhil Raihan Hakim
Jika sebelumnya kisah Riley bercerita tentang perjalanan emosinya sebagai anak kecil, di sequel ini bercerita bagaimana Riley bisa menemukan jati dirinya. Aku pribadi sangat suka film-film Disney Pixar yang punya visi untuk menyampaikan moral value dan relate dengan kita.
Inside Out 2 ini berhasil menggambarkan secara nyata bagaimana sih seorang remaja yang puber bukan hanya mengalami perubahan secara fisik, tapi juga secara emosional yang mendalam bakalan mendriving tingkah laku di masa depan.
Film ini bercerita secara spesifik masa Riley ketika mendapatkan kesempatan untuk ikut camp olah raga hoki bersama teman-teman nya. Masa-masa remaja yang berbicara soal pertemanan, sekolah, gengsi, dan ambisi. That’s why menjadi momentum sempurna untuk mengunlock emosi baru yang sekaligus menjadi PR besar untuk Joy.
Di sini lagi-lagi Joy akan harus mendamaikan emosi baru sekaligus mendamaikan emosi dia sendiri. Serunya dia tidak sendiri. Sederhananya, dalam masa pubertas ini, Joy, Sadness, Disgust, Anger, dan Fear bersatu melawan emosi baru yaitu Anxiety, Envy, Ennui, dan Embarrassment. Mereka sama-sama bergulat untuk mengatur riley agar bisa mendapatkan masa pubertas yang menyenangkan dan sukses.
Joy dan teman-temannya yang sudah punya pengalaman mengenai hal itu, tentu merasa tahu apa yang diinginkan oleh Riley bukan hanya itu. Joy juga yang selalu menjaga Riley dengan “jati dirinya” terus-menerus menekankan bahwa Joy adalah anak yang baik.
Jati diri inilah yang mendriving dia untuk memiliki empati pada semua orang. Hal inilah yang membuat dia dicintai oleh orang tua dan teman teman nya. Hal inilah yang membuat dia bisa berhasil mendapatkan kesempatan mengikuti camp hoki yang bergengsi.
Tetapi Anxiety datang untuk mengambil seluruh meja kerja mereka dengan dalih bahwa Anxiety punya rencana panjang yang harus ia lakukan sendiri tanpa bantuan Joy dan teman-teman nya. Maksud Anxiety baik kok. Dia merasa bahwa yang dibutuhkan Riley saat ini ya dia.
Aku suka bagaimana film ini penuh dengan logika yang rasional. Dalam hidup, kita sering kali terlalu ambisius terhadap sesuatu. Mencoba segala cara agar sesuatu yang ingin kita dapatkan, bisa kita gapai, tapi mengorbankan hal-hal lain.
Setelah Joy dan teman-temannya dikurung dalam tempat yang disebut “rahasia terdalam” oleh Riley, ternyata berisi tentang hal-hal yang menyenangkan bagi Riley. Ia mengenang masa kecil. Aku sadar betapa film ini juga suka memainkan sarcasticnya dengan cara yang sangat halus.
Bagaimana rahasia terdalam kita berisikan hal yang membuat kita bahagia, tapi kita coba tutupi karena diri kita gengsi untuk mengekspresikan hal itu pada lingkungan kita? Apakah hal itu tidak asing di realita kita?
Adegan yang sebenarnya penuh makna ini dieksekusi dengan treatment yang super lucu dan menyenangkan. Ketika kita nonton, kita tidak perlu berpikir sedalam itu. Cukup dinikmati. Tapi setelah itu kita akan sadar bahwa maknanya sedalam itu.
Perjuangan Joy dan teman-temannya adalah bisa kembali ke ruang kerja mereka dan mengambil alih meja kerja yang dikuasai Anxiety. Tetapi dalam perjalanannya, Joy ingin membawa “jati diri” Riley juga ke ruangan itu. Seperti biasa, Joy selalu ingin Riley bahagia. Dia orang yang paling percaya dengan Riley.
Nah, momen inilah yang sangat mengharukan. Kapan waktu yang tepat bagi kita untuk mengingat kesalahan? Kapan waktu yang tepat untuk membuat kita realize bahwa apa yang kita lakukan merugikan orang lain, jahat, dan tidak seharusnya dilakukan? Atau bahkan lebih buruk, hal yang membuat kita tidak bahagia?
Di sinilah intro dari sebuah perjalanan emosi yang sempurna. Scene di mana Riley mencoba secara diam-diam masuk ke dalam ruang pelatihnya agar tahu penilaian untuk Riley. Apakah layak atau tidak masuk tim. Hal ini membawa Joy dan teman-temannya berhasil kembali ke ruangan itu.
Ketika kita berhadapan dengan masalah, kita harus mampu menghadapi dan menyelesaikan itu. Biasanya ada hal indah di belakangnya ketika kita mampu menghadapi masalah itu dengan baik.
Setelah diam-diam melihat hasilnya, ternyata hasilnya mengecewakan Riley. Dia belum layak masuk tim. Lalu dia mencari ide agar bisa berhasil dalam test yang akan dilaksanakan esok harinya. Alhasil, dia lebih ambisius, merugikan, dan merendahkan orang lain.
Sampai pada saat dia menabrak sahabatnya sendiri dengan sengaja. Sampai membuat temannya jatuh dan terluka. Momen ini membuat Anxiety kalang kabut karena tidak sesuai dengan harapan.
Di sisi lain, Riley juga bingung dan terkenak panick attack. Dia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Tidak ada yang bisa menghentikan Anxiety. Hanya joy yang selalu berusaha mencoba melepaskan Anxiety dari Riley.
Setelah kejadian itu, Riley mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Sebenarnya Riley adalah anak yang baik. Ia sangat menyesal atas perbuatannya dan tidak mempermasalahkan kalau temannya tidak ingin berteman lagi dengan dia. Menskipun teman-temannya percaya bahwa Riley masih bisa menjadi orang yang baik.
Momen ini mengajarkan kepada kita bahwa di setiap masalah dalam hidup, ada saja kekuatan untuk menghadapinya. Joy mengajarkan optimisme. Kita hanya butuh percaya diri. Kebahagiaan akan selalu ada di setiap momen kehidupan. Cukup percaya, perjuangkan, dan pasrahkan.
Terima kasih Inside Out 2. Aku sadar bahwa kita harus hidup berdampingan dengan Anxiety, tapi let happiness guide you, always.
1 Komentar
2024-07-19 13:05:21
Oca
Tulisan yg bagus, walaupun saya belum sempat menonton film itu tapi suasana nya dapat dirasakan dan pesan yg dibawakan juga sangat relate dengan era sekarang, saya juga yakin film ini telah membawa pelajaran yg bagus untuk anak muda jaman sekarang. Ditunggu tulisan2 lainnya????
1 Komentar
2024-07-19 13:05:21
Oca
Tulisan yg bagus, walaupun saya belum sempat menonton film itu tapi suasana nya dapat dirasakan dan pesan yg dibawakan juga sangat relate dengan era sekarang, saya juga yakin film ini telah membawa pelajaran yg bagus untuk anak muda jaman sekarang. Ditunggu tulisan2 lainnya????
Tinggalkan Pesan