Redefenisi Pelajar di Era Post-Truth
Heri Bayu Dwi Prabowo Jum'at, 10-2-2023 | - Dilihat: 97
Oleh: Heri Bayu Dwi Prabowo
Ngobrolin pelajar, memang tidak akan habis menjumpai berbagai macam keasyikan tersendiri. Ada saja yang menghabiskan waktunya untuk belajar dengan membaca buku, keluar-masuk perpus, aktif mengikuti organisasi sana-sini, juara lomba cabang ini dan itu, main bareng ke tempat wisata, ikut-ikutan nongkrong, berantem dan cek-cok sesama teman, punya geng dengan wilayahnya masing-masing, santai bareng doi, bahkan ada saja yang hobinya keluar-masuk ruang BK. Pokoknya seru sekali kalau bicara tentang pelajar, seperti semboyan bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, beraneka ragam tetapi tetap satu jua, berbeda-beda tapi menyenangkan, itulah pelajar, unik dan punya ciri khasnya tersendiri.
Pertanyaannya, apakah, siapakah, bagaimanakah, dan mengapa bisa dikatakan sebagai pelajar?
Biasanya, setiap pelajar diminta untuk mampu menguasai semua pelajaran, banyak prestasi, baik prestrasi akademik seperti peringkat satu tingkat sekolah atau kabupaten, maupun prestasi non akademik seperti juara cabang lomba olahraga bulu tangkis tingkat provinsi, ataupun cabang lomba lainnya yang bergengsi. Namun, nyatanya tidak semuanya dapat berprestasi, hanya pelajar tertentu yang bisa juara, meraih peringkat, dan punya kecerdasan di atas rata-rata, iya kan?
Terus, bagaimana dong kalau pelajar yang tidak meraih apa-apa di sekolah, tidak meraih juara, tidak pandai olahraga misalnya, kurang suka aktivitas sosial, dan sebagainya, apakah masa depannya menjadi suram? Jangan-jangan memang dari sononya tidak bisa apa-apa? Atau mungkin ada bakat dan keistimewaannya sendiri, berbeda dengan yang lain, seperti harta karun yang terpendam, istimewa dan sangat mahal harganya, namun butuh perjuangan untuk mendapatkan harta karun itu, bisa jadi!
Nah, setiap manusia, pasti terlahir dengan keistimewaannya sendiri, tidak mungkin sama dalam bentuk rupanya, kecerdasannya, keterampilannya, dan hal lain yang berhubungan dengan manusia. Artinya, pelajar pun demikian, ada yang pandai dalam satu bidang, tapi belum tentu pandai juga di bidang lainnya. Contohnya, ada yang pandai melukis, tapi kurang dalam memahami pelajaran, ada yang pandai olahraga, tapi kurang dalam berbisnis, begitu seterusnya. Untuk itu, semua pelajar pasti pintar, cerdas dan mempunyai keistimewaan, dengan ciri khasnya masing-masing, itulah yang dinamakan pelajar.
Saya yakin, kita semua diciptakan oleh Tuhan, tidak sia-sia dan tanpa tujuan, pasti ada maksud dan alasan kenapa Tuhan menciptakan kita dengan beranekaragam tingkat kecerdasan, keterampilan dan sebagainya. Yang perlu dipahami, bahwa kita harus sadar dengan keadaan, kondisi, kemampuan diri, kekuatan, serta kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri. Dengan memahami itu semua, maka langkah selanjutnya adalah mencari jalan atau solusi untuk membuat kreativitas dalam kehidupan kita, termasuk sebagai seorang pelajar. Jadi, secara umum, ciri-ciri pelajar itu
Mempunyai ciri berfikir dan bertindak berdasarkan ilmu, iman dan amal secara berkesinambungan antar ketiganya.
