Menjemput Masa Depan Islam

M. Alfreda Daib Insan Labib Selasa, 12-9-2023 | - Dilihat: 42

Oleh: M. Alfreda Daib Insan Labib

Kejayaan Islam adalah hal yang sangat didambakan oleh seluruh muslim di penjuru dunia. Pasalnya islam, hari ini bukanlah poros atau pusat peradaban dunia seperti pada masa khilafah Abbasiyah dan Utsmani. Kala itu tidak sedikit dari produk keilmuan yang lahir dari tangan seorang cendekiawan muslim. Bahkan banyak dari umat non- islam yang turut menuntut ilmu di negara negara Islam.

Menurut hemat penulis, muslim hari ini terjebak dalam romantisme sejarah. Dimana islam dalam sejarah bukanlah hanya sebuah agama, namun juga sebagai pusat peradaban, ekonomi dan pendidikan dunia. Indikator tersebutlah yang kemudian banyak di elu- elu kan oleh umat muslim hari ini. mereka terlalu asyik melihat dan membangga banggakan masa lalu tanpa melihat orang barat telah “tancap gas” untuk menjemput masa depan.

Untuk mengembalikan Peradaban Islam yang maju seperti sedia kala, dapat dilakukan dengan Kembali memegang teguh Prinsip- prinsip dan syariat agama. Syaikab al Arsalan menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “limadza taakhorol muslimuun wa taqoddama ghoiruhum” bahwa salah satu penyebab terjadinya kemunduran umat Islam adalah dengan banyaknya para muslim yang meninggalkan syariat agama.

Hal ini terbukti dari pernyataan Syaikh Muhammad Abduh “al- islamu mahjubun bil muslimin” yang menyebutkan bahwa kondisi Islam yang seharusnya Indah dan penuh kedamaian tertutupi oleh kepribadian oknum muslim yang tidak sesuai dengan ajaran islam.

Hal pertama yang harus dilakukan oleh setiap muslim adalah dengan membenahi kualitas diri dan kembali kepada jalan dan tuntutan Islam yang tertera dalam al-Qur’an dan As-sunah. Sejatinya, tidak mudah untuk melaksanakan Syariat Islam di masa kini. Hal ini terjadi karena Perkara kemaksiatan sudah dianggap hal biasa oleh khalayak ramai, Bahkan dijadikan sebagai tren dan life style.

Ihwal ini tentu saja menjadikan siapapun yang berusaha kembali kepada al-Qur’an dan As-sunah dianggap sebagai “islam konservatif” atau “islam intoleran” atau sebutan apapun itu yang disematkan oleh mereka yang turut mengikuti hawa nafsunya. Namun mau tidak mau, untuk mengembalikan Islam kepada puncak kejayaannya, muslim yang taat harus tetap kembali kepada al-Qur’an dan As-sunah, karena awal permulaan Islam yang baik diawali dengan pribadi muslim yang baik.  

Setelah dianggap diri sendiri menjalankan ketentuan agama, tahapan kedua adalah megajak orang lain untuk kembali kepada tuntunan agama yang pada akhirnya, beberapa pribadi muslim yang dianggap sudah mengikuti tuntunan tersebut membuat koalisi. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengkonsolidasikan kekuatan umat islam. Karena dengan adanya persatuan dan kebersamaan, penyebaran agama islam dirasa lebih mudah dibandingkan dengan dilakukan sendiri. Hari ini, tidak sedikit komunitas dan organisasi yang turut bergerak dalam menjayakan Islam.

Sebut saja komunitas “Muslim United” yang mana sedikit demi sedikit merubah pola hidup masyarakat terkhusus para kawula muda. Komunitas ini mulai mengubah budaya “malam mingguan” yang ada di Negeri ini. Dulu, malam minggu yang biasanya diisi dengan kegiatan unfaedah seperti, jalan jalan, berkhalwat dengan lawan jenis, konser musik, diganti dengan pengajian satnight (Saturday Night).

Awalnya kegiatan ini sepi peminat, namun lambat laun seiring berjalannya waktu, Masjid Muslim United ramai dengan umat muslim yang “tentu saja” mereka rindu akan Ketenangan hati dan juga Siraman Rohani. Bayangkan jika seluruh masjid di Negeri ini menerapkan apa yang diterapkan di Masjid Muslim United. Islam pun dirasa akan sangat mudah kembali kepada era kejayaannya.

Langkah terakhir setelah kita mengkonsolidasikan kekuatan adalah dengan menjaga keistiqomahan dalam menerapkan syariat dan menyebarluaskan ajaran islam. Hal ini dirasa hal yang paling sulit, dari perkara sebelumnya. Namun, apabila keteguhan sudah tertancap didalam kalbu, ihwal tersebut akan terasa mudah dan tentunya Allah juga akan mempermudah siapapun yang dengan kerelaan hati menolong agamanya (QS. 47:7)

Kebersamaan dalam kebaikan juga merupakan hal yang disukai oleh Allah. Ibnu Asyur dalam tafsirnya at tahrir wat tanwir menjelaskan “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. 61:4)

Bahwa makna kata shaff adalah sebuah majaz untuk keteraturan dan manajemen yang baik dalam sebuah perjuangan. Maka tidak diragukan lagi, apabila poin ketiga ini sudah dapat dilaksanakan dengan baik oleh sebagian umat islam dunia. Maka, tidak diragukan lagi bahwa islam telah mendekati masa kejayaannya kembali.