Pentingnya Kemampuan Menulis
Menulis adalah suatu aktivitas yang selalu berinteraksi dengan akademisi kampus, baik Dosen maupun mahasiswa. Bagi mahasiswa, dari Program Sarjana, Magister, ataupun Doktoral, produk penelitian (yang berupa tulisan) merupakan syarat Kelulusan yang wajib untuk dikerjakan. Yaitu Skripsi bagi Mahasiswa sarjana (S1), Thesis bagi mahasiswa Magister (S2), dan Disertasi bagi mahasiswa doktoral (S3).
Sedangkan bagi Dosen, Produk penelitian (yang berupa tulisan) merupakan BKD (Beban Kerja Dosen) yang juga wajib untuk dikerjakan. Maka, tidak perlu disangsikan lagi bahwa menulis merupakan softskill yang sangat penting bagi para akademisi kampus.
Kendati Menulis adalah tradisi akademik bagi Dosen maupun mahasiswa, dalam pembahasan ini, penulis hanya akan memaparkan tentang bagaimana suatu karya tulis dapat berperan menjadi identitas bagi mahasiswa. Hal ini dikarenakan mahasiswa merupakan sekelompok akademisi muda yang digadang- gadang sebagai agent of change yang banyak berperan aktif dalam menumpas isu- isu sosial yang berkembang di Masyarakat.
Adapun yang akan menjadi fokus penulis dalam tulisan ini adalah tiga hal berikut; Pertama, menulis dan realita mahasiswa milenial. Kedua, menumbuhkan minat dan tradisi menulis Mahasiswa. Ketiga, Praktek menulis dan Tulisan sebagai ikon mahasiswa.
Menulis dan realita mahasiswa milenial
Pada bagian sebelumnya, telah disebutkan bahwa menulis memiliki urgensi yang besar bagi akademisi kampus. Secara tidak langsung, ketika seseorang menulis, berarti ia juga telah melakukan dua hal penting dalam dunia akademisi, yaitu membaca dan memahami apa yang dibaca. Menulis menjadi nilai plus bagi seorang mahasiswa daripada hanya sekedar membaca.
Sederhananya, seseorang (khususnya mahasiswa) yang membaca belum tentu ia akan menulis, Tapi seseorang yang menulis, sudah pasti ia akan membaca bahkan berusaha memahami betul apa yang ia baca. Maka, dapat dianalogikan bahwa menulis adalah pekerjaan yang sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Namun apabila melihat realita hari ini, budaya menulis dikalangan mahasiswa tidaklah terlihat kental dan hidup. Momen yang seharusnya menjadi ajang Latihan mahasiswa dalam menulis (dan membaca), malah dilakukan seadanya dan asal- asalan. Diantara contohnya adalah sikap mahasiswa yang melakukan plagiarism atau copy paste dalam mengerjakan tugas, mengerjakan tugas dengan bantuan joki, dan tidak membaca materi yang diberikan dosen.
Mahasiswa justru disibukkan dengan hal- hal yang hanya bersifat pendukung bahkan penghambat dalam perkuliahan, seperti tenggelam asyik dalam kepanitiaan, terlampau aktif organisasi sehingga melalaikan kuliah, bahkan terlalu asyik bermain game sampai lupa dengan kewajibannya sebagai mahasiswa.
Sebetulnya sah- sah saja apabila mahasiswa memiliki softskill lainnya selain menulis. Bahkan, hal tersebut sangat dianjurkan bagi para mahasiswa untuk selalu mempelajari dan mendalami apa yang menjadi passion dalam hidupnya. Seperti softskill kepemimpinan dan orasi, marketing, editing video, dan lain- lain.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah kewajiban dan tugas pokoknya sebagai mahasiswa, yaitu belajar. Proses belajar ini wajib dilakukan secara step by step guna mencapai tujuan akhir yang ideal. Apabila mahasiswa tidak membiasakan mengerjakan tugas secara mandiri (copy paste atau joki), maka hal yang akan dirasakan adalah kesulitan ketika mengerjakan tugas akhir. Lebih parahnya, ia tidak akan mendapatkan ilmu di bangku perkuliahan kecuali hanya sedikit.
