Loading Now

Menyepelekan Salat

Menyepelekan Salat - AnakPanah.id

Umat Islam meyakini bahwa manusia diciptakan di muka bumi ini untuk beribadah kepada Allah Ta’alaa. Sejalan dengan firman Allah Ta’alaa dalam Q.S. Adz- Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.

Ibadah yang disyariatkan oleh Allah telah disampaikan secara keseluruhan di dalam Al-Qur’an dan sunnah. Adapun ibadah yang paling sering atau rutin kita kerjakan yaitu salat. Salat merupakan ibadah yang fundamental di dalam Islam. Salat juga termasuk urutan kedua dari rukun Islam yang lima.

Pembaca yang budiman mungkin juga telah mengetahui bahwa tidak sedikit dari umat Islam yang sekarang ini masih menyepelekan salat karena cape, ada urusan kerja, sibuk main gadget, bahkan hanya karena mager (malas gerak). Sampai-sampai salat ini menjadi bahan candaan “salat kan nomor dua”, lagaknya menyepelekan salat dan berujung meninggalkan salat kebanyakan. Na’udzubillah min dzalik.

Ada dua pertanyaan yang hanya cukup dijawab dengan satu jawaban. Apa amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab di hari kiamat kelak dan apa yang paling akhir diwasiatkan oleh Nabi Muhammad Saw. sebelum hembusan nafas terakhirnya. Ya, bukan dua jawabannya, namun hanya satu, yaitu salat.

Amalan yang Paling Pertama Dihisab

Hal ini sudah tidak asing lagi bagi umat Islam, bahwa salat merupakan amalan yang pertama kali dihisab kelak di hari akhir (kiamat). Dalam Kitab al-Qiyamatul Kubra karya Prof. Dr. ‘Umar Sulaiman bin Abdullah Al-Asyqar pada bab ke sepuluh tentang hisab dan pembalasan disebutkan hadis dari Rasulullah Saw. Bahwa diriwayatkan dari Abu Hurairah Rasulullah Saw. bersabda:

إِنَ أَوَّلَ مَا يُحَاسِبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحْ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرْ

Artinya: Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amalan seorang hamba pada hari kiamat kelak adalah salatnya. Jika salatnya itu baik niscaya dia akan beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya itu rusak atau kurang maka dia akan menyesal dan merugi di hari kiamat kelak.

Hadis ini di sahihkan oleh Imam Tirmidzi, An- Nasai, dan Ibnu Majah dalam Shahih al-Jami’.

Beruntung tidaknya seorang hamba ketika di akhirat dapat ditentukan dari salatnya.Jika salatnya itu baik, tidak cacat, maka seorang hamba akan mendapatkan keberuntungan dan kesuksesan. Sebaliknya apabila salatnya itu kurang atau cacat maka bisa dipastikan dia akan merugi dan menyesal nantinya.

Wasiat Terakhir Nabi

Dari Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

كَانَ آخِرَ كَلَامِ النَّبِيِ صلى الله عليه وسلم الصَّلاةَ، الصَّلَاةَ، اتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا مَلَكَتْ أَيْمَانكم

Artinya: Ucapan terakhir Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, “(Kerjakanlah) Salat, (kerjakanlah) salat. Dan takutlah kalian kepada Allah atas hak-hak hamba sahaya kalian.” HR. Ahmad no. 585, Abu Dawud no. 4295, Ibnu Majah 284, dan di sahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’.

Riwayat ini menyatakan bahwa Rasulullah sebelum menghembuskan nafas terakhir, beliau berwasiat agar umatnya menjaga salatnya. Rasulullah Saw. tidak mewasiatkan kita agar mempunyai harta banyak, sebagaimana orang jaman sekarang yang sebelum wafatnya mewasiatkan tanah untuk keturunannya. Salat ini bukanlah amalan yang sepele. Salat menjadi bagian dari kehidupan kita yang amat penting. Tidak hanya sekedar formalitas saja, namun kita perlu mengilmui, mengamalkan, dan mempertahankan hingga Allah sudahi masa kita di bumi ini.

