A Haunting in Venice: Film Detektif dengan Sentuhan Horor
Fadhil Raihan Hakim Selasa, 3-10-2023 | - Dilihat: 12
Oleh: Fadhil Raihan Hakim
Tahun ini kita kembali disajikan dengan franchise dari kisah detektif Hercule Poirot yang merupakan adaptasi dari novel Agatha Christie. Setahun setelah death on the nile yang rilis tahun lalu, seperti film-film sebelumnya, film ini juga masih disutradarai langsung oleh Kenneth Branagh.
Layaknya film detektif, wajib hukumnya menghadirkan case yang baru, unik, dan selalu membawa embel-embel “kasus ini belum pernah kita temukan sebelumnya”. Selain itu juga selalu memiliki tuntutan dari whodunnit untuk menghadirkan kasus dengan plot twist yang rumit, based on data.
Sequel ini satu-satunya yang mendapatkan certified fresh dari rotten tomates. Mungkin dari segi kasusnya cukup unik, yaitu berbicara mengenai takhayul. Film ini menceritakan kasus yang berlatar di Venice Italia, di sebuah rumah tua yang diyakini berhantu karena dulu ada seorang anak perempuan bunuh diri karena dihantui.
Hercule Poirot yang sudah pensiun sengaja dijebak oleh rekannya di dunia detektif Ariadne Oliver yang merupakan penulis best seller dalam dunia detektif untuk membuktikan bahwa takhayul benar adanya.
Kekurangan film ini menurut saya pada pemeranan rhytm. Kita tahu di rule of six-nya Walter Murch, rhytm menjadi variabel yang penting dalam keberhasilan sebuah film. Walaupun secara arc dari antagonis sudah cukup clear, motivasinya dia nggak sengaja membunuh anaknya karena dia nggak mau anaknya berhubungan dengan cowok dan akhirnya nanti meninggalkan dia sendiri.
Ia membuat ramuan yang menjadikan anaknya sakit hingga pada suatu malam anaknya overdosis dan mati. Karena rasa bersalah, dia membuat skenario kalau anaknya bunuh diri. Dokter pribadinya mengetahui bahwa anak tersebut mati bukan karena bunuh diri, melainkan overdosis.
Semenjak itu Rowena mendapatkan pesan teror yang terus-menerus hingga uangnya habis. Gak sampai di situ, twist-nya ternyata bukan dokter pribadinya yaitu Mr. Ferrier yang mengirimkan hal itu, tapi anaknya yang jenius Leopold yang mengirimkan. “There is a donut hole, inside the donut hole”.
Structure resolusi ini mirip banget sama Knives Out yang punya layering yang solid. Sayangnya film ini tidak cerdas dalam bermain tempo. Bagian midpoint cenderung terburu buru. Babak ketiga dalam proses pencarian pelaku sesungguhnya juga tidak dikemas dengan baik sehingga menciptakan hole yang membuat penonton mungkin terasa hampa dan tidak beralasan.
Sedangkan salah satu hal spesial di film ini adalah ketika Hercule Poirot mengumpulkan semua orang di dalam satu ruangan dan menghujani dengan statement tajam yang akhirnya mengerucut pada satu orang pelaku.
Walaupun dengan kekurangan itu, film ini sangat masih layak untuk ditonton. Apalagi diberikan certified fresh kok, karena sebenernya segala aspek dalam film ini rapi dan solid. Hanya berberapa saja yang kalau lebih diperhatikan dan sedikit berani bereksperimen bisa membawa sequel ini menjadi bisa lebih baik di bandingkan dengan sequel-sequel sebelumnya.
Salah satu hal yang menarik di sini adalah memadukan konsep detektif dan horror. Treatment hingga production design-nya mateng. Efek-efek horror yang dihadirkan juga sangat optimal. Hanya berberapa kali keluar tapi terasa sangat efektif dalam pembangunan suasana film. Kapan lagi bisa menikmati film detektif dengan sentuhan horror, kan?
- Artikel Terpuler -
A Haunting in Venice: Film Detektif dengan Sentuhan Horor
Fadhil Raihan Hakim Selasa, 3-10-2023 | - Dilihat: 12
Oleh: Fadhil Raihan Hakim
Tahun ini kita kembali disajikan dengan franchise dari kisah detektif Hercule Poirot yang merupakan adaptasi dari novel Agatha Christie. Setahun setelah death on the nile yang rilis tahun lalu, seperti film-film sebelumnya, film ini juga masih disutradarai langsung oleh Kenneth Branagh.
