• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

BNPT dan Perang Melawan Terorisme

Iqbal Suliansyah Selasa, 29-11-2022 | - Dilihat: 318

banner

Oleh: Iqbal Suliansyah

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme terus fokus melawan terorisme di Indonesia. Dalam pagelaran Aqaba Process-Southeast Asia High Level Tech Meerting Preventing Terrorist and Violent Extremist Exploitationof the Internet di Bali pada 22-23 November 2022, Kepala Badan Nasional Penanggulagan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar, mengajak berbagai negara serius membangun kerja sama atau kemitraan sebagai upaya menghadapi aksi terorisme secara global.

Kerja sama harus terus diperkuat, tidak berhenti antar negara namun juga harus didukung kemitraan berbagai pihak seperti organisasi internasional maupun perusahaan bidang teknologi. Pagelaran Aqaba Process-Southeast Asia High Level Tech Meerting Preventing Terrorist and Violent Extremist Exploitationof the Internet dihadiri oleh 16 negara.

Acara ini diinisiasi oleh Kong Abdullah II dari Kerjaan Yordania tepatnya tahun 2015 dengan harapan menjadi ajang menguatkan komunikasi, kordinasi dan kerjasama bidang keamanan dan militer,serta sebagai wadah bertukar informasi dan keahlian antara pemangku kebijakan dan kepentingan di level global dan regional guna mencegah serta menanggulagi terorisme.

Berkaitan dengan terorisme, mengutip data dari Lembaga Kajian Laboratorium Indonesia 2045 atau disingkat LAB 45 dari 2000-2021, mencatat telah terjadi 553 aksi teror di Indonesia. Jika dirincikan aksi-aksi tersebut terdiri dari 51% pemboman, 30% serangan bersenjata dan sisanya adalah serangan pada fasilitas umum, pembunuhan, dan penculikan.

Tahun 2021 lalu kasus terorisme terus menjadi sorotan publik dan jika dibanding tahun sebelumnya terdapat peningkatan penangkapanterduga teroris. Aksi teror yang menghebohkan ketika bom bunuh diri di depan Gereja Katedral di Makassar, Sulawesi Selatan pada Maret 2021, dilanjutkan pada bulan yang sama adanya aksi teror di Mabes Polri di kawasan Jakarta Selatan.Teroris bernama Zakiah melakukan aksi penembakan di pos penjagaan Komplek Mabes Polri.

Terorisme terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Tahun 2018 lalu,  di Surabaya lahir model baru aksi teror untuk pertama kalinya di Indonesia dan bahkan dunia, yaitu melibatkan aksi teror satu keluarga utuh. Aksi teror satu keluarga utuh tentu harus mendapat perhatian dan sebaiknya dikaji lebih mendalam, apalagi berkaitan dengan ideologi yang diselipkan sehingga lahir gerakan teror satu keluarga utuh dengan model bom bunuh diri. Kelompok teroris di Indonesia diyakini terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok Jamaah Islamiyah yang berafiliasi dengan Al –Qaedahdan dan jamaah Ansharoh Tauhid yang berafiliasi dengan ISIS.

Mengutip pernyataan Kapolri Tito Karnavian tahun 2018 lalu dalam konferensi  middle East Special Operations Commanders Conference  (MESOC), terdapat 2.000 orang militan alumni Afghanistan dan Filipina di Indonesia.Indonesia, sebut Tito, memberantas teroris dengan metode hard approach dan soft approach.Hard Approach yaitu metode yang mengutamakan penegak hukum yang didukung oleh kekuatan intelijen dan militer sedangkan soft approach melalui upaya perbaikan ekonomi. Politik, ideologi , sosial kultur hingga program deradikalisasi.

Pemerintah Indonesia melalui berbagai lembaga seperti diantaranya BNPT tentu serius dan fokus melawan aksi teror. Kerja keras serta kerja cerdas berbagai elemen dan semangat kolaborasi BNPT, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Intelijen Negara, Tentara Nasional Indonesia, Kemneterian serta masyarakat sipil harus terus ditingkatkan.

Keterlibatan para praktisi dalam membangun kolaborasi dan jaringan dengan pemangku kepentingan khususnya pemerintah juga harus menjadi perhatian agar keberadaan praktisi bekerjasama dengan pemerintah menjadi kekuatan mendorong solusi melalui pemetaan permasalahan untuk lahirnya solusi mencakup berabagi bidang guna pencegahan terorisme.

Masyarakat juga harus peduli dan tidak mudah percaya akan informasi yang beredar khususnya di media sosial.Upaya-upaya tersebut juga akan menekan dan menghambat dinamika radikalisme melalui teknologi digital.

