(Ber) Muhammadiyah di Tengah Tarikan Politik Praktis
Zalik Nuryana Sabtu, 7-1-2023 | - Dilihat: 65

Oleh: Zalik Nuryana
Kondisi kehidupan sosial-budaya, ekonomi, dan politik yang serba tak pasti berdampak pada nilai-nilai keagamaan dan ideologi bangsa. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid memandang krisis multidimensi tersebut menjadi tantangan tersendiri. Dalam hal ini, Muhammadiyah secara serius dan sistematis mesti ambil bagian dalam merespons dan memberi solusi, baik di level makro maupun mikro.
Dalam menghadapi persoalan zaman yang semakin kompleks, Muhammadiyah perlu memperkuat ideologi dan keorganisasian di berbagai sisi. Pemetaan problem politik dan ekonomi yang berkembang dan dalam rangka membangun budaya organisasi melalui penguatan tata kelola adalah di antara tugas pengurus Muhamadiyah.
Muhammadiyah memerlukan strategi gerakan yang berkemajuan dalam menghadapi ragam persoalan bangsa di berbagai lini. Kiprah Muhammadiyah terus diharapkan hadir dalam berbagai persoalan yang tengah dihadapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Agama akan rusak jika dipengaruhi 3 hal: 1) Ahli agama yang maksiat, 2) Pemimpin yang semena-mena, dan 3) Orang yang berijtihad tapi Jahil.
Acara ideopolitor ini berupaya mencari pimpinan Muhammadiyah yang mantap secara agama dan ideologi. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sleman, Harjaka, dalam dialog ideopolitor yang diadakan oleh MPK PDM Sleman di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Sabtu (07/01/2023).
Sri Purnomo dalam sambutannya menjelaskan bahwa perlu kiranya pengurus Persyarikan diberikan penguatan dalam komitmen bermuhammadiyah. Selain itu juga perlu peneguhan kembali ideologi gerakan, pengayaan wawasan keislaman, dan pemberdayaan organisasi serta aktualisasinya berupa strategi dan taktik.
Semua itu merupakan bagian dari modal kultural berorganisasi untuk merespons beragam masalah dan tantangan tersebut. Dalam konteks inilah, maka pelaksanaan dialog ideopolitor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sleman ini menjadi penting dan strategis untuk dilaksanakan.
Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama bertema Ideologi dan Paham Agama Cabang Ranting di Tengah Gerakan Dakwah Lain dengan menghadirkan dua narasumber, yaitu: Muhammadi Ikhwan Akhada, S.Ag., M.A (Ketua LPCR PWM DIY) dan Akhmad Afandi, S.Ag., M.S.I. (Sekretaris PDM Sleman).
Sesi dua bertema Dinamika Politik Muhammadiyah (Penguatan Organisasi dan AUM) dengan narasumber Prof. Tasman Hamami, MA. (Wakil Ketua PWM DIY) dan Dr. Phil. Ridho Alhamadi, MA. (Wakil Ketua LHKP PP Muhammadiyah).
Ikhwan Ahada dalam materinya menyampaikan jika warga Muhammadiyah melaksanakan inti agama yaitu perintah, larangan, dan petunjuk dengan baik, maka ideologi Muhammadiyah akan selalu terjaga dengan baik. Ia juga menyampaikan bahwa warga Muhammadiyah boleh bergabung dengan partai apapun tetapi tetap membawa kepribadian Muhammadiyah dalam kegiatan politiknya.
Selain itu, Ikhwan juga menegaskan bahwa warga Muhammadiyah harus bisa melaksanakan prinsip-hidup islami Muhammadiyah yang tertuang dalam PHIWM, MKCH, Kepribadian Muhammadiyah, HPT dan lainnya.
Sementara itu, Akhmad Afandi dalam materinya menjelaskan pergeseren orientasi ber-Muhammadiyah sebelum tahun 1950-an sebagai ladang dakwah, namun setelah tahun 1950-an beorintasi bekerja di AUM atau sebagai batu pijakan pada posisi tertentu.
Selanjutnya, Afandi berpesan kepada PCM se-Sleman agar memantapkan fikiran dan hati bahwa Bermuhammadiyah itu juga berislam, istiqamah dalam menjalankan tuntunan ibadah, berakhlaqul karimah, berkehidupan secara ikhsan, dan tunduk pada aturan Muhammadiyah. (Zal)
- Artikel Terpuler -
(Ber) Muhammadiyah di Tengah Tarikan Politik Praktis
Zalik Nuryana Sabtu, 7-1-2023 | - Dilihat: 65

