Ramadan di Indonesia: Antara Tradisi dan Esensi
Raychan Assabiq Sabtu, 23-3-2024 | - Dilihat: 57
Oleh: Raychan Assabiq
Tulisan ini dibuat di atas kegelisahan terhadap perilaku umat beragama, khususnya dalam konteks puasa Ramaan. Puasa yang dilakukan sebagian umat Islam, menurut hemat saya, hanyalah sebuah tradisi saja.
Puasa yang sesungguhnya bukan hanya menahan lapar dan dahaga di pagi hingga petang. Dalam terminologi Arab, kata puasa mempunyai dua istilah yakni shaum dan siyam. Saya akan mengajak pembaca untuk mengupas dari kedua makna tersebut, kira-kira sama atau berbeda.
Pertama, Shaum adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dilarang, sehingga perintah shaum ini bukan hanya di bulan ramadan, tetapi dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Saya akan mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah Saw. bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِع فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وجاءٌ
Artinya, "Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa saja yang tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa bisa menjadi tameng syahwat baginya." (HR Bukhari & Muslim).
Dari hadis yang diriwayatkan Abdullah Ibnu Mas’ud diatas, Rasulullah memerintahkan para pemuda yang mampu (ba’ah) agar menikah. Artinya, bagi para pemuda sudah mampu untuk ba’ah, maka saat itulah saat yang tepat baginya untuk meminang (khitbah).
Akan tetapi yang belum mampu untuk menikah di perintahkan untuk berpuasa, namun menggunakan kata shaum bukan menggunakan kata siyam, maksud kata shaum di hadis tersebut, yakni menjaga hawa nafsu, serta gairah seksualitas.
sebagai contoh ada seorang pemuda melihat wanita memakai tanktop, pemuda tersebut merasa bodoamat kalau dalam istilah jawanya ora gumunan, karena pemuda tersebut sedang shoum syahwat, sehingga tidak akan besikap brutal kepada wanita yang dilihat.
Adapun contoh lain, saya punya kedua tangan, bisa saja tangan ini saya gunakan untuk memukul orang yang lebih lemah dari saya, akan tetapi tidak saya lakukan karena sudah shaum terhadap tangan yang saya miliki. Banyak orang di luar sana yang menggunakan fisik dan kekuasaanya untuk menindas orang yang lemah.
Maka saya mengajak pembaca untuk bersama-sama berpuasa, agar tidak melakukan keburukan yang bersifat merugikan orang lain. Sebagai manusia harus menyayangi seluruh makhluk Allah, baik itu hewan, tumbuhan bahkan manusia itu sendiri.
saya menulis tulisan ini bukanlah saya orang yang paling alim dan sempurna, saya hanya merasa resah terutama melihat kondisi negeri kita indonesia, banyak orang rela menipu orang lain demi kekuasaan, rela membunuh demi kekayaan dan rela memperkosa demi menyalurkan nafsunya, berarti mereka mereka yang melakukan hal keji belum mengerti esensi puasa, puasa hanya sekedar menahan lapar dan haus, akan tetapi hawa nafsu dan ego tidak ditahan juga.
Kedua, shiyam secara terminologi memiliki makna puasa, secara epistimologi puasa adalah ibadah kedua setelah shalat yang dilakukan setiap bulan ramadhan, wajib bagi seluruh orang ber-iman seperti firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 183
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Maksud dari ayat ini adalah puasa ramadan karena dikhususkan untuk orang-orang beriman saja, tetapi puasa disini adalah menahan diri lapar dan haus sebagaimana yang diwajibkan orang- orang terdahulu, kebanyakan orang hanya mengetahui makna siyam saja tanpa mendikotomi antara shaum dan shiyam.
Puasa Hanya Sekadar Menunggu Azan Magrib
Adzan Magrib memang satu-satunya yang dinanti ketika orang sedang berpuasa, saya tidak menyalahkan hal ini akan tetapi tidak pula membenarkan juga, jikalau tujuanya hanya menunggu azan Magrib lalu barbuka puasa, lalu bagaimana dengan esensi puasa.
Zaman sekarang hampir semua orang berlomba-lomba untuk berbuka yang mewah demi memanjakan lidah dan perutnya, seraya balas dendam karena puasa dari pagi sampai menjelang malam, padahal puasa merupakan ritual sakral umat muslim yang beriman, sebagai rasa taat kepada Tuhan, serta di janjikan dalam Q.S. Al-Baqarah 183 dijelaskan barang siapa yang berpuasa maka Allah janjikan ketaqwaan. Jikalau puasa hanya menahan diri dari lapar dan haus apakah bisa menjemput taqwa yang dimaksud oleh Allah.
Saya mengajak pembaca untuk merenungi bersama khususnya di bulan ramadhan ini, agar puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, akan tetapi juga mengetahui esensi puasa yang sebenarnya.
Wallahualam.
_____
Raychan Assabiq, S.Pd, Saat ini sedang menjadi guru pendidikan agama Islam di sekolah menengah pertama dan melanjutkan studi S2 Pendidikan Agama Islam di Universitas Ahmad Dahlan.
