Loading Now

Urgensi Orang Tua Apresiatif Bagi Anak

Urgensi Orang Tua Apresiatif Bagi Anak - AnakPanah.id

Tidak semua orang tua (bapak, ibu, kakek, nenek dll) mampu memberikan apresiasi terhadap sesuatu yang telah dicapai oleh anaknya. Asumsi saya ini bukan tanpa sebab. Pasalnya beberapa hari yang lalu salah seorang klien saya yang masih berusia muda sempat bercerita mengenai keluh kesahnya.

Kebetulan dia merupakan klien saya dalam kasus narkotika. Banyak hal yang membuat dia terjerumus ke dalam barang haram tersebut. Salah satunya adalah perhatian orangtua, terutama yang bukan bersifat materi.

Dari sekian banyak keluh kesahnya, satu hal yang sangat menohok saya, yaitu persoalan apresiasi. Klien saya ini mengaku bahwa dia merasa kurang diapresiasi dari dulu sampai sekarang. Bahkan saat sekarang dia berhasil keluar dari kecanduannya terhadap narkotika pun tidak didukung dengan apresiasi yang sewajarnya.

Pernyataan “wajarlah”, ” Memang seharusnyabegitulah” Serta kalimat menyepelekan lainnya kerap kali ia dengar. Padahal, bagi seorang pecandu, upaya untuk tidak mengkonsumsi narkotika sehari saja merupakan sebuah keberhasilan yang patut dibanggakan.

Melihat fenomena ini saya menjadi berfikir reflektif terhadap hubungan orang tua dan anak. Bahwa memang benar setiap anak pasti sangat mengharapkan apresiasi dari orang tuanya, entah anak kecil maupun yang sudah berumur. Pernah suatu ketika anak saya mengucapakan sesuatu secara berulang kali.

Saat itu dia berhasil memakai pakaiannya sendiri, dan mendekati saya yang sedang termangu memandang laptop karena tugas yang tak kunjung usai. Kemudian dia mengatakan “ayah aku pake baju sendiri”. Sekali dia mengucap, saya hanya mengehem sekali.

Dan tampaknya dia tidak puas dan mengulang terus kalimatnya. Karena ribut terus saya pun sempat naik pitam, tetapi setalah melihat wajah lucu dan berharapnya emosi saya hilang seketika.

Dan akhirnya saya pun mengapresiasi tindakannya dengan ucapan sebaik mungkin serta memberikannya suatu hadiah. Menariknya, meski memakai baju itu hal biasa, tetapi menjadi luar biasa karena anak saya masih berusia tiga tahun, dimana tidak semua anak pada masa itu sudah bisa memakai pakaian sendiri.

Maka sebenarnya, memberi apresiasi terhadap suatu hal yang telah dilakukan oleh anak sangatlah penting bagi orangtua. Bukan hanya akan membangun rasa percaya diri dan kebanggaan bagi anak-anak, bisa jadi akibat dari apresiasi tersebut anak akan semakin berkembang kemampuannya karena merasa ada orang yang akan selalu memujinya jika dia melakukan hal-hal baik lainnya. Bahkan memberi apresiasi terhadap anak merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan fitrah yang telah diberikan Tuhan pada mereka.

Karena pada dasarnya setiap anak yang lahir di muka bumi ini selalu dibekali fitrah oleh Tuhan. Secara sederhana fitrah dimaknai sebagai potensi pada kemampuan berpikir manusia di mana rasio atau intelegensia (kecerdasan) menjadi pusat perkembangannya, dalam memahami kehidupan secara damai di dunia ini.

Menurut Quraish Shihab, dalam Tafsir al Misbah, bahwa fitrah merupakan “menciptakan sesuatu pertama kali/tanpa ada contoh sebelumnya”. Fitrah sebagai unsur, sistem dan tata kerja yang diciptakan Allah pada makhluk sejak awal kejadiannya sehingga menjadi bawaannya, inilah yang disebut oleh beliau dengan arti asal kejadian, atau bawaan sejak lahir. Al-Qur’an menjelaskan bahwa setiap anak yang terlahir telah membawa potensi (fitrah), kemudian lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang melengkapi dan membentuk lebih lanjut potensi tersebut.

Fitrah (potensi) bukan hanya disampaikan dalam al Quran, bahkan dalam pendidikan barat pun dikenal istilah teori Tabularasa yang didengukan oleh Jhon Luck. Dalam teori tersebut setiap anak yang terlahir bagaikan kertas kosong, keluarga dan lingkungan yang akan mengisi potensi tersebut.

Selain itu, secara teoritis pemberian apresiasi pada anak berkaitan dengan teori behaviorisme yaitu social learning dan operant conditioning yang menyatakan bahwa memberikan apresiasi, apapun bentuknya, apakah itu berupa hadiah, pelukan, senyuman, atau pujian, anak akan cenderung mengulangi perbuatan yang diberi penguatan tersebut karena perbuatan itu memberinya konsekuensi yang menyenangkan.

Maka sebenarnya, menjadi orang tua yang apresiatif merupakan kewajiban orang tua, baik secara dogma agama maupun logika ilmu pendidikan. Karena sejatinya orang tua adalah corong bagi anak untuk melihat, menghadapi dan melalui kehidupan yang penuh dengan tantangannya. Kalau bukan kepada orang tua, lantas kemana lagi anak akan mendapatkan pengakuan dan perhatian?.

Post Comment

Copyright ©2025 anakpanah.id All rights reserved.
Develop by KlonTech