Pembaca yang budiman, apabila dua hadis di atas dikompromikan mengandung makna, bahwa salat memang tidak bisa ditawar-tawar dalam pelaksanaannya terutama salat wajib lima kali sehari yang harus kita kerjakan. Islam telah memberikan fasilitas salat ini dengan sedemikian rupa atas pelaksanaanya dalam berbagai kondisi, namun Islam sama sekali tidak memberikan peluang bagi umatnya untuk meninggalkan salat, bahkan saat perang berkecamuk sekalipun.

Ancaman Bagi yang Menyepelekan Salat

Penulis akan menyebutkan ancaman bagi orang yang meninggalkan salat, tidak hanya sekedar menyepelekan. Dijelaskan dalam kitab Al-Fiqh al-Manhaji ‘ala madzhabi imam al-Syafi’i karangan Musthafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha, bahwa orang yang meninggalkan salat itu biasanya karena malas, berleha-leha, bahkan ada yang sengaja menyepelekan dan mengingkarinya.

Siapa pun yang meninggalkan salat karena sengaja menyepelekan dan mengingkarinya sebagai kewajiban, maka dia telah di hukumi kafir dan keluar dari Islam. Seorang yang mempunyai kekuasaan wajib menyuruhnya untuk bertaubat dan tidak membiarkannya begitu saja, sampai dia bertaubat dan kembali mengerjakan salat.

Jika terus mengingkarinya, kata Musthafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha dalam kitabnya, dia akan dihukum mati sebagai orang yang keluar dari Islam dan mayatnya tidak perlu di mandikan, disalatkan, dikafani sesuai tuntunan Islam. Sampai-sampai dia tidak boleh dikubur di makamnya orang Islam karena dia bukan lagi muslim.

Sementara orang yang meninggalkan karena malas tetapi masih meyakini bahwa salat itu merupakan kewajiban, orang yang mempunyai kekuasaan hendaklah memaksanya agar dia kembali mengerjakan salat dan bertaubat. Jika masih mengingkarinya maka dia dihukum mati sebagai bentuk hadd menurut syariat Islam, namun statutsnya tetap muslim.

Maka sebagai seorang muslim yang meyakini kebenaran Islam sudah sepantasnya kita tidak menyepelekan salat. Telah pembaca ketahui, bahwa orang yang menyepelekan salat karena malas, berleha-leha, dia tetap dianggap muslim, namun perlu menjadi perhatian dia layak untuk dihukum mati. Namun, hal itu hanya berhak diputuskan oleh orang yang mempunyai kekuasaan, dan sesuai dengan hukum yang berlaku di negara tersebut. Tidak boleh memutuskan hukum secara perseorangan.

Dengan mengetahui ancaman yang penulis paparkan setidaknya pembaca dapat mengambil pelajaran bahwa seorang muslim hendaknya mengerjakan salat, terutama salat yang wajib. Tidak hanya sekedar dikerjakan, tapi dijaga betul dalam pelaksanaannya sehingga tidak ada kata salat wajib lima waktu yang bolong dalam sehari itu, minimal. Baik lagi, pembaca menambah salat sunah rawatibnya dan salat sunah yang lain.

Semoga kita dan keturunan kita termasuk umat Nabi Muhammad Saw. yang senantiasa menjaga salat kita dimanapun kapanpun, hingga nikmat oksigen ini diangkat oleh Allah Swt. Demikian penjelasan tentang salat ini, semoga bermanfaat dan menjadi peringatan bagi penulis dan pembaca yang budiman sehingga tidak semena-mena menyepelekan salat, terutama salat wajib. Wallahu a’lam bi shawab

Post Comment

Copyright ©2025 anakpanah.id All rights reserved.
Develop by KlonTech