_____

Iqbal Suliansyah, ST, Alumni Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Angkatan I Lemhannas Tahun 2022

 

 

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb

BNPT dan Perang Melawan Terorisme

Iqbal Suliansyah Selasa, 29-11-2022 | - Dilihat: 318

banner

Oleh: Iqbal Suliansyah

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme terus fokus melawan terorisme di Indonesia. Dalam pagelaran Aqaba Process-Southeast Asia High Level Tech Meerting Preventing Terrorist and Violent Extremist Exploitationof the Internet di Bali pada 22-23 November 2022, Kepala Badan Nasional Penanggulagan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar, mengajak berbagai negara serius membangun kerja sama atau kemitraan sebagai upaya menghadapi aksi terorisme secara global.

Kerja sama harus terus diperkuat, tidak berhenti antar negara namun juga harus didukung kemitraan berbagai pihak seperti organisasi internasional maupun perusahaan bidang teknologi. Pagelaran Aqaba Process-Southeast Asia High Level Tech Meerting Preventing Terrorist and Violent Extremist Exploitationof the Internet dihadiri oleh 16 negara.

Acara ini diinisiasi oleh Kong Abdullah II dari Kerjaan Yordania tepatnya tahun 2015 dengan harapan menjadi ajang menguatkan komunikasi, kordinasi dan kerjasama bidang keamanan dan militer,serta sebagai wadah bertukar informasi dan keahlian antara pemangku kebijakan dan kepentingan di level global dan regional guna mencegah serta menanggulagi terorisme.

Berkaitan dengan terorisme, mengutip data dari Lembaga Kajian Laboratorium Indonesia 2045 atau disingkat LAB 45 dari 2000-2021, mencatat telah terjadi 553 aksi teror di Indonesia. Jika dirincikan aksi-aksi tersebut terdiri dari 51% pemboman, 30% serangan bersenjata dan sisanya adalah serangan pada fasilitas umum, pembunuhan, dan penculikan.

Tahun 2021 lalu kasus terorisme terus menjadi sorotan publik dan jika dibanding tahun sebelumnya terdapat peningkatan penangkapanterduga teroris. Aksi teror yang menghebohkan ketika bom bunuh diri di depan Gereja Katedral di Makassar, Sulawesi Selatan pada Maret 2021, dilanjutkan pada bulan yang sama adanya aksi teror di Mabes Polri di kawasan Jakarta Selatan.Teroris bernama Zakiah melakukan aksi penembakan di pos penjagaan Komplek Mabes Polri.

Terorisme terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman. Tahun 2018 lalu,  di Surabaya lahir model baru aksi teror untuk pertama kalinya di Indonesia dan bahkan dunia, yaitu melibatkan aksi teror satu keluarga utuh. Aksi teror satu keluarga utuh tentu harus mendapat perhatian dan sebaiknya dikaji lebih mendalam, apalagi berkaitan dengan ideologi yang diselipkan sehingga lahir gerakan teror satu keluarga utuh dengan model bom bunuh diri. Kelompok teroris di Indonesia diyakini terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok Jamaah Islamiyah yang berafiliasi dengan Al –Qaedahdan dan jamaah Ansharoh Tauhid yang berafiliasi dengan ISIS.

Mengutip pernyataan Kapolri Tito Karnavian tahun 2018 lalu dalam konferensi  middle East Special Operations Commanders Conference  (MESOC), terdapat 2.000 orang militan alumni Afghanistan dan Filipina di Indonesia.Indonesia, sebut Tito, memberantas teroris dengan metode hard approach dan soft approach.Hard Approach yaitu metode yang mengutamakan penegak hukum yang didukung oleh kekuatan intelijen dan militer sedangkan soft approach melalui upaya perbaikan ekonomi. Politik, ideologi , sosial kultur hingga program deradikalisasi.

Pemerintah Indonesia melalui berbagai lembaga seperti diantaranya BNPT tentu serius dan fokus melawan aksi teror. Kerja keras serta kerja cerdas berbagai elemen dan semangat kolaborasi BNPT, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Intelijen Negara, Tentara Nasional Indonesia, Kemneterian serta masyarakat sipil harus terus ditingkatkan.

Keterlibatan para praktisi dalam membangun kolaborasi dan jaringan dengan pemangku kepentingan khususnya pemerintah juga harus menjadi perhatian agar keberadaan praktisi bekerjasama dengan pemerintah menjadi kekuatan mendorong solusi melalui pemetaan permasalahan untuk lahirnya solusi mencakup berabagi bidang guna pencegahan terorisme.

Masyarakat juga harus peduli dan tidak mudah percaya akan informasi yang beredar khususnya di media sosial.Upaya-upaya tersebut juga akan menekan dan menghambat dinamika radikalisme melalui teknologi digital.

_____

Iqbal Suliansyah, ST, Alumni Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Angkatan I Lemhannas Tahun 2022

 

 

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech