Jalan Panjang Kesetaraan Paus Fransiskus

Iefone Shiflana Habiba Rabu, 30-4-2025 | - Dilihat: 78

Oleh: Iefone Shiflana Habiba

Satu hari pasca perayaan Paskah, umat Katolik di seluruh dunia harus menelan pahit kehidupan oleh kabar duka yang memilukan, yakni wafatnya Paus Fransiskus. Kepergiannya bukan sekedar duka bagi umat Katolik, akan tetapi bagi umat beragama dunia.

Paus Fransiskus tidak pernah berhenti untuk menunjukkan kepemimpinan penuh empati dan keberanian. Teladan dari sosok sederhana, namun berpengaruh.

Dalam perjalanannya, Paus Fransiskus telah menjadi simbol besar dari moral progresif yang berani menyampaikan nilai-nilai keadilan lintas iman. Kini, dunia bertanya: lalu kemana arah perjuangan itu akan bergerak tanpa kehadiran tokoh seperti dirinya?

Tokoh Progresif di Balik  Konservatisme

Paus Fransiskus, dengan nama asli Jorge Mario Bergoglio. Telah masyhur sebagai paus pertama yang berasal dari Amerika Latin. Dengan kepemimpinan yang humanis, ia menolak tinggal di istana apostolik dan justru memilih jalan hidup yang sederhana, fokus terhadap agenda moral pada isu-isu global, seperti  inklusivitas, ketimpangan gender, hingga gejolak Israel dan Palestina.   

Sehingga, beliau dikenal dengan banyak legacy yang ia tinggalkan selama menjadi Paus, maka tak heran ia mendapat julukan sebagai "The People’s Pope" bahkan "The Progressive Pope".  Julukan tersebut tidak hadir begitu saja untuk beliau, melainkan adanya upaya-upaya yang telah ditunaikan.

Selama perjalanannya, Paus Fransiskus terus berupaya menjadi penyambung ajaran-ajaran tradisional Gereja dengan tuntutan zaman modern. Ia membuka sikap dialogis terhadap isu-isu yang selama ini sensitif.

Tentu perubahan yang tengah dibangun Paus Fransiskus tentu menghadapi banyak kritik, baik dari golongan konservatif, tradisional bahkan progresif yang khawatir akan berubahnya prinsip gereja. Meskipun demikian, Paus Fransiskus tetap konsisten pada pendekatan moral yang tidak hanyak relevan bagi umatnya sendiri, tapi juga umat beragama lainnya.

Upaya Nyata Sang The Progressive Pope

Warisan progresivitas Paus Fransiskus telah tercatat melalui langkah-langkah konkret nyata yang transformatif. Misalnya dalam persoalan peran perempuan, Paus Fransiskus mengambil langkah berani dengan menunjuk perempuan sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Vatikan.

Selain itu, beliau juga membuka akses yang lebih besar bagi perempuan agar mampu menduduki posisi penting dalam struktural gereja. Termasuk hak untuk memberikan suara dalam prosesi sinode.

Paus Fransiskus juga melakukan reformasi besar-besaran pada sektor keuangan Gereja. Ia menghadapi skandal lama yang telah lama membayangi Vatikan. Problem ini dihadapi Paus Fransiskus dengan membentuk Sekretariat Ekonomi untuk meningkatkan transparansi, memperkuat akuntabilitas, serta memangkas praktik korupsi yang mengakar. Salah satu fokus utamanya adalah membenahi pengelolaan Bank Vatikan (IOR), yang telah lama menjadi sorotan publik.

Tidak hanya itu, Paus Fransiskus juga aktif terlibat dalam dialog lintas agama, Ia menunjukkan kepemimpinan moral dengan menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi bersama Imam Besar Al-Azhar. Guna memperkuat komitmen membangun dunia yang berbasis pada persaudaraan, toleransi, dan perdamaian lintas iman.

Paus Fransiskus juga menjadi lentera yang terang dalam isu lingkungan hidup melalui Laudato Si', surat terbuka atas seruan keras kepada seluruh umat manusia untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama, serta mengutuk kerakusan ekonomi yang banyak merusak lingkungan.

Bahkan dalam tragedi kemanusiaan dunia yang masih hangat hingga saat ini yakni konflik Gaza,  Paus Fransiskus tidak tinggal diam. Ia menjadi tokoh dunia paling terdepan untuk meminta gencatan senjata dan secara langsung mengirimkan bantuan medis melalui jaringan Gereja Katolik. Ia dengan berani menegaskan keberpihakan nyata kepada mereka yang menderita akibat kekerasan.

Upaya Paus Fransiskus telah menjadi bukti bahwa ia tidak hanya berbicara tentang perubahan, melainkan bersungguh-sungguh mewujudkan perubahan yang berani dan membumi. Sekali lagi, Ia membuktikan bahwa kepemimpinan spiritual sejati bukan untuk mempertahankan tradisi semata, melainkan menghidupkan nilai-nilai keadilan pada zaman yang kian berubah.

Meneruskan Semangat Reformasi

Kepergian Paus Fransiskus memang membuka luka yang cukup dalam bagi dunia, tapi ini bukanlah akhir. Ia tentu mengharapkan agar dunia mampu meneruskan warisan reformasi dengan lebih luas dan berani.

Dunia hari ini membutuhkan lebih banyak tokoh yang tidak takut menyuarakan kesetaraan, bahkan jika perlu menantang budaya yang telah mapan. Bagi agama, kesetaraan bukan sekadar agenda feminis atau kaum sekuler. Ia adalah panggilan iman yang berpihak kepada yang dilemahkan, iman yang menolak ketidakadilan yang dibungkus dengan otoritas keagamaan.

Mengikuti jejak Paus Fransiskus berarti tidak hanya mengenang, tetapi juga meneruskan warisan reformasi yang lebih inklusif dan penuh kasih. Warisan ini menuntut kita untuk terus memperjuangkan hak-hak yang selama ini terabaikan, tanpa rasa takut atau kompromi.

Tanggung jawab kita adalah memastikan bahwa semangat reformasi ini tidak akan padam, dalam setiap langkah  untuk dunia yang lebih adil, lebih setara, dan lebih berperikemanusiaan.

____

Iefone Shiflana Habiba, Aktivis Gerakan Perempuan