Santri Mu’allimin Jadi Pengajar di Al-Hadi Taiwan Islamic Education and Culture Center
Pada Ramadhan 1444 H (2023) Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta mengutus 10 santrinya ke Taiwan dalam program Mubaligh Hijrah. Hal tersebut sebagai salah satu cara dalam memeriahkan bulan suci ini sekaligus merupakan agenda unggulan yang rutin dilaksanakan selama bulan Ramadhan.
Di bawah bimbingan Ustaz Aulia Abdan (Guru Mu’allimin) dan Pimpinan Cabang Istimewa Taiwan (PCIM Taiwan) yang mengkoordinir dan membantu para santri selama kegiatan berlangsung. Selanjutnya, para santri tersebut disebar ke 3 titik dengan pembagian 3 kelompok yakni 3 santri di masjid At-Taqwa di Zhongli, 3 santri di Universitas Asia di Taichung, dan 4 santri di Taipei Cultural Mosque(TCM) di Taipei.
Pembagian kelompok tersebut dititikberatkan di daerah Taipei. Sebab selain memakmurkan masjid dengan menjadi imam, muadzin dan bantu-bantu lainnya. Mereka juga ditugaskan untuk membantu memberikan pengajaran kepada anak-anak di Al-Hadi Taiwan Islamic Education and Culture Center. Hal tersebut disambut dengan senang hati oleh Ustaz Abdul Aziz dan Ustadzah Fatimah selaku pendiri dan pengajar sekolah ini.
“Masya Allah kami sangat senang dengan kehadiran teman-teman dari Mu’allimin di sini untuk membantu kami dalam mengajar anak-anak” Ucap Ustaz Abdul Aziz.
Di sekolah tersebut, para santri diminta oleh Ustaz Abdul Aziz untuk mengajarkan anak-anak Al-Qur’an. Yakni terkait baca tulis Al-Qur’an dan hafalan Quran Juz ‘Amma. Di luar itu, para santri juga diminta mengajarkan anak-anak adzan dan bacaan sholat. Namun dalam prosesnya banyak tantangan dan hal baru yang tentu dihadapi oleh para santri Mu’allimin. Seperti cara beradaptasi, komunikasi dan metode pengajaran yang digunakan.
“Alhamdulilah sebelum kita memulai hari pertama mengajar kita sudah dibriefing terlebih dahulu oleh Ustaz Abdul Aziz dan Ustazah Fatimah terkait metode pembelajaran yang digunakan dan cara mendisiplinkan anak-anak, jadi kami tidak terlalu bingung dan kaget saat hari pertama kami mengajar” ungkap Fatih santri Mu’allimin.
Selain itu, tantangan komunikasi juga harus di hadapi oleh para santri. Sebab di sekolah tersebut anak-anak terdiri dari anak Indonesia dan anak warga lokal Taiwan. Dimana kebanyakan anak-anak menggunakan bahasa Mandarin dalam berkomunikasi. Ditambah bahasa Inggris mereka yang masih kurang.
Meskipun diawal mengajar para santri sedikit mengalami kesulitan, namun hal tersebut dapat diatasi. “Meskipun ada keterbatasan bahasa, terlebih bahasa Mandarin, namun alhamdulilah masih dapat berkomunikasi dengan anak-anak bahkan bisa akrab dan bergembira, dengan menggunakan bahasa Inggris dasar dan lelucon yang diperagakan tubuh” ucap Ustazah Fatimah.
Tantangan tersebut, bahkan dijadikan ajang para santri untuk berlatih bahasa Mandarin dasar juga mengajarkan anak-anak bahasa Inggris dan Indonesia. Meskipun adanya tantangan-tantangan tersebut, proses pembelajaran masih bisa berjalan dengan lancar. Para santri juga merasa senang dapat diberikan kesempatan untuk bisa meningkatkan kapasitas ditempat yang istimewa ini.
Harapannya, para santri yang selanjutnya atau tahun depan yang nantinya dikirim ke negara Taiwan dan ditempatkan di sekolah ini dapat dipersiapkan lebih matang kembali. Terkhusus terkait bahasa Inggris dan Mandarin sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih optimal.
Bagikan artikel ini :



Post Comment