Melalui gambaran ciri-ciri pelajar tersebut, memberikan informasi kepada kita, bahwasanya menjadi seorang pelajar merupakan sebuah anugerah tersendiri. Berlandaskan ilmu, kemudian diimani secara yakin, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara otomatis, sebuah amal yang didasarkan pada ilmu, diperkuat dengan keyakinan penuh, akan memberikan efek berbeda dibandingkan dengan amalan yang dilakukan asal-asalan. Mari kita bedah bersama, apa itu ilmu, iman, dan amal.
Berbicara tentang ilmu, berarti sebuah pengetahuan terhadap sesuatu secara sistematis untuk menjelaskan gejala atau suatu pembahasan, yang mana dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Simpelnya gini aja deh, saya kasih contohnya, perbedaan antara pengetahuan biasa dengan pengetahuan berdasarkan ilmu.
Pengetahuan biasa
Masyarakat berpendapat jika terjadi gerhana matahari, maka seolah-olah matahari itu sedang dimakan Buto Ijo. Untuk mengusir Buto Ijo itu, masyarakat bersama-sama serentak menabuh berbagai alat dengan keras, demi mengusi Buto Ijo
Pengetahuan berdasarkan ilmu
Terjadinya gerhana matahari dikarenakan adanya posisi Bumi, Bulan, dan Matahari yang membentuk satu garis lurus
Kemudian, kita pahami bersama bahwa dari abad buahela sampai sekarang, abad-21, milenial, sudah terdapat berbagi macam jenis ilmu. Tentunya, pembaca juga berasal dari latar belakang sekolah yang berbeda-beda, ada yang dari SMP, SMA, dan SMK. Ilmu yang dipelajari pun berbeda-beda, ada yang belajar ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, ada yang jurusan teknik mesin, teknik kendaraan motor, kelistrikan, dan sebagainya. Bahkan, belajar agama pun banyak cabangnya, seperti fiqh, akidah dan akhlak, Al-Qur’an dan hadis, dan sejarah Islam.
Di sini, saya hanya ingin berbagi tips saja, bahwa selama belajar dari SD sampai sekarang ini, ternyata semua ilmu itu penting dan pasti bermanfaat, tinggal bagaimana cara kita belajar, memahami, dan diamalkan dalam kehidupan. Tidak ada ilmu yang tidak berguna, yakin deh!
Yakin? ya tentu saja kita harus yakin, karena poin kedua itu tentang keyakinan (iman). Pembaca pasti ingat, kalau seseorang itu akan diangkat derajatnya dengan ilmu yang ada pada dirnya, itu pun bagi yang beriman. Jadi, yang dimaksud beriman itu apa toh? Apakah beriman menurut orang Islam, atau beriman terhadap ilmu saja, tidak beriman kepada Tuhan? Itu kan orang-orang non-Islam pada pinter-pinter semua? Teknologinya juga canggih? Iya kan?
Jawabannya jelas, beriman itu seperti imannya orang Islam (rukun Islam, rukun Iman dan Ihsan). Meskipun secara kasat mata ada orang non-Islam yang lebih pintar dan canggih teknologinya, tapi kalau tidak digunakan sesuai aturan Tuhan, akan menjadi berbahaya, bisa-bisa merusak alam, bahkan merusak diri sendiri pun mungkin saja.
Menebang pohon secara berlebihan yang mengakibatkan tanah longsor, dengan alasan untuk lahan pabrik, bisnis, dan segudang alasan lainnya, kemudian mengubah bentuk tubuh melalui operasi ini dan itu, lebih ekstremnya lagi, ada yang mengubah jenis kelamin dengan alasan kebebasan individu (HAM), dan masih banyak contoh nyata di dunia ini. Begitulah, jika ilmu tidak diiringi dengan iman yang benar, sesuai aturan Tuhan, maka hanya akan merusak dan menimbulkan efek negatif lainnya. Bebeda, jika ilmu itu dibarengi dengan iman, pasti membawa kebaikan, di manapun, kapanpun, dan bagaimanapun seseorang itu mengamalkan ilmunya.