Oleh: Zalik Nuryana
Kondisi kehidupan sosial-budaya, ekonomi, dan politik yang serba tak pasti berdampak pada nilai-nilai keagamaan dan ideologi bangsa. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid memandang krisis multidimensi tersebut menjadi tantangan tersendiri. Dalam hal ini, Muhammadiyah secara serius dan sistematis mesti ambil bagian dalam merespons dan memberi solusi, baik di level makro maupun mikro.
Dalam menghadapi persoalan zaman yang semakin kompleks, Muhammadiyah perlu memperkuat ideologi dan keorganisasian di berbagai sisi. Pemetaan problem politik dan ekonomi yang berkembang dan dalam rangka membangun budaya organisasi melalui penguatan tata kelola adalah di antara tugas pengurus Muhamadiyah.
Muhammadiyah memerlukan strategi gerakan yang berkemajuan dalam menghadapi ragam persoalan bangsa di berbagai lini. Kiprah Muhammadiyah terus diharapkan hadir dalam berbagai persoalan yang tengah dihadapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Agama akan rusak jika dipengaruhi 3 hal: 1) Ahli agama yang maksiat, 2) Pemimpin yang semena-mena, dan 3) Orang yang berijtihad tapi Jahil.
Acara ideopolitor ini berupaya mencari pimpinan Muhammadiyah yang mantap secara agama dan ideologi. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sleman, Harjaka, dalam dialog ideopolitor yang diadakan oleh MPK PDM Sleman di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Sabtu (07/01/2023).
Sri Purnomo dalam sambutannya menjelaskan bahwa perlu kiranya pengurus Persyarikan diberikan penguatan dalam komitmen bermuhammadiyah. Selain itu juga perlu peneguhan kembali ideologi gerakan, pengayaan wawasan keislaman, dan pemberdayaan organisasi serta aktualisasinya berupa strategi dan taktik.
Semua itu merupakan bagian dari modal kultural berorganisasi untuk merespons beragam masalah dan tantangan tersebut. Dalam konteks inilah, maka pelaksanaan dialog ideopolitor Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sleman ini menjadi penting dan strategis untuk dilaksanakan.
Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama bertema Ideologi dan Paham Agama Cabang Ranting di Tengah Gerakan Dakwah Lain dengan menghadirkan dua narasumber, yaitu: Muhammadi Ikhwan Akhada, S.Ag., M.A (Ketua LPCR PWM DIY) dan Akhmad Afandi, S.Ag., M.S.I. (Sekretaris PDM Sleman).
Sesi dua bertema Dinamika Politik Muhammadiyah (Penguatan Organisasi dan AUM) dengan narasumber Prof. Tasman Hamami, MA. (Wakil Ketua PWM DIY) dan Dr. Phil. Ridho Alhamadi, MA. (Wakil Ketua LHKP PP Muhammadiyah).
Ikhwan Ahada dalam materinya menyampaikan jika warga Muhammadiyah melaksanakan inti agama yaitu perintah, larangan, dan petunjuk dengan baik, maka ideologi Muhammadiyah akan selalu terjaga dengan baik. Ia juga menyampaikan bahwa warga Muhammadiyah boleh bergabung dengan partai apapun tetapi tetap membawa kepribadian Muhammadiyah dalam kegiatan politiknya.
Selain itu, Ikhwan juga menegaskan bahwa warga Muhammadiyah harus bisa melaksanakan prinsip-hidup islami Muhammadiyah yang tertuang dalam PHIWM, MKCH, Kepribadian Muhammadiyah, HPT dan lainnya.
Sementara itu, Akhmad Afandi dalam materinya menjelaskan pergeseren orientasi ber-Muhammadiyah sebelum tahun 1950-an sebagai ladang dakwah, namun setelah tahun 1950-an beorintasi bekerja di AUM atau sebagai batu pijakan pada posisi tertentu.
Selanjutnya, Afandi berpesan kepada PCM se-Sleman agar memantapkan fikiran dan hati bahwa Bermuhammadiyah itu juga berislam, istiqamah dalam menjalankan tuntunan ibadah, berakhlaqul karimah, berkehidupan secara ikhsan, dan tunduk pada aturan Muhammadiyah. (Zal)
1 Komentar

2023-01-07 20:37:19
Mujiana Mujiana
Mantap muhamadiyah tetap istiqomah amar makruf nahi munkar,
1 Komentar
2023-01-07 20:37:19
Mujiana Mujiana
Mantap muhamadiyah tetap istiqomah amar makruf nahi munkar,
Tinggalkan Pesan