Menumbuhkan minat dan tradisi menulis Mahasiswa
Apabila Melihat realita mahasiswa saat ini, tentu saja hal tersebut akan menjadi tantangan tersendiri bagi para dosen. Mereka akan dituntut untuk menghadirkan metode pembelajaran yang mengasyikan, menumbuhkan rasa penasaran, dan tidak menjenuhkan. Hal ini diharapkan berimplikasi pada kesadaran mahasiswa akan pentingnya Menulis.
Dalam Menumbuhkan minat dan rasa cinta akan menulis, setidaknya terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dosen, diantaranya adalah memberikan motivasi akan manfaat dan urgensi menulis untuk masa depan serta kisah- kisah inspiratif dari para tokoh yang berhasil sukses melalui menulis.
Dosen juga diharapkan dapat mengetahui dan mengarahkan mahasiswa sesuai dengan genre menulisnya masing- masing. Misalnya mahasiswa yang terindikasi memiliki kemampuan keindahan bahasa, maka diarahkan untuk menulis hal- hal yang bercorak sastra, seperti puisi, pantun, dan sebagainya.
Mahasiswa yang terindikasi memiliki imajinasi yang baik, maka bisa diarahkan untuk menulis cerpen, naskah drama, fabel, opini, dan sebagainya. Adapun mahasiswa yang terlihat memiliki potensi di keilmuan, maka dapat diarahkan untuk menulis resensi buku dan artikel ilmiah.
Guna memperlancar dosen dalam mencapai tujuan dari aktivitas menulis mahasiswa, perlu diadakan sistem yang menunjang untuk itu, contohnya reward and punish. Sistem ini berupa apresiasi hadiah kepada Mahasiswa yang dapat menulis sesuai harapan dosen dan hukuman yang mengedukasi kepada mahasiswa yang menulis jauh dari apa yang diharapkan dosen.
Praktek menulis dan Tulisan sebagai ikon mahasiswa
Praktek menulis dapat dimulai sedini mungkin. Bahkan dapat dilakukan sebelum seseorang memasuki bangku Perkuliahan. Namun apabila memulainya ketika memasuki bangku perkuliahan, maka itu hal yang sah- sah saja. Tidak ada kata terlambat bagi seseorang yang akan sadar dan bersungguh- sungguh dalam belajar.
Dalam menulis, setidaknya terdapat lima poin yang perlu diperhatikan agar dapat menghasilkan tulisan yang baik. Pertama, setiap topik bisa menjadi bahan tulisan, tetapi penulis yang baik selalu bisa menemukan sudut pandang yang spesial. Kedua, Penulis yg baik membutuhkan amunisi. Tidak punya amunisi berarti tidak bisa menulis. Cara untuk mengisi amunisi yaitu dengan banyak membaca buku, bertemu orang lain, dan melakukan perjalanan.
Ketiga, tidak ada tulisan yang baik ataupun buruk, yang ada yaitu tulisan yang relevan atau tidak. Keempat, gaya bahasa adalah kebiasaan, apabila kalimat pertama mudah, maka menyelesaikannya akan lebih mudah lagi. Kelima, latihan, latihan, dan terus latihan. Karena sejatinya menulis adalah praktek, bukan sekedar teori. Melatih diri untuk menulis dapat dilakukan dengan tulisan yang sederhana dan ringan, seperti catatan pribadi, opini, dan essai.
Seperti apa yang telah disebutkan dalam judul tulisan ini, Menulis adalah softskill dasar yang wajib dimiliki bagi mahasiswa. Percayalah, tanpa menulis mahasiswa tidak akan dinyatakan lulus dari kampus, kecuali apabila suatu saat regulasi terkait karya tulis berubah.
Bagikan artikel ini :


Post Comment