Beramal? Yah, kita diwajibkan untuk beramal, dengan ilmunya masing-masing, apalah artinya jika sudah berilmu dan beriman, tapi tidak diamalkan dalam kehidupan, bisa-bisa ilmunya tidak berkah, atau tidak bermanfaat bagi orang lain, lingkungan dan semuanya.
Kita pasti sepakat, kalau hidup itu saling tolong-menolong dan membutuhkan satu sama lain, baik sesama manusia, kepada makhluk lain (hewan dan jin), dan kepada lingkungan (hutan, sungai, dan ekosistem lainnya). So! Tahap dan ciri terakhir dari pelajar adalah beramal, beramal berdasarkan ilmu yang telah dikuasai, dan dengan keyakinan penuh sesuai ajaran Islam terhadap ilmunya. Bahwa dengan itu semua, in syaa Allah, seorang pelajar akan terbentuk sebagai pelajar yang bermartabat, berakhlak, dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, sesama manusia, lingkungan alam, bangsa dan negara, serta dunia dan akhirat, in syaa Allah.
- Artikel Terpuler -
Redefenisi Pelajar di Era Post-Truth
Heri Bayu Dwi Prabowo Jum'at, 10-2-2023 | - Dilihat: 97
Oleh: Heri Bayu Dwi Prabowo
Ngobrolin pelajar, memang tidak akan habis menjumpai berbagai macam keasyikan tersendiri. Ada saja yang menghabiskan waktunya untuk belajar dengan membaca buku, keluar-masuk perpus, aktif mengikuti organisasi sana-sini, juara lomba cabang ini dan itu, main bareng ke tempat wisata, ikut-ikutan nongkrong, berantem dan cek-cok sesama teman, punya geng dengan wilayahnya masing-masing, santai bareng doi, bahkan ada saja yang hobinya keluar-masuk ruang BK. Pokoknya seru sekali kalau bicara tentang pelajar, seperti semboyan bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, beraneka ragam tetapi tetap satu jua, berbeda-beda tapi menyenangkan, itulah pelajar, unik dan punya ciri khasnya tersendiri.
Pertanyaannya, apakah, siapakah, bagaimanakah, dan mengapa bisa dikatakan sebagai pelajar?
Biasanya, setiap pelajar diminta untuk mampu menguasai semua pelajaran, banyak prestasi, baik prestrasi akademik seperti peringkat satu tingkat sekolah atau kabupaten, maupun prestasi non akademik seperti juara cabang lomba olahraga bulu tangkis tingkat provinsi, ataupun cabang lomba lainnya yang bergengsi. Namun, nyatanya tidak semuanya dapat berprestasi, hanya pelajar tertentu yang bisa juara, meraih peringkat, dan punya kecerdasan di atas rata-rata, iya kan?
Terus, bagaimana dong kalau pelajar yang tidak meraih apa-apa di sekolah, tidak meraih juara, tidak pandai olahraga misalnya, kurang suka aktivitas sosial, dan sebagainya, apakah masa depannya menjadi suram? Jangan-jangan memang dari sononya tidak bisa apa-apa? Atau mungkin ada bakat dan keistimewaannya sendiri, berbeda dengan yang lain, seperti harta karun yang terpendam, istimewa dan sangat mahal harganya, namun butuh perjuangan untuk mendapatkan harta karun itu, bisa jadi!
Nah, setiap manusia, pasti terlahir dengan keistimewaannya sendiri, tidak mungkin sama dalam bentuk rupanya, kecerdasannya, keterampilannya, dan hal lain yang berhubungan dengan manusia. Artinya, pelajar pun demikian, ada yang pandai dalam satu bidang, tapi belum tentu pandai juga di bidang lainnya. Contohnya, ada yang pandai melukis, tapi kurang dalam memahami pelajaran, ada yang pandai olahraga, tapi kurang dalam berbisnis, begitu seterusnya. Untuk itu, semua pelajar pasti pintar, cerdas dan mempunyai keistimewaan, dengan ciri khasnya masing-masing, itulah yang dinamakan pelajar.
