Loading Now

Wasatiyah dalam Bingkai Keberagaman Umat

Wasatiyah dalam Bingkai Keberagaman Umat - AnakPanah.id

Tujuan dakwah Islam ialah terbentuknya khaira ummah, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, mengajak yang makruf dan mencegah dari yang munkar sehingga lahirlah seorang hamba yang kokoh dalam keimanan. Islam yang bersumber dari bimbingan wahyu tentu memiliki peran central dalam keberlangsungan kelurusan umat. Namun, manusia dalam konteks yang diberikan amanat akan wahyu ilahi ini belum sepenuhnya memahami dan menerapkannya.

Dalam hal ini justru umat Islam masih jauh dari semangat yang dibawa oleh wahyu ilahi. Buya Syafii Maarif menyebutnya “Islam masih berada dalam posisi yang belum layak, dirinya pun terbelah dan tercabik-cabik”. Faktanya umat Islam masih terjebak kepada sektarianisme mazhab yang rapuh yang menjadi pemicu akan perpecahan di tengah-tengah umat.

Adanya sikap Ghuluw (kelewat batas) dalam pemahaman dan golongan seringkali menimbulkan pemahaman ekstrem dalam beragama, bukan menimbulkan kedamaian tapi justru memunculkan kegaduhan atas nama agama.

Dakwah Islam di tengah keberagaman umat ini memerlukan sikap bijak serta metode yang aktual untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di tengah umat. Wasatiyah (jalan tengah) atau dikenal juga dengan Islam moderat menjadi formula ampuh bagi keterjebakan umat akan perbedaan pendapat serta perdebatan yang tak tentu ujung pangkalnya.

Yusuf Al-Qordhowi menyebut sikap moderat ini sebagai ciri khas Islam, yang menjadi salah satu tonggak utamanya. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt. “demikianlah kami jadikan kamu umat yang tengahan supaya kamu menjadi saksi atas manusia (Q.S Al-Baqoroh : 143).

Perbedaan di tengah keberagaman umat Islam merupakan sebuah keniscayaan, yang apabila salah dalam membungkusnya akan menjadi malapetaka dan bencana serta menjadi penghambat akan terwujudnya the chosen people (umat terbaik).

Adanya wasatiyah dalam bersikap menumbuhkan rasa simpati dan toleransi di tengah perbedaaan. Beberapa hal yang perlu seorang muslim lakukan dalam mewujudkan sikap wasitiyah ini adalah sebagai berikut :

Terbuka dalam Keilmuan

Seringkali mereka yang mudah menyalahkan dan mengkafirkan memiliki pemikiran yang sempit dalam masalah ilmu ini. Mereka cenderung membatasi guru dan literatur lalu dengannya dijadikan justifikasi untuk menghantam yang berbeda dari mereka. Ketidak luasan dalam membaca inilah yang menimbulkan sikap intoleran dalam perbedaan. Membaca literatur baik dengan corak ke kanan atau ke kiri pada dasarnya melatih pribadi kita agar lebih bijak dalam mengambil sebuah sikap.

Keluasan Pergaulan Sosial

Kopine kurang pahit, dolane kurang adoh (kopinya kurang pahit, jalannya kurang jauh) begitulah candaan orang jawa ketika melihat mereka yang memiliki pengetahuan yang sempit, tidak terbuka dan kurang update. Tidak bisa dipungkiri bahwa pergaulan seseorang dapat mempengaruhi sikap pelakunya, semakin luas pergaulan maka semakin luas pula pola fikir mereka.

Hubungan sosial antar masyarakat, antar individu dan antar ormas perlu ditumbuhkan agar memberikan kesan positif yang dirasakan di tengah-tengah umat, termasuk juga membangun kedekatan dengan lintas iman dan golongan. Adanya ruang-ruang pertemuan antar golongan ini menjadi pemicu akan tumbuhnya toleransi dan empati terhadap sesama. Buya Syafii menyebutnya “masalah teologi kita tidak bisa disatukan, tapi kita disatukan atas nama kemanusiaan”

Memperhatikan Adab Berdakwah dan Berdialog

Berdakwah merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, dakwah inilah yang membedakan Islam dengan umat-umat sebelumnya. hal ini dalam rangka mewujudkan kebaikan dan kemajuan di tengah-tengah umat yang diridhoi oleh Allah swt. Dalam mewujudkan sikap yang tengahan/wasatiyah selain memperluas bacaan dan pergaulan juga diperlukan etika dalam menghadapi sebuah perbedaan

Dalam butir Pancasila sendiri dikatakan kemanusiaan yang adil dan beradab, yang menunjukan bahwa manusia yang dicita-citakan oleh bangsa ini adalah memiliki sifat yang adil dan beradab. Dakwah yang dibungkus dengan etika profetik akan menghasilkan sebuah persatuan, sementara dakwah yang mengedepankan ego dan nafsu akan menyulut perpecahan dan permusuhan.

Post Comment

Copyright ©2025 anakpanah.id All rights reserved.
Develop by KlonTech