Islam dan Keragaman Paham
Kaysan Nawfal Fadila Sabtu, 5-11-2022 | - Dilihat: 44

Oleh: Kaysan Nawfal Fadila
Seperti yang kita ketahui bersama, Islam terbagi menjadi tiga aliran besar. Antara lain Sunni, Syiah, dan Khawarij. Ini semua merupakan sisa-sisa perpecahan yang terjadi pada masa lampau. Lantas, apakah kita sebagai Muslim era modern harus terus melanggengkan warisan masa silam tersebut?
Buya Ahmad Syafii Maarif menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Menerobos Kemelut” bahwa sudah saatnya umat Muslim tidak mengambil pusing dengan tiga aliran tersebut jika tidak mau terjebak pada konflik berkepanjangan.
Menurut saya sendiri memanglah betul apa yang dipaparkan beliau, setiap umat bahkan individu sudah pasti tidak luput dari kesalahan, tinggal bagaimana ia mau berubah atau tidak. Sayang seribu sayang, apa yang saya lihat pada umat Muslim sekarang ini tidak ada sedikit pun tergerak hatinya untuk mau bersatu. Mereka malah cenderung mengkafirkan satu sama lain.
Padahal jika kita menelaah sejarah kembali, dahulu Barat lah yang belajar dari umat muslim. Namun lagi-lagi, semua berubah seketika karena perpecahan yang terjadi di dalam tubuh umat Muslim.
Barat kembali tumbuh dengan reinassance-nya sedangkan Muslim terpuruk karena sikap fatalistik yang berakibat dengan tertutupnya pintu ijtihad. Oleh karena itu, dari pada terlena dengan masa lalu, mengapa kita tidak mengukir sejarah kembali? Dimulai dari sebuah kata, yaitu “persatuan”.
Ya, kata ini lah yang menurut saya penting dan pantas untuk ditanamkan kepada diri umat muslim saat ini. Tanpa adanya persatuan, bagaimana umat muslim bisa untuk mewujudkan cita-citanya? Inilah yang menjadi sebuah PR kita bersama selaku umat muslim untuk bisa menyatukan kembali agama Islam.
Menurut saya pribadi, langkah pertama yang harus dilakukan demi menyatukan agama Islam adalah dengan mengubah persperktif atau pandangan kita terhadap aliran-aliran agama Islam yang ada di bumi ini. Kita harus bisa mentoleril aliran-aliran tersebut dan tidak mengkafirkan mereka, karena pada dasarnya kita sama-sama memiliki aqidah yang satu yaitu aqidah islamiyah, hanya berbeda pada cara pelaksanaannya. Jadi apa lagi alasan untuk mengkafirkan saudara kita sendiri? Toh, lagi pula kita semua sama-sama boleh pergi melaksanakan haji ke tanah suci.
Setelah kita dapat mengubah pandangan kita, maka disitulah persatuan akan muncul dengan sendirinya. Karena pada dasarnya ketika umat muslim terpecah belah pun mereka tetap mempunyai musuh yang sama yaitu Barat. Ini seperti kasus ketika Nusantara masih dikuasai oleh Belanda, semua daerah berusaha keras untuk melawan penjajahan Belanda. Namun, usaha masing-masing daerah tersebut banyak yang gagal karena adu domba yang dilakukan oleh pihan Belanda kepada daerah-daerah lainnya.
Dari sejarah penjajahan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, kasus tersebut benar-benar menggambarkan realita umat muslim saat ini, diadu domba oleh Barat sehingga terpecah belah. Tak ayal jika Buya Ahmad Syafii Maarif menyebut Amerika sebagai imperialis kesiangan atau dengan kata lain imperialis yang baru saja lahir di abad ke-20 M.
Maka dari itu, mari kita sebagai umat muslim kembali memantaskan diri di ranah dunia yang fana ini. karena ketika persatuan itu telah kita peroleh, niscaya umat muslim yang merupakan umat pilihan ini InsyaAllah menjadi umat yang akan kembali berjaya seperti beberapa abad yang lalu.
- Artikel Teropuler -
Islam dan Keragaman Paham
Kaysan Nawfal Fadila Sabtu, 5-11-2022 | - Dilihat: 44