Saya yakin, kita semua diciptakan oleh Tuhan, tidak sia-sia dan tanpa tujuan, pasti ada maksud dan alasan kenapa Tuhan menciptakan kita dengan beranekaragam tingkat kecerdasan, keterampilan dan sebagainya. Yang perlu dipahami, bahwa kita harus sadar dengan keadaan, kondisi, kemampuan diri, kekuatan, serta kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri. Dengan memahami itu semua, maka langkah selanjutnya adalah mencari jalan atau solusi untuk membuat kreativitas dalam kehidupan kita, termasuk sebagai seorang pelajar. Jadi, secara umum, ciri-ciri pelajar itu
Mempunyai ciri berfikir dan bertindak berdasarkan ilmu, iman dan amal secara berkesinambungan antar ketiganya.
Melalui gambaran ciri-ciri pelajar tersebut, memberikan informasi kepada kita, bahwasanya menjadi seorang pelajar merupakan sebuah anugerah tersendiri. Berlandaskan ilmu, kemudian diimani secara yakin, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara otomatis, sebuah amal yang didasarkan pada ilmu, diperkuat dengan keyakinan penuh, akan memberikan efek berbeda dibandingkan dengan amalan yang dilakukan asal-asalan. Mari kita bedah bersama, apa itu ilmu, iman, dan amal.
Berbicara tentang ilmu, berarti sebuah pengetahuan terhadap sesuatu secara sistematis untuk menjelaskan gejala atau suatu pembahasan, yang mana dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Simpelnya gini aja deh, saya kasih contohnya, perbedaan antara pengetahuan biasa dengan pengetahuan berdasarkan ilmu.
Pengetahuan biasa
Masyarakat berpendapat jika terjadi gerhana matahari, maka seolah-olah matahari itu sedang dimakan Buto Ijo. Untuk mengusir Buto Ijo itu, masyarakat bersama-sama serentak menabuh berbagai alat dengan keras, demi mengusi Buto Ijo
Pengetahuan berdasarkan ilmu
Terjadinya gerhana matahari dikarenakan adanya posisi Bumi, Bulan, dan Matahari yang membentuk satu garis lurus
Kemudian, kita pahami bersama bahwa dari abad buahela sampai sekarang, abad-21, milenial, sudah terdapat berbagi macam jenis ilmu. Tentunya, pembaca juga berasal dari latar belakang sekolah yang berbeda-beda, ada yang dari SMP, SMA, dan SMK. Ilmu yang dipelajari pun berbeda-beda, ada yang belajar ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, ada yang jurusan teknik mesin, teknik kendaraan motor, kelistrikan, dan sebagainya. Bahkan, belajar agama pun banyak cabangnya, seperti fiqh, akidah dan akhlak, Al-Qur’an dan hadis, dan sejarah Islam.
Di sini, saya hanya ingin berbagi tips saja, bahwa selama belajar dari SD sampai sekarang ini, ternyata semua ilmu itu penting dan pasti bermanfaat, tinggal bagaimana cara kita belajar, memahami, dan diamalkan dalam kehidupan. Tidak ada ilmu yang tidak berguna, yakin deh!
Yakin? ya tentu saja kita harus yakin, karena poin kedua itu tentang keyakinan (iman). Pembaca pasti ingat, kalau seseorang itu akan diangkat derajatnya dengan ilmu yang ada pada dirnya, itu pun bagi yang beriman. Jadi, yang dimaksud beriman itu apa toh? Apakah beriman menurut orang Islam, atau beriman terhadap ilmu saja, tidak beriman kepada Tuhan? Itu kan orang-orang non-Islam pada pinter-pinter semua? Teknologinya juga canggih? Iya kan?
