• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama

Achmad Ainul Yaqin Senin, 14-11-2022 | - Dilihat: 323

banner

Oleh: Achmad Ainul Yaqin

Majelis kitab Syamail Muhammadiyah karya Imam Tirmidzi menjadi kitab utama yang dibaca dan dijazahkan oleh ketiga ulama Al-Azhar; Syekh Muhammad Abdus Shomad Muhanna, Syekh Yusri Rusydi, dan Syekh Fathi Abdurrahman al-Hijazi. (InsyaAllah keterangan/syarah lainnya akan saya tulis di postingan berikutnya) .

Acara yang di gelar di Ponpes Amanatul Ummah Surabaya itu dihadiri oleh para alumni Al-Azhar mulai dari yang paling jauh Palembang hingga Sidosermo (saya sendiri) yang masih satu kecamatan (Wonocolo) dengan pesantren yang dipimpin oleh Kyai kharismatik Nahdlatul Ulama, KH. Asep Saifuddin Abdul Halim.

Syekh Muhammad Muhanna mendapatkan jadwal pertama karena memang beliau yang rawuh terlebih dahulu di Surabaya. Tidak banyak keterangan yang beliau sampaikan, namun hikmah akhlak dan ketasawufan sangat melekat di setiap kalam hikmah syekh yang pernah menjadi penasehat Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Tayyib itu.

Salah satu pesan indah yang disampaikan:

 رسول الله صلى الله عليه وسلم أقواله شريعة وأفعاله طريقة وأحواله حقيقة

"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; ucapannya adalah syariat, perbuatannya merupakan thariqah, dan ihwalnya itu hakikat."

Tentu bagi orang awam yang tidak bisa membedakan syariat, thariqat, hakikat seperti saya sedikit kesusahan mencerna wejangan di atas.

Di akhir majelis beliau menyampaikan kalimat yang sering diulang guru beliau, Syekh Muhammad Zakiyuddin Ibrahim:

بنيّ لك أن تكون حنفيا أو مالكيا أو شافعيا أو حنبليا بل عليك أن تكون محمديا

"Nak, terserah kamu menjadi Hanafi (pengikut Imam Abu Hanifah) atau Maliki (pengikut Imam Malik) atau Syafi'i (pengikut Imam Syafi'i) atau Hanbali (pengikit Imam Ahmad bin Hanbal) tapi kamu harus menjadi Muhammadiya (pengikut Nabi Muhammad)."

Tentu maksud dari dawuh tersebut apapun madzhab fikih kita, kita harus berakhlak seperti Nabi Muhammad (taalluq, takholluq, tahaqquq).

Saat Syekh menyebut kata Muhammadiyya, saya langsung menoleh ke dua senior saya Muhammad Rifqi Arriza dan Mush'ab Muqoddas keduanya senyum sembari membenarkan kopyah dan jaket. Kedua kader Muhammadiyah yang sangat NU itu melebarkan bibirnya sebagai simbol kemenangan karena Muhammadiyah disebut di kandang NU.

Sewaktu istirahat, ketua panitia Mas Muhammad Tabrani Basya yang pernah menjabat Ketua Tanfidziyah Pcinu Mesir mengungkapkan ekspresi yang sepertinya dipendam sejak sebelum acara. Kyai muda yang energik dan penuh canda tawa itu berseloroh, "Saya tulis di background cuma Majelis Syamail, gak ada Muhammadiyah nya (nama kitab Syamail Muhammadiyah), lah kok malah disebut sama Syekh." Gerrrr!!! Kami semua semakin tertawa. Hehehe

Inilah salah satu kemenangan Muhammadiyah di kandang Nahdlatul Ulama. Hehehe...

Indahnya kebersamaan dan saling bercanda. Tidak ada ketegangan argumentasi, dalil, pakai sarung apa celana, apalagi ketegangan yang di dalam sarung atau celana.