- Artikel Terpuler -
Ramadan di Indonesia: Antara Tradisi dan Esensi
Raychan Assabiq Sabtu, 23-3-2024 | - Dilihat: 57
Oleh: Raychan Assabiq
Tulisan ini dibuat di atas kegelisahan terhadap perilaku umat beragama, khususnya dalam konteks puasa Ramaan. Puasa yang dilakukan sebagian umat Islam, menurut hemat saya, hanyalah sebuah tradisi saja.
Puasa yang sesungguhnya bukan hanya menahan lapar dan dahaga di pagi hingga petang. Dalam terminologi Arab, kata puasa mempunyai dua istilah yakni shaum dan siyam. Saya akan mengajak pembaca untuk mengupas dari kedua makna tersebut, kira-kira sama atau berbeda.
Pertama, Shaum adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dilarang, sehingga perintah shaum ini bukan hanya di bulan ramadan, tetapi dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Saya akan mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah Saw. bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِع فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وجاءٌ
Artinya, "Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa saja yang tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa bisa menjadi tameng syahwat baginya." (HR Bukhari & Muslim).
Dari hadis yang diriwayatkan Abdullah Ibnu Mas’ud diatas, Rasulullah memerintahkan para pemuda yang mampu (ba’ah) agar menikah. Artinya, bagi para pemuda sudah mampu untuk ba’ah, maka saat itulah saat yang tepat baginya untuk meminang (khitbah).
Akan tetapi yang belum mampu untuk menikah di perintahkan untuk berpuasa, namun menggunakan kata shaum bukan menggunakan kata siyam, maksud kata shaum di hadis tersebut, yakni menjaga hawa nafsu, serta gairah seksualitas.
sebagai contoh ada seorang pemuda melihat wanita memakai tanktop, pemuda tersebut merasa bodoamat kalau dalam istilah jawanya ora gumunan, karena pemuda tersebut sedang shoum syahwat, sehingga tidak akan besikap brutal kepada wanita yang dilihat.
Adapun contoh lain, saya punya kedua tangan, bisa saja tangan ini saya gunakan untuk memukul orang yang lebih lemah dari saya, akan tetapi tidak saya lakukan karena sudah shaum terhadap tangan yang saya miliki. Banyak orang di luar sana yang menggunakan fisik dan kekuasaanya untuk menindas orang yang lemah.
Maka saya mengajak pembaca untuk bersama-sama berpuasa, agar tidak melakukan keburukan yang bersifat merugikan orang lain. Sebagai manusia harus menyayangi seluruh makhluk Allah, baik itu hewan, tumbuhan bahkan manusia itu sendiri.
saya menulis tulisan ini bukanlah saya orang yang paling alim dan sempurna, saya hanya merasa resah terutama melihat kondisi negeri kita indonesia, banyak orang rela menipu orang lain demi kekuasaan, rela membunuh demi kekayaan dan rela memperkosa demi menyalurkan nafsunya, berarti mereka mereka yang melakukan hal keji belum mengerti esensi puasa, puasa hanya sekedar menahan lapar dan haus, akan tetapi hawa nafsu dan ego tidak ditahan juga.
Kedua, shiyam secara terminologi memiliki makna puasa, secara epistimologi puasa adalah ibadah kedua setelah shalat yang dilakukan setiap bulan ramadhan, wajib bagi seluruh orang ber-iman seperti firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 183
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Maksud dari ayat ini adalah puasa ramadan karena dikhususkan untuk orang-orang beriman saja, tetapi puasa disini adalah menahan diri lapar dan haus sebagaimana yang diwajibkan orang- orang terdahulu, kebanyakan orang hanya mengetahui makna siyam saja tanpa mendikotomi antara shaum dan shiyam.
Puasa Hanya Sekadar Menunggu Azan Magrib
Adzan Magrib memang satu-satunya yang dinanti ketika orang sedang berpuasa, saya tidak menyalahkan hal ini akan tetapi tidak pula membenarkan juga, jikalau tujuanya hanya menunggu azan Magrib lalu barbuka puasa, lalu bagaimana dengan esensi puasa.
Zaman sekarang hampir semua orang berlomba-lomba untuk berbuka yang mewah demi memanjakan lidah dan perutnya, seraya balas dendam karena puasa dari pagi sampai menjelang malam, padahal puasa merupakan ritual sakral umat muslim yang beriman, sebagai rasa taat kepada Tuhan, serta di janjikan dalam Q.S. Al-Baqarah 183 dijelaskan barang siapa yang berpuasa maka Allah janjikan ketaqwaan. Jikalau puasa hanya menahan diri dari lapar dan haus apakah bisa menjemput taqwa yang dimaksud oleh Allah.
Saya mengajak pembaca untuk merenungi bersama khususnya di bulan ramadhan ini, agar puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, akan tetapi juga mengetahui esensi puasa yang sebenarnya.
Wallahualam.
_____
Raychan Assabiq, S.Pd, Saat ini sedang menjadi guru pendidikan agama Islam di sekolah menengah pertama dan melanjutkan studi S2 Pendidikan Agama Islam di Universitas Ahmad Dahlan.
1 Komentar
2024-03-24 14:15:58
Budi Santoso
Teruslah berkarya, semangat dan bagikan pengetahuan untuk kemaslahatan
1 Komentar
2024-03-24 14:15:58
Budi Santoso
Teruslah berkarya, semangat dan bagikan pengetahuan untuk kemaslahatan
Tinggalkan Pesan