Jawabannya jelas, beriman itu seperti imannya orang Islam (rukun Islam, rukun Iman dan Ihsan). Meskipun secara kasat mata ada orang non-Islam yang lebih pintar dan canggih teknologinya, tapi kalau tidak digunakan sesuai aturan Tuhan, akan menjadi berbahaya, bisa-bisa merusak alam, bahkan merusak diri sendiri pun mungkin saja.
Menebang pohon secara berlebihan yang mengakibatkan tanah longsor, dengan alasan untuk lahan pabrik, bisnis, dan segudang alasan lainnya, kemudian mengubah bentuk tubuh melalui operasi ini dan itu, lebih ekstremnya lagi, ada yang mengubah jenis kelamin dengan alasan kebebasan individu (HAM), dan masih banyak contoh nyata di dunia ini. Begitulah, jika ilmu tidak diiringi dengan iman yang benar, sesuai aturan Tuhan, maka hanya akan merusak dan menimbulkan efek negatif lainnya. Bebeda, jika ilmu itu dibarengi dengan iman, pasti membawa kebaikan, di manapun, kapanpun, dan bagaimanapun seseorang itu mengamalkan ilmunya.
Beramal? Yah, kita diwajibkan untuk beramal, dengan ilmunya masing-masing, apalah artinya jika sudah berilmu dan beriman, tapi tidak diamalkan dalam kehidupan, bisa-bisa ilmunya tidak berkah, atau tidak bermanfaat bagi orang lain, lingkungan dan semuanya.
Kita pasti sepakat, kalau hidup itu saling tolong-menolong dan membutuhkan satu sama lain, baik sesama manusia, kepada makhluk lain (hewan dan jin), dan kepada lingkungan (hutan, sungai, dan ekosistem lainnya). So! Tahap dan ciri terakhir dari pelajar adalah beramal, beramal berdasarkan ilmu yang telah dikuasai, dan dengan keyakinan penuh sesuai ajaran Islam terhadap ilmunya. Bahwa dengan itu semua, in syaa Allah, seorang pelajar akan terbentuk sebagai pelajar yang bermartabat, berakhlak, dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, sesama manusia, lingkungan alam, bangsa dan negara, serta dunia dan akhirat, in syaa Allah.
4 Komentar
2024-11-30 13:10:07
can i purchase generic cytotec without prescription
cheap cytotec pills 0 Amenorrhea 2
2024-11-30 19:48:55
Swezal
гѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓі её‚иІ© гЃЉгЃ™гЃ™г‚Ѓ - жЈи¦Џе“Ѓгѓ‰г‚г‚·г‚µг‚¤г‚ЇгѓЄгѓійЊ гЃ®жЈгЃ—い処方 г‚ўг‚ュテインの飲み方と効果
2024-12-01 23:21:22
Isxlur
eriacta praise - sildigra shrug forzest unconscious
2024-12-07 14:37:52
Yioodi
crixivan for sale - order voltaren gel online cheap diclofenac gel online buy
4 Komentar
2024-11-30 13:10:07
can i purchase generic cytotec without prescription
cheap cytotec pills 0 Amenorrhea 2
2024-11-30 19:48:55
Swezal
гѓ—гѓ¬гѓ‰гѓ‹гѓі её‚иІ© гЃЉгЃ™гЃ™г‚Ѓ - жЈи¦Џе“Ѓгѓ‰г‚г‚·г‚µг‚¤г‚ЇгѓЄгѓійЊ гЃ®жЈгЃ—い処方 г‚ўг‚ュテインの飲み方と効果
2024-12-01 23:21:22
Isxlur
eriacta praise - sildigra shrug forzest unconscious
2024-12-07 14:37:52
Yioodi
crixivan for sale - order voltaren gel online cheap diclofenac gel online buy
Tinggalkan Pesan