_____

Achmad Ainul Yaqin, Lc., M.Ag, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Shahiduddin II Prapen Surabaya

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama

Achmad Ainul Yaqin Senin, 14-11-2022 | - Dilihat: 323

banner

Oleh: Achmad Ainul Yaqin

Majelis kitab Syamail Muhammadiyah karya Imam Tirmidzi menjadi kitab utama yang dibaca dan dijazahkan oleh ketiga ulama Al-Azhar; Syekh Muhammad Abdus Shomad Muhanna, Syekh Yusri Rusydi, dan Syekh Fathi Abdurrahman al-Hijazi. (InsyaAllah keterangan/syarah lainnya akan saya tulis di postingan berikutnya) .

Acara yang di gelar di Ponpes Amanatul Ummah Surabaya itu dihadiri oleh para alumni Al-Azhar mulai dari yang paling jauh Palembang hingga Sidosermo (saya sendiri) yang masih satu kecamatan (Wonocolo) dengan pesantren yang dipimpin oleh Kyai kharismatik Nahdlatul Ulama, KH. Asep Saifuddin Abdul Halim.

Syekh Muhammad Muhanna mendapatkan jadwal pertama karena memang beliau yang rawuh terlebih dahulu di Surabaya. Tidak banyak keterangan yang beliau sampaikan, namun hikmah akhlak dan ketasawufan sangat melekat di setiap kalam hikmah syekh yang pernah menjadi penasehat Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Tayyib itu.

Salah satu pesan indah yang disampaikan:

 رسول الله صلى الله عليه وسلم أقواله شريعة وأفعاله طريقة وأحواله حقيقة

"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; ucapannya adalah syariat, perbuatannya merupakan thariqah, dan ihwalnya itu hakikat."

Tentu bagi orang awam yang tidak bisa membedakan syariat, thariqat, hakikat seperti saya sedikit kesusahan mencerna wejangan di atas.

Di akhir majelis beliau menyampaikan kalimat yang sering diulang guru beliau, Syekh Muhammad Zakiyuddin Ibrahim:

بنيّ لك أن تكون حنفيا أو مالكيا أو شافعيا أو حنبليا بل عليك أن تكون محمديا

"Nak, terserah kamu menjadi Hanafi (pengikut Imam Abu Hanifah) atau Maliki (pengikut Imam Malik) atau Syafi'i (pengikut Imam Syafi'i) atau Hanbali (pengikit Imam Ahmad bin Hanbal) tapi kamu harus menjadi Muhammadiya (pengikut Nabi Muhammad)."

Tentu maksud dari dawuh tersebut apapun madzhab fikih kita, kita harus berakhlak seperti Nabi Muhammad (taalluq, takholluq, tahaqquq).

Saat Syekh menyebut kata Muhammadiyya, saya langsung menoleh ke dua senior saya Muhammad Rifqi Arriza dan Mush'ab Muqoddas keduanya senyum sembari membenarkan kopyah dan jaket. Kedua kader Muhammadiyah yang sangat NU itu melebarkan bibirnya sebagai simbol kemenangan karena Muhammadiyah disebut di kandang NU.

Sewaktu istirahat, ketua panitia Mas Muhammad Tabrani Basya yang pernah menjabat Ketua Tanfidziyah Pcinu Mesir mengungkapkan ekspresi yang sepertinya dipendam sejak sebelum acara. Kyai muda yang energik dan penuh canda tawa itu berseloroh, "Saya tulis di background cuma Majelis Syamail, gak ada Muhammadiyah nya (nama kitab Syamail Muhammadiyah), lah kok malah disebut sama Syekh." Gerrrr!!! Kami semua semakin tertawa. Hehehe

Inilah salah satu kemenangan Muhammadiyah di kandang Nahdlatul Ulama. Hehehe...

Indahnya kebersamaan dan saling bercanda. Tidak ada ketegangan argumentasi, dalil, pakai sarung apa celana, apalagi ketegangan yang di dalam sarung atau celana.

_____

Achmad Ainul Yaqin, Lc., M.Ag, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Shahiduddin II Prapen Surabaya

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech