Jarimu Harimaumu
Di antara kita sudah sering mendengar pepatah “mulutmu harimaumu”. Pepatah itu memiliki arti bahwa setiap kata-kata yang keluar dari lisan seseorang akan membawa dampak yang sangat besar dan terkadang tak terduga, baik itu positif maupun negatif. Maka sudah sepatutnya kita menjaga ucapan kita agar tidak menyakiti orang lain dan selalu membiasakan diri pikir dulu baru bicara.
Di jaman digital ini, pepatah itu bergeser menjadi “jarimu harimaumu”. Seringkali kita mendengar kisah-kisah viral dimana seseorang mau tidak mau harus menanggung akibat dari komentar yang dia unggah di media sosial. Inilah kekuatan jari jemari yang menari diatas papan keyboard, yang kapanpun bisa menjadi harimaumu sendiri jika tidak dikendalikan dengan bijak dan menggunakan akal sehat.
Coba bayangkan, kamu sedang bersantai di rumah, menikmati camilan dan teh hangat, sambil scroll memantau media sosial. Fecobook, instagram, tik tok, atau apalah itu. Diantara banyaknya postingan yang muncul di beranda kita, mungkin ada satau yang membuatmu kesal dan gatal. Sehingga tanpa berakal sehat dan berpikir panjang, jari-jari lentikmu mengetik komentar-komentar pedas dan cenderung ngegas
Atau mungkin kamu membagikan kabar berita tanpa memeriksa kebenarannya lebih dulu. Kemudian tak lama, postingan yang kamu unggah menyebar dengan cepat dengan beratus beribu viewer, menimbulkan kontroversial bahkan mungkin bisa menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu.
Fenomena-fenomena seperti ini bukan lagi hal aneh dan tabu. Setiap hari kita disuguhi drama-drama digital. Mereka yang ceroboh dan tidak mengendalikan jarinya acap kali berakhir dengan meminta maaf di depan publik, bikin video klarifikasi, dan alibi-alibi lainnya. Inilah yang dimaksud dengan “Jarimu Harimaumu”. Sekali saja kamu lepaskan, maka tidak akan bisa dikendalikan ke mana harimau akan lari dan menyerang.
Pentingnya Etika Digital
Etika digital sudah barang tentu menjadi bekal utama dalam berselancar dan berinteraksi di dunia maya. Etika bagaimana kita berbicara, membagikan sesuatu, berinteraksi dan bereaksi di media sosial haruslah mencerminkan kedewasaan dan tanggung jawab. Banyak hal menyangkut etika digital, mulai dari menghormati privasi orang lain, tidak menebar hoaks, hingga tidak terlibat dalam cyberbullying.
Sebagai umat beragama, sebagai umat Islam kita selalu dan selalu diingatkan untuk menjaga lisandan tulisan kita. Tulisan adalah representasi dari mulut ketika mengucapkan segala sesuatu yang menjadi benak kita. Dalam al-Qur’an Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
“Hai orang-oramg yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS Al-Ahzab: 70)
Selain itu, dalam suatu hadits Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaklah dia bertata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kiranya nasihat ini sangat relevan dengan keadaan sekarang ini, dimana semua orang sudah familiar dengan keberadaan media sosial. Itu artinya apapun yang kita katakan, apapun yang kita tulis akan membawa dampak besar bagi kita sendiri baik positif atau negatif. Selain itu jejak digital juga tidak akan terhapus dan akan bisa terus diakses.
Efek Buruk Jari Tak Terkendali
Tidak hanya merugikan orang lain, menggunakan jari dengan tanpa kendali dan kebijaksanaan juga dapat merugikan diri sendiri. Reputasi yang dibangun selama ini dan sesusah payah ini harus runtuh tak bersisa seketika kate satu postingan yang tidak dipikir panjang dan matang.
Risiko lain juga mengenai keamanan data pribadi. Terlalu banyak mengunggah informasi juga bisa membuka celah bagi para penjahat siber. Dalam al-Qur’an Allah SWT menyeru manusia untuk tidak menyebarkan berita yang belum tentu benar:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu (QS. Al-Hujurat: 6).
Gunakan Jari Secara Bijak
Bagaimana cara kita mengendalikan “harimau” itu? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:
Pikir dulu sebelum posting. Memikirkan dan menimbang-nimbang apakah sesuatu yang akan diunggah baik komentar atau informasi berpotensi menyakiti orang lain dan menimbulkan masalah atau tidak.
- Verifikasi informasi.kita bisa melakukan “saring sebelum sharing”. Sebelum membagikan informasi atau kabar berita, pastikan dahulu kebenaran dan sumbernya.
- Hormati privasi sesama. Jangan mudah mengunggah foto, video atau informasi pribadi orang tanpa ijin.
- Jangan mudah terprovokasi, tetap gunakan akal sehat. Jika melihat sesuatu yang membuat kita marah atau jengah, berusahalah tetap tenang dab pikir dua tiga kali sebelum merespon.
- Pegang teguh etika Islam. Ingatkan diri kita selalu untuk berkata baik atau diam, seperti ajaran Rasulullah Saw.
Akhir kata, marilah kita bersama-sama belajar untuk lebih dewasa dan bijak dalam menggerakkan jari-jari kita. Biarkan “harimaumu” itu tetap terkendali, tetap pada koridornya.
Gunakan jari jemari anugrah Allah Swt. ini untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat. Usahakan jari jemari ini menghasilkan karya yang bisa meringankan hisab kita di akhirat nanti. Karena pada hakikatnya, setiap kata yang terucap, setiap kata yang tercipta, setiap sikap yang ada mencerminkan siapa kita sebenarnya.
Mari kita jadikan dunia maya sebagai satu ruang yang lebih positif sebagai sumber kebaikan, penuh etika, saling hormat satu sama lain. Dengan demikian kita bisa membangun lingkungan yang lebih harmonis baik di dunia nyata maupun di dunia nyata.
Bagikan artikel ini :


Post Comment