Oleh: Kaysan Nawfal Fadila
Seperti yang kita ketahui bersama, Islam terbagi menjadi tiga aliran besar. Antara lain Sunni, Syiah, dan Khawarij. Ini semua merupakan sisa-sisa perpecahan yang terjadi pada masa lampau. Lantas, apakah kita sebagai Muslim era modern harus terus melanggengkan warisan masa silam tersebut?
Buya Ahmad Syafii Maarif menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Menerobos Kemelut” bahwa sudah saatnya umat Muslim tidak mengambil pusing dengan tiga aliran tersebut jika tidak mau terjebak pada konflik berkepanjangan.
Menurut saya sendiri memanglah betul apa yang dipaparkan beliau, setiap umat bahkan individu sudah pasti tidak luput dari kesalahan, tinggal bagaimana ia mau berubah atau tidak. Sayang seribu sayang, apa yang saya lihat pada umat Muslim sekarang ini tidak ada sedikit pun tergerak hatinya untuk mau bersatu. Mereka malah cenderung mengkafirkan satu sama lain.
Padahal jika kita menelaah sejarah kembali, dahulu Barat lah yang belajar dari umat muslim. Namun lagi-lagi, semua berubah seketika karena perpecahan yang terjadi di dalam tubuh umat Muslim.
Barat kembali tumbuh dengan reinassance-nya sedangkan Muslim terpuruk karena sikap fatalistik yang berakibat dengan tertutupnya pintu ijtihad. Oleh karena itu, dari pada terlena dengan masa lalu, mengapa kita tidak mengukir sejarah kembali? Dimulai dari sebuah kata, yaitu “persatuan”.
Ya, kata ini lah yang menurut saya penting dan pantas untuk ditanamkan kepada diri umat muslim saat ini. Tanpa adanya persatuan, bagaimana umat muslim bisa untuk mewujudkan cita-citanya? Inilah yang menjadi sebuah PR kita bersama selaku umat muslim untuk bisa menyatukan kembali agama Islam.
Menurut saya pribadi, langkah pertama yang harus dilakukan demi menyatukan agama Islam adalah dengan mengubah persperktif atau pandangan kita terhadap aliran-aliran agama Islam yang ada di bumi ini. Kita harus bisa mentoleril aliran-aliran tersebut dan tidak mengkafirkan mereka, karena pada dasarnya kita sama-sama memiliki aqidah yang satu yaitu aqidah islamiyah, hanya berbeda pada cara pelaksanaannya. Jadi apa lagi alasan untuk mengkafirkan saudara kita sendiri? Toh, lagi pula kita semua sama-sama boleh pergi melaksanakan haji ke tanah suci.
Setelah kita dapat mengubah pandangan kita, maka disitulah persatuan akan muncul dengan sendirinya. Karena pada dasarnya ketika umat muslim terpecah belah pun mereka tetap mempunyai musuh yang sama yaitu Barat. Ini seperti kasus ketika Nusantara masih dikuasai oleh Belanda, semua daerah berusaha keras untuk melawan penjajahan Belanda. Namun, usaha masing-masing daerah tersebut banyak yang gagal karena adu domba yang dilakukan oleh pihan Belanda kepada daerah-daerah lainnya.
Dari sejarah penjajahan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, kasus tersebut benar-benar menggambarkan realita umat muslim saat ini, diadu domba oleh Barat sehingga terpecah belah. Tak ayal jika Buya Ahmad Syafii Maarif menyebut Amerika sebagai imperialis kesiangan atau dengan kata lain imperialis yang baru saja lahir di abad ke-20 M.
Maka dari itu, mari kita sebagai umat muslim kembali memantaskan diri di ranah dunia yang fana ini. karena ketika persatuan itu telah kita peroleh, niscaya umat muslim yang merupakan umat pilihan ini InsyaAllah menjadi umat yang akan kembali berjaya seperti beberapa abad yang lalu.
1 Komentar

2022-11-05 21:25:01
Danu R
keren
1 Komentar
2022-11-05 21:25:01
Danu R
keren
Tinggalkan Pesan