Loading Now

Pudarnya Budaya Ribut Tahunan Soal Hukum Muslim Mengucapkan Selamat Natal

Pudarnya Budaya Ribut Tahunan Soal Hukum Muslim Mengucapkan Selamat Natal - AnakPanah.id

Bulan Desember adalah bulan terakhir dalam kalender Masehi, kalender yang mayoritas Masyarakat Dunia anut sebagai penanda aktivitas harian. Dalam Bulan ini pula terdapat momen tahunan terutama bagi Umat Nasrani untuk merayakan Hari Besar, Hari Raya Natal. Dalam banyak Kebudayaan di berbagai belahan Dunia, momen ini biasanya satu paket dengan perayaan Tahun Baru yang memang posisi momennya beriringan.

Tak bisa dipungkiri, Perayaan Natal yang sepaket dengan Tahun Baru ini mungkin jadi Perayaan Keagamaan paling besar di dunia. Disamping faktor kuantitas penganutnya yang memang terbesar di dunia, fakta bahwa di masa lampau kejayaan kolonialisme turut membawa pengaruh kebudayaan ini ke berbagai penjuru dunia.

Dalam budaya modern layaknya sekarang ini, Perayaan Natal tak sekedar jadi hari besar Umat Nasrani. Momen Natal telah menjadi layaknya pesta Masyarakat Dunia. Hampir semua Industri menjadikan momen ini untuk meningkatkan penjualan mereka, banyaknya event besar diadakan dalam momen Natal dengan tujuan komersil.

Konon, hari sebelum Natal adalah salah satu hari tersibuk bagi transportasi di seluruh dunia. Migrasi manusia dan barang begitu besar, bisa dibayangkan bagaimana roda ekonomi bergerak dan sangat menghasilkan.

Dalam konteks Indonesia, Perayaan Natal pernah dan mungkin masih menjadi topik keributan. Biasanya memasuki Bulan Desember saat Pusat Perbelanjaan dan Kawasan Wisata sudah merias diri dengan pernak-pernik Natal, ada saja yang menyalakan bara keributan terkait boleh tidaknya seorang Muslim mengucapkan selamat Natal.

Baik di Media Cetak maupun Media Sosial, isu ini dilemparkan Publik entah untuk tujuan apa tapi yang jelas memantik banyak opini yang akhirnya berujung saling menyerang dan mungkin sampai mengkafirkan. Bahkan topik ini beberapa kali jadi senjata untuk menyerang lawan politik.

Namun sepertinya budaya tahunan ini belakangan mulai memudar. Entah karena bergesernya pemegang ruang opini atau karena topik ini sudah sangat menjemukan dan makin kurang laris dipasaran. Sedari awal memang topik ini sangat tidak esensial, dan kurang produktif. Mungkin Masayarakat dewasa ini juga makin berfikir produktif dan lebih tidak peduli kepada hal-hal tidak esensial. Ditambah karakter baru ini membawa hal yang lebih inklusif dan terbuka pada perbauran budaya.

Tentu ini suatu anugerah bahwa society kita telah mengalami kemajuan mendasar. Dengan tantangan-tantangan kedepan yang semakin kompleks, memang budaya ini layak ditinggalkan. Semua generasi baik generasi lama maupun generasi baru harus bersama berfikir tentang tantangan dunia dengan segala distorsinya yang mendesak untuk dicarikan Solusi.

Momen Natal dan Tahun Baru bagaimana pun juga adalah bagian dari fakta kehidupan, semua orang punya hak untuk menyikapinya dengan bijak. Bagi Umat Non-Nasrani, jika mengucapkan Natal adalah bagian dari tugas untuk menjaga kehidupan ini terus harmoni, tugas menjaga harmoni tentu lebih utama. Semoga budaya keributan itu sudah selesai dan menjadi benda usang yang layak dibuang dan tak perlu didaur ulang.

Apapun Hari Rayanya, yang selalu layak untuk diberi ucapan selamat adalah momen keharmonisan dan kegembiraan seluruh Umat Manusia. Selamat merayakan Kebahagiaan.

Post Comment

Copyright ©2025 anakpanah.id All rights reserved.
Develop by KlonTech