Satu Tahun Wafatnya Buya Syafii: Harapan untuk Muhammadiyah Sijunjung
27 Mei 2022 Sijunjung kehilangan satu putra daerah terbaik, Buya Syafii Maarif. Seorang guru bangsa, putra daerah kebanggan, meninggal di usia 87 tahun di Yogyakarta. Meskipun Buya lebih banyak menghabiskan masa hidupnya di rantau, namun rasa cintanya terhadap tanah kelahirannya sungguh tiada duanya. Rasa cinta Buya terhadap tanah kelahirannya bukan hanya di ucapan, namun juga dalam aksi nyata.
Pada akhir 2004, berkat Buya, listrik masuk di Sumpur Kudus kampung halamannya. Pada 2019 melalui tangan Buya di bangun satu komplek sekolah dari SD, SMP, dan SMK. Pada awal tahun 2022, Buya juga telah membangunkan satu gedung dakwah untuk Muhammadiyah Sijunjung.
Tak ketinggalan untuk mencerdaskan anak-anak di kampung, sudah berapa banyak anak-anak dibantu sekolahnya oleh Buya. Pada Agustus 2020 saya dan Inggit diutus oleh Buya sebagai Anak Panah Muhammadiyah ke kampung halamannya. Sungguh bukti cinta yang tulus dari seorang putra daerah untuk tanah kelahirannya.
Sebagai mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii sudah tidak diragukan kiprahnya untuk Muhammadiyah. Buya mengenal Muhammadiyah sejak mengikuti Madrasah Ibtidaiyah Muhamamdiyah Sumpur Kudus, kemudian melanjutkan ke Mu’allimin Muhammadiyah Lintau dan Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Bahkan di akhir hayatnya, Buya masih sempat memikirkan tentang tanah kelahirannya, terlebih Muhammadiyah Sijunjung. Dua minggu sebelum Buya meninggal, tepatnya 10 Mei 2022, saya sempat dipanggil oleh Buya untuk menemaninya berjemur. Dalam pesan singkatnya, Buya menyampaikan, “Pertemuan ini mungkin akan menjadi penting untuk masa depan Muhammadiyah Sumpur Kudus dan Sijunjung”.
Selama kurang lebih dua jam saya menemani Buya berjemur, Pembicaraan kami hanya berkutat pada Muhammadiyah Sumpur Kudus dan Sijunjung, dari masa lalu, sekarang hingga harapan Buya untuk masa depan Muhammadiyah di tanah kelahirannya.
Meski berada jauh dengan kampung halamannya, Buya merasa Muhammadiyah di Sijunjung masih sangat tertinggal. Buya sangat berharap kepada kader-kader muda Muhammadiyah Sijunjung agar mampu membawa Muhammadiyah Sijujung Berjaya. Hal itu yang menjadi salah satu alasan dikirimnya dua Anak Panah Muhammadiyah ke Sumpur Kudus, yaitu untuk mempersiapkan kader-kader muda Muhammadiyah bukan hanya Sumpur Kudus tapi juga Sijunjung.
Harapan Buya, Muhammadiyah Sijunjung harus dipimpin oleh kader petarung yang ikhlas bermuhammadiyah. Menurut saya, ada tiga poin penting maksud kader petarung menurut Buya Syafii. Pertama, kader yang optimis menatap masa depan, bukan hanya terjebak pada kejayaan masa lalu. kedua, Kader yang mampu membawa Muhammadiyah menjadi organisasi yang berdikari dan merdeka, tidak bergantung pada siapapun dan independen. Ketiga, kader yang memiliki gagasan yang mampu di implementasikan dalam aksi nyata.
Mengutip satu pesan Buya Syafii, “Mengurus Muhamamdiyah sering melelahkan, tetapi dengan keikhlasan membahagiakan”. Pesan buya terhadap seluruh kader Muhammadiyah, terkhusus untuk Muhammadiyah Sijunjung yang akan melaksankan Musyawarah Daerah pada Sabtu, 27 Mei 2023. Tepat satu tahun setelah buya wafat.
Musyda Muhammadiyah Sijunjung yang bertepatan dengan wafatnya Buya seharusnya mampu menjadi momentum untuk menghasilkan Musyawarah yang mencerahkan dan mampu membawa Muhammadiyah Sijunjung lebih maju.
Gedung Dakwah Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif yang kini telah dimiliki oleh PDM Sijunjung menjadi warisan nyata Buya Syafii kepada Muhammadiyah Sijunjung. Harapan dan semangat Buya harus kita lanjutkan, terutama untuk Muhammadiyah Sijunjung.
Jika KH Ahmad Dahlan menitipkan Muhammadiyah, maka Buya juga menitipkan Muhammadiyah Sijunjung untuk kita.
Post Comment