Layaknya film detektif, wajib hukumnya menghadirkan case yang baru, unik, dan selalu membawa embel-embel “kasus ini belum pernah kita temukan sebelumnya”. Selain itu juga selalu memiliki tuntutan dari whodunnit untuk menghadirkan kasus dengan plot twist yang rumit, based on data.
Sequel ini satu-satunya yang mendapatkan certified fresh dari rotten tomates. Mungkin dari segi kasusnya cukup unik, yaitu berbicara mengenai takhayul. Film ini menceritakan kasus yang berlatar di Venice Italia, di sebuah rumah tua yang diyakini berhantu karena dulu ada seorang anak perempuan bunuh diri karena dihantui.
Hercule Poirot yang sudah pensiun sengaja dijebak oleh rekannya di dunia detektif Ariadne Oliver yang merupakan penulis best seller dalam dunia detektif untuk membuktikan bahwa takhayul benar adanya.
Kekurangan film ini menurut saya pada pemeranan rhytm. Kita tahu di rule of six-nya Walter Murch, rhytm menjadi variabel yang penting dalam keberhasilan sebuah film. Walaupun secara arc dari antagonis sudah cukup clear, motivasinya dia nggak sengaja membunuh anaknya karena dia nggak mau anaknya berhubungan dengan cowok dan akhirnya nanti meninggalkan dia sendiri.
Ia membuat ramuan yang menjadikan anaknya sakit hingga pada suatu malam anaknya overdosis dan mati. Karena rasa bersalah, dia membuat skenario kalau anaknya bunuh diri. Dokter pribadinya mengetahui bahwa anak tersebut mati bukan karena bunuh diri, melainkan overdosis.
Semenjak itu Rowena mendapatkan pesan teror yang terus-menerus hingga uangnya habis. Gak sampai di situ, twist-nya ternyata bukan dokter pribadinya yaitu Mr. Ferrier yang mengirimkan hal itu, tapi anaknya yang jenius Leopold yang mengirimkan. “There is a donut hole, inside the donut hole”.
Structure resolusi ini mirip banget sama Knives Out yang punya layering yang solid. Sayangnya film ini tidak cerdas dalam bermain tempo. Bagian midpoint cenderung terburu buru. Babak ketiga dalam proses pencarian pelaku sesungguhnya juga tidak dikemas dengan baik sehingga menciptakan hole yang membuat penonton mungkin terasa hampa dan tidak beralasan.
Sedangkan salah satu hal spesial di film ini adalah ketika Hercule Poirot mengumpulkan semua orang di dalam satu ruangan dan menghujani dengan statement tajam yang akhirnya mengerucut pada satu orang pelaku.
Walaupun dengan kekurangan itu, film ini sangat masih layak untuk ditonton. Apalagi diberikan certified fresh kok, karena sebenernya segala aspek dalam film ini rapi dan solid. Hanya berberapa saja yang kalau lebih diperhatikan dan sedikit berani bereksperimen bisa membawa sequel ini menjadi bisa lebih baik di bandingkan dengan sequel-sequel sebelumnya.
Salah satu hal yang menarik di sini adalah memadukan konsep detektif dan horror. Treatment hingga production design-nya mateng. Efek-efek horror yang dihadirkan juga sangat optimal. Hanya berberapa kali keluar tapi terasa sangat efektif dalam pembangunan suasana film. Kapan lagi bisa menikmati film detektif dengan sentuhan horror, kan?
3 Komentar
2024-11-30 16:07:23
Gzexza
プレドニン 薬局で買える - プレドニンジェネリック 通販 イソトレチノイン 薬局で買える
2024-12-01 23:10:44
Gquufr
eriacta planet - zenegra uniform forzest general
2024-12-07 14:24:55
Lysppu
crixivan medication - purchase crixivan for sale order emulgel
3 Komentar
2024-11-30 16:07:23
Gzexza
プレドニン 薬局で買える - プレドニンジェネリック 通販 イソトレチノイン 薬局で買える
2024-12-01 23:10:44
Gquufr
eriacta planet - zenegra uniform forzest general
2024-12-07 14:24:55
Lysppu
crixivan medication - purchase crixivan for sale order emulgel
Tinggalkan Pesan